"Memangnya, kenapa Ibu nggak bisa antar aku ke sekolah?"Kasa bertanya dengan sepasang alis bertaut. Ibunya sedang menyisiri rambut bocah tersebut. Separuh hatinya merasa senang karena saat ini sedang diurus oleh sosok yang selama ini dia rindukan. Tapi, sebagian hatinya lagi merasa kecewa karena Mahes tidak mau mengantarkannya ke sekolah.Sebetulnya, sebagai seorang ibu hasrat Maheswari sungguh besar untuk bisa menemani ke mana pun dia pergi. Memberikan kebahagiaan sebanyak mungkin itu adalah impian terbesarnya.Tapi, yang perlu juga dipikirkan di sini adalah Junior. Laki-laki itu memiliki kewibawaannya sendiri. Kasa bisa memamerkan kepada semua orang bahwa Mahes adalah ibunya. Tapi, bagaimana ketika mereka bertanya apa hubungan Mahes dengan Junior. Suami istri pun hanya sebatas kertas.Mahes tidak mau kalau keberadaannya nanti malah membuat nama baik Junior rusak."Bukannya Ibu nggak mau antar ke sekolah. Tapi, jangan hari ini dulu ya?"Mahes memegang jemari anaknya. "Nanti, kalau K
"Ibu!" Kasa pulang sekolah. Hal yang pertama dia cari adalah ibunya. Bocah tersebut berlarian seakan-akan takut kali ini sosok wanita yang melahirkannya tersebut tidak ada lagi di rumah.Mahes segera menyambut anaknya. Hanya beberapa jam terpisah, Kasa sudah seperti orang yang sangat lama tidak bertemu. Sampai memeluk kaki Mahes membuat perempuan untuk berjongkok untuk membelainya."Aku kira Ibu tadi nggak ada lagi di rumah."Mahes menarik kedua sudut bibirnya. "Ibu sudah janji mau di sini terus untuk menemani Kasa. Jadi, nggak akan pergi ke mana-mana."Kasa kelihatan segar kembali. Sebelumnya meskipun kelihatan ceria, raut tegang di wajahnya tidak bisa ditutupi.Kasa mengeluarkan sesuatu dari tasnya. "Lihat, deh." Dia menunjukkan sebuah buku gambar yang di dalamnya terdapat sebuah gambar yang baru dia buat di sekolah tadi. "Tadi di sekolah nggak ada lagi yang berani ngatain aku kalau gambar Ibu, Ayah, dan aku." Kasa menunjuk tiga orang di dalam bukunya tersebut. "Karena sekarang mema
Mahes menerima tamu. Dia memperkenalkan diri dengan nama Megy."Aku utusannya Pak Junior," katanya. "Beliau bilang Anda hari ini ikut denganku.""Ikut dengan kamu?""Iya. Aku yang ditugaskan dia untuk mengurusmu hari ini."Mahes mengkonfirmasi dulu pada Junior. Setelah yakin kalau memang ini orang utusannya, Mahes bersedia ikut dengannya.Rute pertama, mereka pergi ke salah satu butik. Lelaki yang sedikit kemayu menghampiri mereka. Dengan lenggak-lenggoknya dia bertanya, "Oh, siapa ini polos banget mukanya?" Dia menyentuh Mahes, menarik perempuan itu kemudian memutar ke kiri dan ke kanan. "Tapi, bodinya okelah.""Siapa ini?" Dia bertanya lagi, kelihatannya Meggy dan orang itu saling kenal."Tahu anaknya Pak Sudibja, nggak?""Oh, suaminya Bu Amarta?" Dia paham langsung.Meggy menunjuk Mahes. "Dia calon istri anak bungsunya.""Ih, kok calon istri, sih?" Pria kemayu itu heran. "Bukannya dese udah punya anak, ya?""Iya, ini Ibu dari anaknya."Pria kemayu tersebut menepuk jidatnya. "Jadi m
Junior ditampar keras oleh ibunya ketika dia sukses mengacaukan acara ini. Bahkan orang tuanya Marine meninggalkan pesta sebelum acaranya usai."Sini kamu anak sialan!" Dia berusaha untuk mencakar wajah Mahes."Ma!" Junior melindunginya. Apa pun yang terjadi saat ini dia tidak akan membiarkan siapa pun di sini menyakiti dia."JUNIOR!" Amarta berteriak. Perempuan itu memukul dadanya sendiri karena merasa sesak dengan kelakuan anaknya. "Sampai detik ini, Mama nggak bisa menemukan jawaban dosa apa Mama sampai kamu begini!"Tidak ada yang membela Amarta sepenuh hati saat ini. Sudibja hanya bisa mengerutkan alis. Dia sendiri meski di satu sisi merasa senang bisa melihat Mahes kembali dan gadis itu dalam keadaan baik-baik saja, di sisi lain dia juga merasa frustrasi karena keadaan keluarganya pasti akan kacau lagi.Yugo tidak ada di sini. Dia masih berada di ball romm hotel untuk menyambut para tamu yang hadir, sedangkan obrolan ini berlangsung di salah satu kamar yang disediakan.Aib besar
Amarta melihat berita pagi ini. Junior telah mengumumkan Mahes dan juga Kasa. Mereka menunjukkan pernikahan yang sudah dilangsungkan enam tahun lalu dan segera akan disahkan kembali.Melihat ini, membuat Amarta sangat stres hingga dia jatuh sakit.Yugo sang anak berbakti, tentu yang paling awal menjenguk ibunya. Junior untuk saat ini malah dilarang untuk menemui perempuan itu."Mama nggak habis pikir dengan kelakuan Junior!" Amarta menggerutu saat Yugo sedang menyuapinya buah. "Apa coba bagusnya Mahes itu! Sudah murahan, dia juga pasti anak simpanan papa kamu!"Yugo masih sok tenang. "Mama jangan banyak pikiran, nanti malah tambah parah sakitnya."Amarta memijat pangkal hidung. "Gimana Mama nggak stres!" Masih jengkel perempuan itu. "Punya anak kelakuannya kayak Junior."Susah payah dia disekolahkan yang tinggi, itu juga sudah sangat bersyukur dia mau menyelesaikan. Masuk perusahaan pun harus dengan jaminan nama baik Yugo dan juga ayahnya untuk bisa mendapatkan posisi yang lumayan. Se
Jujur saja, Yugo termasuk orang yang mampu mengontrol situasi. Apa pun itu. Dia selalu bersikap tenang. Itu sebabnya laki-laki satu itu selalu kelihatan baik-baik saja. Termasuk, soal pernikahannya dengan Angela yang kurang lebih sudah berlangsung 6 tahun. Tidak pernah sekalipun ada masalah di antara mereka. Semuanya selalu baik-baik saja. Sampai sore itu ketika dia pulang dari urusan bisnisnya di luar dan juga mengurus ibunya di rumah sakit, Yugo mendapati isi kamarnya sudah berantakan karena Angela mengamuk."What's wrong with you!" Yugo tidak menyangka istrinya bisa melakukan itu.Angela tidak menjawab. Dia hanya melemparkan berkas penemuannya yang ada di kantor Yugo. "Bilang, apa maksud dari semua itu!"Yugo membukanya. Dia meraup wajah, cukup pusing dengan situasi ini karena Angela pada akhirnya tahu tentang Kasa."Bukan apa-apa." Sikapnya sekarang seolah sama sekali tidak terganggu dengan penemuan Angela ini. "Kamu nggak perlu merasa terganggu.""Nggak perlu merasa terganggu kam
Mahes lupa, kapan terakhir kali dia bisa merasakan sakit yang benar-benar sakit, sampai dia ingin mengadu kepada seseorang. Selama ini semua rasa sakit itu dia abaikan dan ketika berada di dekat Junior laki-laki itu seakan jadi sumber obat baginya. Ingin sekali perempuan itu mengadu. Tapi, dia tidak mau menyusahkan Junior.Malam ini, Junior ingin memakan yoghurt dingin. Perempuan itu mengambilkan dan tiba-tiba saja jadi kepikiran dengan omongan Angela. Tentang mereka yang belum menikah, tapi sudah berani tinggal satu rumah. Bagaimana pendapat orang lain?Mahes cukup lama melamun. Tiba-tiba, Junior datang mengambil wadah yoghurt yang sedang dipegangnya."Jangan melamun, nanti kesurupan," guraunya.Mahes hanya menipiskan bibir. Ketika dia memiringkan kepala untuk mengambil mangkuk kecil yang ada di hadapannya. Junior menyadari kalau ada bekas cakaran di wajah calon istrinya tersebut."Ini kenapa?" Dia memeriksa dengan detail.Mahes menghindar. "Bukan apa-apa."Junior tahu, pasti ada ses
"Kamu itu bajingan, Yugo!" Angela tidak percaya dengan kabar ini. Yugo bahkan sudah menyampaikan soal perpisahan mereka pada pihak keluarganya, dia mau mereka tahu tanpa perlu mengintervensi dirinya. Perempuan itu diceraikan hanya beberapa hari setelah dia mendatangi Mahes."Kamu tahu aku bajingan." Malam itu di kamar mereka yang lumayan luas, suasana hening mencekam hingga suara yang keluar terdengar begitu jelas, Yugo seakan tidak goyah dengan amarah dan juga penolakan Angela ini. "Kalau begitu nggak ada lagi yang perlu kita teruskan di sini.""Kamu mau mencari kepuasan dengan Jalang itu, huh!" Angela menuding Mahes."Ini urusan kita, Angela!" Yugo meradang. "Nggak ada kaitannya dengan Mahes atau masa laluku!"Angela masih cinta dengan Yugo, tapi peremppuan itu juga kecewa dengan sang suami. Sekarang, dia bukannya meminta maaf malah melayangkan gugatan cerai padanya.Mata perempuan itu berkaca-kaca, perlahan air mulai menggenang. "Dia memang jalang dan kamu berengsek!"Yugo menghela