Hari ini Devan libur melakukan siaran langung, ia berencana menyusuri kota, khususnya pasar tradisional yang menjual barang-barang bekas, mana tahu ia mendapat pakaian yang bagus.
Devan pergi seorang diri dengan motornya. Hatinya tengah senang. Kalau bukan karena Eleanora yang memaksanya, tentu ia tidak akan seperti ini sekarang.
Sekali live, semua yang ada di etalasenya ludes dibeli. Jujur ia kewalahan, tetapi ia tidak mengeluh sama sekali. Kemarin semua jualannya habis, dan ia masih harus menunggu dua hari lagi untuk ball pesanannya datang.
Devan baru tahu kalau menjual secara online di salah satu e-commerce media online yang saat ini tengah hipe bisa sangat menguntungkan. Bagaimana tidak hanya beberapa kali ia menggunakan iklan media sosial itu, namanya langsung banyak dikenal orang. Penonton siaran langsungnya bisa mencapai ribuan orang. Tiga gari pertama Devan sangat kaku, tapi setelahnya ia sudah bisa t
Sudah lima hari ini Devan terus diam. Lelaki itu sangat murung, dan tidak mau melakukan apa pun. Hanya suara azan yang mampu membuatnya bergerak. Namun setelah selesai solat, calon ayah itu kembali melamun.Sehari setelah kabar mengejutkan itu, Eleanora sengaja membiarkan suaminya seperti itu. Karena ia tahu apa yang tengah dialami suaminya sangat tidak mudah.Lalu hari berikutnya Eleanora baru membujuk Devan untuk semangat, untuk mengikhlaskan, untuk bangkit. Namun, sampai hari ke empat, Devan masih terus diam.Eleanora sampai ragu untuk memberitahu tentang berita kehamilannya. Ia takut Devan malah merasa lebih tertekan karena mereka akan mempunyai anak yang mana membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Sehingga, Eleanora memutuskan untuk menyembunyikan sampai setidaknya Devan terlihat baik-baik saja."Sayang!" Eleanora memanggil kesekian kalinya di hari ini. Dan belum di respon
Eleanora menghela napas. Ia tahu sejak awal siapa kakak ipar Devan itu. Orang tua mereka sama-sama punya kekuasaan, tetapi mereka berada di menara yang berbeda. Berbeda dengan ayah Eleanora yang seorang mafia, pebisnis dunia gelap, yang semua kekayaannya diperoleh dari cara yang tidak halal, juga merupakan seorang pengikut iblis yang tidak segan menghabisi siapapun yang menghalangi rencananya.Sedangkan orang tua Azalea adalah pengusaha sukses yang namanya sangat bersih dari cara-cara kotor. Terkenal sebagai pengusaha paling jujur se-Asia Tenggara yang memperoleh keuntungan dengan cara paling bersih.Bisa dikatakan, Eleanora dan Azalea sama-sama putri. Namun kedua sangat berbanding terbalik. Azalea sangat putih bersih dan harum, sedang Eleanora penuh dengan lumpur hitam yang berbau.Eleanora masuk ke dalam rumah, dan Devan sudah terduduk tetapi masih diam dengan tatapan kosong. Eleanora sedih melihat Devan ya
"Tolong, tolong!"Eleanora berteriak sekencang-kencangnya, sampai ia lebih tapi tidak suaranya tidak juga keluar. Mulutnya masih terus berteriak meminta tolong, sedang kakinya terus berlari. Berbagai macam binatang buas dengan ukuran tak normal kini tengah mengejarnya.Setetes air matanya keluar, membuat Eleanora berhasil terbangun. Eleanora terduduk dengan napas terengah-engah. Jantungnya berdegup kencang, dan tenggorokannya terasa kering.Eleanora mengusap air matanya yang sampai keluar dalam dunia nyata, lalu turun dari tempat tidur. Ia mengintip keluar lewat tirai jendela, matahari tampaknya sudah berada di ketinggian 90 derajat. Sudah lama Eleanora tidak bangun siang yang berujung mimpi buruk.Banyak orang bilang kalau mimpi buruk di siang hari takkan menjadi nyata. Namun, Eleanora tidak pernah sepenuhnya percaya. Terakhir kali ia mimpi buruk saat bangun siang adalah setelah kematian neneknya. Semalaman ia menangis sampai baru terbangun di jam yang s
Keenan berlari menyusul Eleanora yang sudah di garasi, berniat mengeluarkan mobilnya sendiri."Saya yang bawa!" cegah Keenan pada Eleanora yang hendak masuk mobil di kursi pengemudi."Kamu lambat," tolak Eleanora dan langsung masuk.Keenan menarik sudut bibirnya yang berkedut, lalu ikut masuk ke dalam mobil. Kemampuan mengemudi Keenan sangat baik, tapi untuk masalah kecepatan, Keenan ibaratnya kura-kura sedang Eleanora adalah kelinci. Eleanora tidak takut mati, sedang Keenan masih teguh pada mimpinya yang ingin hidup tenang tanpa rasa was-was setiap waktu.Mobil Eleanora melaju melawati gedung-gedung tinggi. Keenan menikmati pemandangan itu selagi Eleanora belum menambah kecepatannya. Meski bertahun-tahun ikut Eleanora tinggal di sana, Keenan belum pernah menginjakan kaki di gedung-gedung tinggi di sekitar saja. Jangankan menginjakan kaki, untuk lihat seperti ini saja sangat jarang. Eleanora terisolasi di dalam bangunan yang mereka sebut rumah itu—rumah tanpa kehangatan—sehingga otoma
Eleanora melompat, meminjakkan kakinya pada orang yang ada di samping kirinya lalu kakinya maju menendang wajah lelaki di depannya. Saat Eleanora mendarat ia terkena pukulan pada pelipisnya dengan keras.Sadar Eleanora terpukul olehnya hingga pelipisnya pecah, orang yang tidak sengaja memukul Eleanora itu mundur dua langkah dengan panik. Anak pemimpinnya yang selama ini mereka jaga akhirnya terluka di tangannya sendiri.Hal itu malah dimanfaatkan oleh Eleanora dan membuat lelaki itu terkapar mengikuti teman-temannya.Eleanora berlari menuju suatu ruangan, ia masuk setelah men-screening telapak tangan, wajah dan mata kirinya yang sedikit kebiruan.Ia masuk dengan tergesa, kepalanya pening hingga mengeluarkan darah segar tidak ia pedulikan. Fokusnya malah tertuju pada Devan yang meringkuk lemah penuh lebab di lantai."Sayaaaang!!!" teriaknya histeris. Matanya menatap tajam dan penuh amarah pada Diego Lim yang berdiri santai di dekat Devan yang tengah sekarat.Tampaknya Diego Lim baru sa
Mengapa langit tanpa bintang itu selalu tampak sedih, suram dan murung? Apa istimewanya bintang untuk langit malam?Devan tidak tahu, ia tidak punya jawaban untuk itu. Sama seperti dirinya yang merasa sedih. Ia merasa saat ini dirinya seperti langit malam tanpa bintang, tapi tidak tahu bintang apa dan siapa, juga keistimewaannya.Satu jam sudah Devan memandangi langit malam lewat jendela kaca. Sepanjang melihat lanit malam hanya ada cahaya dari lampu pesawat yang lewat. Setelahnya kegegelapan dan kelamnya kembali mencuat.Tiba-tiba pikiran Devan teringat pada suatu suara yang pernah di dengarnya. Samar-samar seperti suara seorang wanita yang terdengar lemah."Aku pergi yaa, maaf sudah buat kamu seperti ini," ucap suara itu.Devan tidak ingat kapan pastinya. Dan entah mungkin ia mimpi atau tidak. Pasalnya saat itu ia sedang berusaha menahan diri untuk tertidur. Namun, efek obat yang diminumnya membuatnya tak bisa membuka mata. Padahal Devan ingin sekali melihat sosok yang bersuara itu,
Selama di rumah sakit, rutinitas Devan hanya tidur, makan, duduk di dekat jendela. Ia merasa jenuh, ingin pulang, tapi kedua kakaknya belum memperbolehkan. Padahal Devan sudah merasa lebih baik.Sekarang Devan hanya termenung di dekat jendela melihat orang-orang beraktivitas di luar. Ketika mendengar suara pintu terbuka, ia menoleh dengan semangat. Namun ia kembali menatap ke arah luar dengan kecewa. Yang masuk adalah kakak pertamanya berserta Azalea yang kesulitan berjalan karena perut besarnya."Kenapa mukamu begitu?" tanya Mas Laki heran pada Devan. Ia meletakkan kotak makanan dalam plastik di atas meja.Devan hanya menggeleng sebagai jawaban. Lalu Laki beralih pada Mada yang sibuk dengan laptopnya. "Gabriella ke mana?"Tak lama pertanyaan Laki terjawab dengan kemunculan Gabriella dari dalam kamar mandi. Wajah kakak ipar kedua Devan itu tampak pucat."Diare lagi?"Gabriella mengangguk lemah, ia duduk bersandar di sofa dengan beberapa bulir keringat di dahi."Pulang aja sih, Mbak, k
Sekarang Devan tahu, mengapa langit malam tanpa bintang terlihat sedih. Itu karena malam merasa kesepian. Karena bintang dan langit malam adalah suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.Langit malam tanpa bintang bukan berarti bintang itu pergi. Meski tak terlihat, bintang itu akan selalu berada di sekitar langit. Bintang tidak pernah meninggalkan langit sedetik pun.Dan Devan yakin, walau lima tahun kepergian Eleanora, wanita tercintanya itu tetap selalu ada di dekatnya. Mengawasinya dan menjaganya.Devan akhirnya mengingat semua tentang Eleanora juga penyebab ia bisa geger otak dan lupa ingatan. Ia ingat bagaimana Eleanora bersedih atas luka yang ia dapat. Ia ingat bagaimana jerit pilu Eleanora ketika meminta maaf padanya yang tengah terbaring koma. Entah keajaiban dari mana Devan bisa mengingat ucapan-ucapan Eleanora sebelum istrinya itu pergi.Devan juga ingat bagaimana Diego Lim dengan frustrasinya datang terus menerus untuk meminta maaf, tam