Bab 75. Kejutan Cinta Buat Alisya
===========
Restoran itu tak jauh dari lokasi gedung kantor. Berjalan dua menit, dia sudah memasuki halaman restoran. Mempercepat langkah, Alisya masuk ke dalam. Pandangannya menyapu seluruh meja, mencari nomor tujuh.
Alisya melangkah ke sana. Kosong. Wanita itu menghenyakkan tubuh sesaat di kursi itu. Bingung. Client yang dicarinya tak ada di sana.
“Maaf, selamat siang? Dengan Bu Alisya?”
Alisya tersentak, seorang peg
Bab 76. Raja Menemukan Intan========Raja mengantarkan Deva ke ruangan tertutup, meja lesehan nomor tujuh di lantai atas Restoran “Durma”.“Semangat!” ucapnya lalu pergi ke lantai bawah, menunggu Alisya. Wanita yang sesaat lagi akan dilepasnya.Duduk dengan membelakangi pintu masuk, Raja menatap cermin besar yang terpasang di dinding restoran. Raja bisa melihat kedatangan Alisya tanpa harus memutar tubuh.Masih sama dengan kemarin, Raja&
Bab 77. Dara Korban Selanjutnya=======Sudah empat hari Fajar mengurung diri di dalam kamar. Luka memar di seluruh tubuhnya sudah berangsur sembuh. Hanya di sekitar mata yang terlihat masih membiru, jejak bogem mentah para anak buah Sugondo masih membekas si sana.Butuh waktu selama empat hari bagi Fajar untuk menyembuhkan luka-luka memar di seluruh tubuhnya.“Jar, Dara belum transfer uang buat tebus rumah ini?”Rahmi m
Bab 78. Ranjang Maksiat Banjir Darah=========Dara mengeluarkan dompet dari dalam tas sandangnya. Meraih beberapa lembar uang dari dalam, lalu meletakkannya di genggaman Rahmi.“Nih, Tante shoping sana! Cukup, kan?”“Tante kamu suruh shoping, belanja-belanja, gitu?” Rahmi terbelalak, melihat uang banyak di tangannya.“Iya, sisihin buat ngontrak rumah sebulan! Sisanya Tante foya-foya, deh! Terserah!”“Makasih, Dara!
Bab 79. Sepasang Pezina Meregang Nyawa=======Berjingkat gadis itu kembali masuk ke dalam kamar maksiat, tanpa sepatah kata, tanpa isyarat apa-apa, benda itu menghujam ke tubuh para durjana. Seketika ranjang menjadi basah, tergenang cairan warna merah, leguhan yang begitu meyakitkan tadi di gendang telinganya, berganti menjadi teriakan kesakitan kedua mahkluk yang tengah meregang nyawa.“De … sy! Ka … mu?” Fajar berucap lirih. Sembari memegangi
Bab 80. Alisya Dijemput Polisi=============“Eh, kamu, ya! Anak kecil juga!” Raja mengacak pucuk kepala Intan.“Anak kecil!” protes Intan pura-pura manyun.“Iya, kan? Kamu itu persis Niken! Adik bungsuku.”“Alhamdulillah dianggap adik!” Intan kecewa.“Hehehe! Belajar yang baik! Dua hari lagi ujian, kan? Setelah Ujiannya selesai, kamu mulai ke kantor, ya!”&
Bab 81. Pertengkaran Hebat Deva dengan Haga Wibawa=======“Baik, saya akan mendapingi Alisya ke kantor polisi! Anda berdua tak perlu menangkapnya. Saya sendiri yang akan mengantarnya!”“Maaf, tapi Bu Alisya harus kami bawa sekarang!”“Saya akan mengantarnya sekarang! Alisya belum tertuduh, bukan? Anda masih menduga, betul? Saya hargai dugaan Anda! Mari kita berangkat sekarang! Tapi Alisya ikut di mobil saya, bukan di mobil Anda!”&ldqu
Bab 82. Deva Melamar Alisya==============“Mau kan, maafin sikap Papa, tadi?” Deva mengulang pertanyaannya.Alisya mengangguk. Apa yang dapat dia perbuat selain pasrah.“Kemungkinan ancaman Papa kali ini akan terlaksana. Aku siap menghadapinya. Bagaimana dengan kamu?”Alisya menggeleng.“Maksud kamu?”“Maaf, aku memaafkan sikap kasar Pak Direktur Utama terhadap aku. Tetapi, aku tidak siap denagn resiko&nbs
Bab 83. Desy Menyerang Alisya======Perempuan itu duduk di lantai. Lantai yang tak beralas. Rambut sebahunya terurai lepas, menutupi seluruh wajah yang menunduk menekuri lantai nan dingin. Sesekali bahunya berguncang hebat, lalu perlahan menurun, dan akhirnya diam bergeming.“Silahkan, Pak, Bu!” Petugas mempersilahkan Alisya, Deva dan Ardho berbincang dengannya.“Terima kasih, Pak.” Ardho menggangguk hormat.“Des!” Suara Alisya terdengar bergetar. Memanggil&nbs