Bab 210. Para Benalu Bertaubat (Tamat)
=============
“Yang itu? Sepertinya itu Tante Niken sama siapa, ya, Ma? Ada dua oom oom juga.”
“Kita ke sana, yuk Sayang! Biar nampak jelas.”
Keduanya mempercepat langkah. Jarak beberapa meter, mereka berhenti. Alisya menahan langkah Tasya, dengan mencengkram lengan gadis kecil itu. Keduanya melongo menatap pemandangan yang mengejutkan di depan mereka. Supir peribadi Niken yang telah lama menghilang, kini ada di sana.
Nanar mata Alisya menatap seorang pria satunya. Lelaki kurus, seolah tingggal kulit pembungkus tulang. Mata cekung&nb
Bab 1 Kejutan Maksiat ====“Tumben pulang cepat? Kamu tidak lembur malam ini?” tanya sang mertua membukakan pintu buat Alisya malam itu.“Malam ini saya of , Ma. Badan saya pegal semua. Yang lain mana? Sudah pada tidur, ya?” tanya Alisya sembari melepas sepatu di kakinya.“Mama kurang tahu. Setelah makan malam tadi, masing-masing masuk kamar.”“Rena?”Alisya menyebut nama putrinya.“Dia baru saja terlelap. Sepertinya kelelahan setelah bermain tadi siang.”“Baik, Ma. Saya mau mandi dulu, lalu istirahat.”“Sebentar, Sya!”“Iya, Ma?”Perempuan dua puluh tujuh tahun itu berbalik. Menatap serius wajah mertuanya.&
Bab 2. Permainan Dimulai ===== “Permisi!” Wanita itu berlalu menuju kamarnya. Kamar yang disediakan Alisya untuknya. Dia adalah keponakan mertuanya. Sudah sangat lama ikut tinggal bersama mertuanya, bahkan sebelum Alisya dinikahi Fajar tiga tahun lalu. Orang tuanya tinggal di desa. Sejak kuliah dia tidak diizinkan nge-kos seperti mahasiswi lainnya. Itu sebab, dia tinggal di rumah Alisya juga, sejak sang mertua pindah ke rumahnya. “Sebentar!” Alisya akhirnya bersuara. Perempuan yang hanya berbalut selimut tipis itu menghentikan langkah. Alisya berbalik, berjalan pelan menghampiri. “Ikut aku!” perintahnya mendahului berjalan. “Maaf, Sya! Maksud kamu apa?” Desy menolak mengikutinya. Desy bahkan tetap enggan
Bab 3 Tak Meninggalkan Uang Belanja Sepeserpun ===== “Mama?” Gadis kecil itu mengerjapkan mata, di dalam gendongan Alisya. “Eh, udah bangun putri mama? Maaf, ya, mama membuat kamu terbangun!” Agak kesulitan, wanita itu berjalan menggedong anaknya sembari menenteng tas dan kresek palstik berisi bekal. “Tita mau te mana, Ma?” “Kamu ikut mama kerja, Sayang, maukan?” “Holee! Mau, Ma. Tulunin Lena, aja! Lena mau dalan aja!” “Oh, Rena mau jalan?” “Iyah.” Dengan masih agak sempoyongan, anak kecil itu berjalan dengan dituntun olah ibunya menuju ujung gang, di mana bus karyawan pabrik sarung tangan telah menunggu. “Tumben anakmu ikut?” tegur Endah,
Bab 4 Rena Bersama Putra Sang Big Bos ====== Renasya Putri Fajar, begitu nama lengkapnya. Nama pemberian dari kakek tercinta, ayah kandung Alisya. Sebagai bentuk ungkapan syukur dan bahagia yang tiada terhingga. Atas kehadiran cucu pertama. Sayang, mereka terpisah jarak. Sang kakek dan nenek tinggal di sebuah desa, di bawah kaki gunung nun jauh di sana. Enam jam perjalanan harus di tempuh dengan kendaraan darat. Itu sebab Rena tak bisa di titipkan bersama mereka bila Alisya bekerja. Gadis kecil itu menatap lurus ke arah mana sang Mama berjalan. Tak ada gentar di hatinya. Meski ditinggal sendirian di ruangan sepi itu. Dia sudah terlalu terbiasa sendirian. Di rumah memang banyak penghuninya, tetapi dia selalu terasing dan dibiarkan sendirian. Tak ada yang perlu ditakutkan, Rena sudah bisa bersahabat dengan sepi, dan berteman akrab dengan sendiri. Meskip
Bab 5. Pindah Tugas Di Rumah Direktur Utama ====== “Om, ini Mammma Lena!” Rena tak tahan lagi untuk tidak berisik. Bocah itu berlari mengejar ke arah Deva. Perbincangan lewat telepon itu terhenti. “Sebentar, Pa!” ucapnya seraya menutup ponselnya. “Oom dadi nanya Mamamma, tan? Itu Mammmma Lena, Om! Ayo calim!” “Rena! Hussst!” Alisya benar benar merasa ketakutan. Tingkah Rena sudah keterlaluan. Bagaimana mungkin putrinya berbicara begitu akrab dengan sang atasan. Soalah mereka sudah saling kenal. Bocah dua tahunan itu bahkan berani memegang tangan sang Bos, lalu menariknya mendekati Alisya. “Ayo, Om!” Mulut mungil itu berkata dengan polosnya. “Rena! Sini, Sayang!” &n
Bab 6 Menumpang di Mobil Pria Angkuh ======== Alisya mengeluarkan semua barang-barangnya dari dalam locker lalu memasukkan semuanya ke dalam kantongan kresek besar. Tak ada tas atau semacamnya. Tak apa, tak ada yang perlu digengsikan. “Syukurlah kita berdua tak dipecat, aku mendapat surat peringatan, dan kamu dipindah tugaskan. Baik-baik bekerja di tempat yang baru, ya! Tetap semangat!” Sang Mandor grup memeluk Alisya. “Maafin aku, Kak! Hampir saja Kakak terkena masalah karena aku.” “Sudah! Tidak apa-apa. Jaga putrimu, ya!” “Salam sama teman-teman, ya, Kak! Bilang sama Rika, nanti aku telpon pas rehat!” “Iya.” “Dadah Ante!”
Bab 7. Pertengkaran Dengan Mertua========Gontai Alisya berjalan, menjingjing barang barangnya. Otaknya sibuk berpikir tentang watak putrinya. Kenapa Rena cenderung ngelawan. Bahkan dia berani membantah perintah Alisya. Sang bunda tidak tahu, kalau kesakitan dan kekasaran yang diperbuat anggota keluarganya selama ini pada putrinya, telah merubah watak lemah lembut menjadi kasar dan pendendam. Rena mulai mendendam pada Deva.“Eh, tumben udah pulang? Kamu enggak lembur?” Mama mertua menyambut di depan pintu.“Tidak, Ma.” Alisya menjawab singkat, langsung berjalan menuju kamar utama.“Itu barang-barang kerja pabrik kamu, kok, di bawa pulang semua?” Sang Mertua mengekori.“Ya, saya gak ker
Bab 8. Stop Menjadi Sapi Perah=====“Aku akan pergi dari sini! Berhenti mengharapkan aku menjadi sapi perah kalian!”Alisya memeluk putrinya sambil berjongkok. Meniup dan mengusap bekas cengkaraman sang nenek yang membiru di tangan mungil sang putri.“Mas Fajar! Sayang! Lho, kok, ada Alisya? Dia gak kerja?”Desy berdiri kaku di ambang pintu. Semua melongo, suasana semakin tegang.Tak ada yang berani memulai pembicaraan. Sang mertua bahkan berhenti meringis kerena kesakitan bekas gigitan Rena.Fajar memucat. Desy mematung.“Masuk kamar dulu, Sayang! Rena tunggu Mama di kamar, ya!” Alisya menggendong putrinya masuk ke dalam