“Kasa, kenapa kamu pulang nggak nunggu jemputan dari Ayah dulu?”Kasa yang ditegur ayahnya hanya menatap sembari menggigit bibir. Bocah itu pikir tidak ada salahnya karena dia tadi pulang bukan dengan orang asing. “Aku, kan, pergi dengan Om Yugo. Soalnya, tadi dia bilang mau sekalian antar pulang.”Junior memijat pangkal hidung. Dia berjongkok di depan putranya tersebut, sembari pelan-pelan merengkuh lengan Kasa. Dia ingatkan tentang kesepakatan mereka. “Kamu nggak boleh pulang selain pakai jemputan dari Ayah.”“Memangnya, kenapa kalau pakai jemputan dari Om Yugo?”Junior hanya tidak mau Kasa dekat dengan Yugo itu saja. Apalagi, kelihatannya laki-laki itu sayang pada Kasa. Sebagai ayah, Junior malah merasa ketakutan.“Pokoknya nggak boleh ulangi, oke?”Kasa berjanji.Jujur, tadi Junior sampai buru-buru dari kantor ketika sopir ditugaskannya mengatakan bahwa Kasa sudah pulang dengan Yugo. Dia sampai harus nekat memastikan bahwa kakaknya itu tidak akan membawa anaknya ke mana-mana.Juni
Asih terkejut bukan kepalang ketika dia melihat Junior ada di rumahnya dan juga seorang gadis yang menggigil, berwajah pucat ikut bersamanya. Pembantu itu sampai tidak bisa berkata-kata ketika dia menunjuk Mahes."Bi, tolong siapin air hangat buat Mahes.""I-iya, Den." Asih mengangguk, tapi dia masih bengong memperhatikan tuannya yang baru datang."Kamu di sini dulu, Kak Jun mau ke rumah sakit.""Nggak!" Ketika Junior akan pergi lagi, Mahes segera memegang tangannya. "Jangan tinggalin aku!""Nggak apa-apa, Hes." Junior paham. Setelah kejadian di mana Mahes memukul Yugo sampai laki-laki itu nyaris sekarat, wajar kalau dia ketakutan. Tapi, semua masalah sudah selesai. Junior segera membawa Yugo ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan dan dia baik-baik saja.Mahes harus berada di sini karena tidak mungkin lagi ditinggalkan di kontrakannya. Setelah Yugo tahu keberadaannya, pasti dia tidak akan diam saja. Yang berikutnya harus Junior lakukan adalah melihat bagaimana keadaan kakaknya. Kar
Junior pulang dan dia mendapati pemandangan yang sungguh tidak terduga, yaitu Mahes tidur di sofa.Asih berbisik ketika bicara padanya. "Tadi, Bibi sudah bilang supaya tidur di kamar, tapi Non Mahes mau nungguin Den Junior pulang.""Biarin, Bi." Junior melengkungkan bibir. Dia juga berbisik saat bicara karena tidak mau membangunkan wanita itu. Sebentar ke kamar mencari selimut, pria itu kembali lagi untuk menutupi tubuh Mahes. Padahal dia sudah melakukannya dengan sangat hati-hati, menjaga perempuan itu agar tetap terlelap, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Dia bangun. Junior tersenyum padanya."Kok, udah bangun?" Lelaki itu meledeknya. "Padahal baru aja mau diselimutin."Mahes memperhatikan ke arah pintu, seperti sedang mencari siapa orang yang ikut dengan Junior saat ini.Asih sudah kembali ke dalam karena tidak enak memperhatikan obrolan majikannya. Sementara, Kasa sudah tidur."Nggak ada siapa-siapa, cuma kita berdua di sini.""Kenapa pulangnya malam banget?"Alih-alih menjawab
"Memangnya, kenapa Ibu nggak bisa antar aku ke sekolah?"Kasa bertanya dengan sepasang alis bertaut. Ibunya sedang menyisiri rambut bocah tersebut. Separuh hatinya merasa senang karena saat ini sedang diurus oleh sosok yang selama ini dia rindukan. Tapi, sebagian hatinya lagi merasa kecewa karena Mahes tidak mau mengantarkannya ke sekolah.Sebetulnya, sebagai seorang ibu hasrat Maheswari sungguh besar untuk bisa menemani ke mana pun dia pergi. Memberikan kebahagiaan sebanyak mungkin itu adalah impian terbesarnya.Tapi, yang perlu juga dipikirkan di sini adalah Junior. Laki-laki itu memiliki kewibawaannya sendiri. Kasa bisa memamerkan kepada semua orang bahwa Mahes adalah ibunya. Tapi, bagaimana ketika mereka bertanya apa hubungan Mahes dengan Junior. Suami istri pun hanya sebatas kertas.Mahes tidak mau kalau keberadaannya nanti malah membuat nama baik Junior rusak."Bukannya Ibu nggak mau antar ke sekolah. Tapi, jangan hari ini dulu ya?"Mahes memegang jemari anaknya. "Nanti, kalau K
"Ibu!" Kasa pulang sekolah. Hal yang pertama dia cari adalah ibunya. Bocah tersebut berlarian seakan-akan takut kali ini sosok wanita yang melahirkannya tersebut tidak ada lagi di rumah.Mahes segera menyambut anaknya. Hanya beberapa jam terpisah, Kasa sudah seperti orang yang sangat lama tidak bertemu. Sampai memeluk kaki Mahes membuat perempuan untuk berjongkok untuk membelainya."Aku kira Ibu tadi nggak ada lagi di rumah."Mahes menarik kedua sudut bibirnya. "Ibu sudah janji mau di sini terus untuk menemani Kasa. Jadi, nggak akan pergi ke mana-mana."Kasa kelihatan segar kembali. Sebelumnya meskipun kelihatan ceria, raut tegang di wajahnya tidak bisa ditutupi.Kasa mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Lihat, deh." Dia menunjukkan sebuah buku gambar yang di dalamnya terdapat sebuah gambar yang baru dia buat di sekolah tadi. "Tadi di sekolah nggak ada lagi yang berani ngatain aku kalau gambar Ibu, Ayah, dan aku." Kasa menunjuk tiga orang di dalam bukunya tersebut. "Karena sekarang mema
Mahes menerima tamu. Dia memperkenalkan diri dengan nama Megy."Aku utusannya Pak Junior," katanya. "Beliau bilang Anda hari ini ikut denganku.""Ikut dengan kamu?""Iya. Aku yang ditugaskan dia untuk mengurusmu hari ini."Mahes mengkonfirmasi dulu pada Junior. Setelah yakin kalau memang ini orang utusannya, Mahes bersedia ikut dengannya.Rute pertama, mereka pergi ke salah satu butik. Lelaki yang sedikit kemayu menghampiri mereka. Dengan lenggak-lenggoknya dia bertanya, "Oh, siapa ini polos banget mukanya?" Dia menyentuh Mahes, menarik perempuan itu kemudian memutar ke kiri dan ke kanan. "Tapi, bodinya okelah.""Siapa ini?" Dia bertanya lagi, kelihatannya Meggy dan orang itu saling kenal."Tahu anaknya Pak Sudibja, nggak?""Oh, suaminya Bu Amarta?" Dia paham langsung.Meggy menunjuk Mahes. "Dia calon istri anak bungsunya.""Ih, kok calon istri, sih?" Pria kemayu itu heran. "Bukannya dese udah punya anak, ya?""Iya, ini Ibu dari anaknya."Pria kemayu tersebut menepuk jidatnya. "Jadi m
Junior ditampar keras oleh ibunya ketika dia sukses mengacaukan acara ini. Bahkan orang tuanya Marine meninggalkan pesta sebelum acaranya usai."Sini kamu anak sialan!" Dia berusaha untuk mencakar wajah Mahes."Ma!" Junior melindunginya. Apa pun yang terjadi saat ini dia tidak akan membiarkan siapa pun di sini menyakiti dia."JUNIOR!" Amarta berteriak. Perempuan itu memukul dadanya sendiri karena merasa sesak dengan kelakuan anaknya. "Sampai detik ini, Mama nggak bisa menemukan jawaban dosa apa Mama sampai kamu begini!"Tidak ada yang membela Amarta sepenuh hati saat ini. Sudibja hanya bisa mengerutkan alis. Dia sendiri meski di satu sisi merasa senang bisa melihat Mahes kembali dan gadis itu dalam keadaan baik-baik saja, di sisi lain dia juga merasa frustrasi karena keadaan keluarganya pasti akan kacau lagi.Yugo tidak ada di sini. Dia masih berada di ball romm hotel untuk menyambut para tamu yang hadir, sedangkan obrolan ini berlangsung di salah satu kamar yang disediakan.Aib besar
Amarta melihat berita pagi ini. Junior telah mengumumkan Mahes dan juga Kasa. Mereka menunjukkan pernikahan yang sudah dilangsungkan enam tahun lalu dan segera akan disahkan kembali.Melihat ini, membuat Amarta sangat stres hingga dia jatuh sakit.Yugo sang anak berbakti, tentu yang paling awal menjenguk ibunya. Junior untuk saat ini malah dilarang untuk menemui perempuan itu."Mama nggak habis pikir dengan kelakuan Junior!" Amarta menggerutu saat Yugo sedang menyuapinya buah. "Apa coba bagusnya Mahes itu! Sudah murahan, dia juga pasti anak simpanan papa kamu!"Yugo masih sok tenang. "Mama jangan banyak pikiran, nanti malah tambah parah sakitnya."Amarta memijat pangkal hidung. "Gimana Mama nggak stres!" Masih jengkel perempuan itu. "Punya anak kelakuannya kayak Junior."Susah payah dia disekolahkan yang tinggi, itu juga sudah sangat bersyukur dia mau menyelesaikan. Masuk perusahaan pun harus dengan jaminan nama baik Yugo dan juga ayahnya untuk bisa mendapatkan posisi yang lumayan. Se