Share

Jalan Keluar yang Terbaik

Sebuah tanya yang membuat Ge hanya mampu tertunduk dan menangis, ia tak bisa mengatakan apapun sedangkan Andra tampak bingung saat melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh Ge. Lelaki itu tak perlu lagi mendengar jawaban dari bibirnya karena raut wajah pilu itu telah menjelaskan segalanya. Kini Andra terlihat berpikir keras bahkan wajahnya terlihat sangat tertekan.

“Jadi--- jadi benar aku telah merenggut kesucianmu ‘kan Ge?” Andra berdiri menatap sang adik ipar. Namun, sesaat kemudian sebuah kata terlontar dari mulut lelaki itu. Kata yang membuat Ge merasa langit telah runtuh dan bumi telah terbelah karena lelaki yang selama ini sangat Ge hormati tampak menyalahkannya akan apa yang terjadi. Tuduhan demi tuduhan bagai guntur yang memekakkan telinganya.

“Ge, kamu ini bukan lagi anak kecil yang tak tahu dampak dari kesalahan yang kita perbuat lalu kenapa kamu diam saja saat aku tanpa sadar melakukannya? Apa yang kamu pikirkan Ge!” teriak Andra tepat di wajah Geshara.

“Aku bukan diam saja Mas, aku sudah berusaha untuk menolak dan melawan perlakuanmu itu, tapi Mas memaksaku hingga aku tak mampu melawan.”

“Bodoh!” Andra berdiri sambil menatap Ge dengan mata yang melebar menampakkan wajah yang berbeda dari biasanya membuat Ge tak percaya dengan apa yang ia lihat, ia merasa tak melakukan sesuatu yang salah, dia adalah korban, tetapi malah dipersalahkan oleh Andra.

“Seharusnya kamu yang dalam kondisi sadar lari ke kamar dan menutup pintu, bukannya malah diam seakan kamu menyerahkan diri!”

“Mas…!”

“Apa? Coba kamu bayangkan jika sampai Natasha tahu tentang hal ini apa yang akan dia pikirkan tentang kita?” Andra berdiri dan menguap rambutnya kesal.

“Aku akan dicap sebagai tukang selingkuh dan kamu…? Kamu sekarang sudah menjadi PELAKOR, Ge! Kamu merebut aku dari Kakak kandungmu sendiri!”

“Mas, aku bukan pelakor! Mas yang telah memaksaku, lihat bajuku apa Mas pikir aku yang merobeknya sendiri? Kalau Mas pikir aku adalah wanita bejat yang menggoda suami kakakku sendiri, baiklah mari kita lihat rekaman CCTV dan kita lihat apa aku melakukannya atas dasar sukarela atau Mas yang memaksaku.” Kini dengan berani Ge mulai menantang Andra yang tadi bersikap menyalahkannya. Melihat perlawanan itu kini tubuh Andra lemah dan ia tak mampu lagi berdiri.

“Maaf.”

Andai ia mampu mengatakan kata ini lebih cepat mungkin tak akan menambah luka lagi di hati Ge. Namun, luka-luka itu telah terlanjur menggores hatinya, dua kali.

“Maafkan aku Ge, tapi jujur saja saat ini aku bingung dengan apa yang terjadi pada kita. Natasha memang telah pergi meninggalkan kita, tapi aku percaya padanya. Aku yakin dia tak akan menghianati cinta kami, aku yakin dia hanya pergi karena sesuatu yang belum bisa ia ceritakan padaku saat ini, tapi sekarang keadaan berbeda aku yang telah menghianatinya. Aku sungguh tak sanggup menghadapinya jika dia pulang nanti, Ge.” Kini lelaki dewasa berwajah tampan dengan kulit sawo matang itu tubuhnya bergetar di tengah ruangan berdinding merah muda.

Dalam tangis dan kekecewaan yang Ge rasakan, mantan gadis itu merasa apa yang dikatakan Andra memang benar, bahkan Ge sendiri merasa heran dengan sikap Kakaknya yang mendadak pergi dari rumah seminggu setelah memintanya tinggal di rumah milik pengantin baru itu. Natasha telah menikah dengan Andra lebih dari satu bulan dan selama itu kehidupan mereka penuh dengan rasa cinta bahkan selalu membuat pasangan lain iri pada kemesraan mereka meski Andra sangat patuh pada Ibunya, tapi tak membuat Andra berpikir dua kali saat membela sang istri. Beberapa rumor mengatakan jika Natasha pergi bersama seorang pria menggunakan mobil putih, tapi tentu saja itu tak mungkin bagi seorang Natasha yang sangat baik.

“Mas, Ge juga yakin Kak Natasha tak mungkin menghianatimu.”

“Oleh karena itu Ge, bolehkah aku minta satu hal darimu?” Ge menatap wajah Kakak iparnya begitupun sang Kakak ipar yang juga telah menghadap ke arahnya.

“Demi rumah tanggaku dan juga demi hubungan darah kalian, aku mohon lupakan kejadian ini dan anggap saja ini hanya sebuah kesalahan. Kamu tahu betul aku sangat mencintai Natasha, jadi tak mungkin aku bisa bertanggung jawab dengan cara menikahimu, Ge. Namun aku berjanji aku akan bertanggung jawab dengan cara lain.”

Ge mengangguk, jemarinya menyeka sisa-sisa air mata yang sedari tadi tak berhenti menetes di pipinya.

Andra yang melihat bocah kecilnya bersikap demikian hatinya pun merasa nyeri. Andra bukanlah lelaki bajingan yang tak memiliki perasaan. Meski ingin berkelit nyatanya Andra sadar jika ia bersalah, tawa dan canda yang dulu selalu terlihat di wajah adik iparnya itu kini telah ia renggut. Membuat hatinya juga miris.

Kini Andra telah keluar dari kamar Ge menyisakan wanita yang masih merasakan nyeri dan sedih bahkan putus asa karena hal yang tidak diinginkan terjadi begitu saja, menjadi sebuah pukulan yang begitu pedih untuknya. Namun, dalam kesedihan itu ada sebuah rasa yang mendominasi yaitu rasa bersalah pada sang Kakak yang pasti akan tersakiti hatinya jika sampai tahu kejadian ini, sama seperti yang Andra pikirkan saat ini.

Lelaki itu melewati ruang keluarga tempat dimana dosa besar mereka terjadi, matanya menatap bercak darah yang telah mengering yang membuatnya kembali marah, bukan lagi pada Ge, tapi pada kebodohanya sendiri yang memilih minuman keras untuk melupakan kesedihannya.

“Maafkan aku…. Aku melakukannya bukan karena sengaja. Percayalah.” Mata Andra memanas menatap bukti perselingkuhan di hadapannya.

“Jika, nanti kamu kembali kamu harus mengerti tentang ini, Nat. Aku janji akan menjaga Ge dengan baik dan jika waktunya telah tiba akan kucarikan jodoh yang bisa menerima keadaannya. Aku benar-benar hanya menginginkan kamu dan tak akan ada wanita lain di hidupku, bahkan meski itu adalah adikmu.” Andra berlalu menuju ke luar rumah. Ia ingin melarikan diri dari masalah yang tak sanggup dihadapi.

Namun, saat di luar Andra menatap ke arah hunian mewah impiannya dan Natasha, istana yang akan ia tempati bersama anak-anaknya nanti. “Nat, istana cinta kita telah berdiri dengan sempurna, seperti yang kita rencanakan. Kenapa kamu malah pergi meninggalkan aku? Bukannya dulu kamu ingin memiliki banyak anak?” ucap lelaki itu sambil mengingat saat-saat kebersamaan mereka, meski kini Natasha pergi begitu saja tanpa ada yang tahu kemana dan juga kenapa. Hanya ada pesan singkat yang ia kirimkan di hari kepergiannya

[ Aku lelah dan ingin menikmati hidupku sendiri, jangan cari aku.]

“Bagaimana mungkin aku tak mencarimu, Nat. Kamu adalah cinta dan penyemangat hidupku.” Andra tampak tak mengerti tentang sikap istrinya itu bahkan banyak tanya di benaknya yang terus terngiang.

Andra melihat langit yang mulai memerah pertanda pagi telah datang. Pikirannya terganggu oleh karpet putih dengan noda darah yang tak boleh dilihat pembantunya yang akan segera datang. Lelaki itu kembali masuk lalu meraih karpet itu dan membawanya ke belakang rumah, ia akan membakar karpet itu karena tak ingin ada orang lain yang tahu kejadian malam ini. Tak ada pembantu yang menginap di rumah megah ini karena rumah ini belum seratus persen mereka tempati dan Pekerja harian akan datang pada pukul tujuh pagi hingga pukul tiga sore hari.

“Andra lagi apa kamu?” terdengar sebuah suara dari arah pintu utama tepat saat Andra telah membawa karpet itu menuju ke arah dapur.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status