"Aku, aku freelance," jawab Roni terbata."Oh iya. Senang bertemu denganmu, Ron," sahut Tina.Roni baru menyadari jika seorang perempuan cantik itu yang menyapa dirinya. Bahkan dari tadi hanya fokus dengan bayangan omongan ibunya saja. "Sepertinya ini kesempatan," batinnya."Kamu sedang menunggu apa?" tanya Roni membuka obrolan.''Mau makan juga nih, laper," jawab Tina sembari menepis rambut dari telinganya. Senyumnya merekah untuk Roni.Roni seperti jatuh cinta pada pandangan pertama. Namun dirinya juga belum tahu Tina itu siapa."Kamu rumahnya dimana?" tanya Roni."Aku dekat sini saja, kalau kamu dimana?" balas Tina."Sama, aku juga nggak jauh dari sini. Ngomong-ngomong kamu mau kemana?" tanya Roni."Mau makan siang aja. Karena aku lagi kerja," jawab Tina."Oh, kerja dimana memang?""Itu, di perusahaan Meta. Jadi manajer."Roni terpana mendengar jawaban itu. "Sudah menikah?""Sudah, tapi sudah bercerai. Karena mantan suamiku dulu selingkuh. Katanya aku terlalu sibuk kerja. Padahal a
Roni masih sedikit ragu, hanya saja perempuan yang di depannya sungguh menakjubkan. Seperti kedatangan durian runtuh. Dapat cantiknya, dapat traktiran baju bagus dan juga dapat makan malam romantis.Membayangkan saja masih belum bisa diperkirakan. Mungkin ini salah satu doa ibunya yang diijabah. Mengingat ibunya Roni selalu mengatakan untuk memiliki perempuan yang bisa dimiliki hartanya.Roni hanya menikmati makan malam dengan indah. Bahkan sesaat melupakan Mosa. Baginya, Tina jauh lebih cantik daripada Mosa. Pekerjaannya juga mapan.Roni mencuri pandang Tina yang sedang makan itu. Ternyata hal itu disadari oleh Tina."Kamu kenapa, Ron?" tanya Tina."Oh, nggak apa-apa. Maaf," sahut Roni salah tingkah."Kamu bingung ya? Aku sampai mengajak kamu makan malam begini?" sanggah Tina."Ya, iya. Memang aku bingung. Tapi aku juga tidak keberatan kok,'' sahut Roni."Aku hanya ingin memiliki teman untuk diajak berbincang. Semenjak aku bercerai dengan suamiku, aku tidak lagi punya teman untuk ber
"Aku sebenarnya menyukaimu, Tina. Maukah kamu menjalin hubungan denganku? Tetapi maaf, aku memang tidak memiliki pekerjaan yang mapan seperti kamu. Aku hanya kerja kisaran saja. Aku juga tidak memaksa kamu untuk mau denganku," Roni mengutarakan perasaannya. Tina tersenyum, meraih tangan Roni yang ada di atas meja. "Ron, sejak awal aku bertemu denganmu memang aku sudah suka sama kamu. Maka dari itu aku memperlakukanmu dengan spesial. Aku tidak keberatan apapun pekerjaan mu. Yang jelas kamu bisa menerima aku yang sibuk ini," sahutnya. "Sungguh kamu mau sama aku?" tanya Roni."Seriuslah. Untuk apa berbohong," jawab Tina."Baiklah, mulai hari ini kita pacaran, ya? Aku boleh main ke rumah kamu tidak?" "Untuk apa? Di rumah itu membosankan. Aku ingin kita jalan-jalan saja di luar seperti biasanya. Bagaimana? Apa kamu keberatan?''"Oh, tentu tidak. Aku juga suka jalan-jalan sama kamu. Yah, kalau kamu tidak keberatan mungkin aku ingin mengenal keluarga kamu juga," tutur Roni."Itu gampang.
"Baiklah, nanti siang kita ke sana, ya?'' balas Andre.Akhir pekan memang hari yang bisa dinikmati bersama dengan keluarga. Kesibukan baru Andre sebagai wakil direktur tentu menguras tenaga dan juga pikiran. Sebenarnya banyak beban yang ia tanggung. Hanya saja bertemu dengan Mosa bisa langsung mencairkan suasana hatinya. Melihat Mosa sehat membuat Andre senang dan juga tenang. Apapun yang Mosa inginkan sebisa mungkin agar bisa dilaksanakan. Karena sebuah kebahagiaan baginya ketika mengetahui istrinya selamat dari insiden maut itu.Siang harinya, sesuai permintaan Mosa. Andre mengajak Mosa untuk ke rumah hadiah. Luki yang membawa mobil dengan senang hati mengantarkan majikannya. Tetapi dalam hati Mosa juga ingin bertanya kepada Luki."Maaf, Pak Luki, saya ingin bertanya," tutur Mosa di kursi belakang mobil."Baik, Bu. Silakan mau bertanya apa?" sahut Luki."Memangnya Pak Luki itu tidak memiliki prioritas keluarga? Sampai hari minggu juga harus bekerja?" tanya Mosa."Oh itu. Saya selal
Mosa dan Andre pun berkeliling ke rumah dua lantai itu. Rumah itu terlihat minimalis, tetapi desain interior nya cukup menarik. Pilihan warna peach untuk cat tembok yang dominan menambah nilai untuk rumah itu.Memasuki kamar utama terdapat sebuah ranjang cukup luas. "Dre, kamar ini besar sekali, aku nggak pernah bayangkan sebelumnya. Aku cuma pernah liat di sinetron saja. Dan beneran ini jadi kamar kita?" tanyanya. "Iya. Besar, ya? Ya ini rezeki kita, Mosa. Kita juga harus bersyukur! Kalau memang kita akan tinggal di sini nantinya kita harus mengadakan pengajian. Minimal untuk syukuran apa yang telah kita dapatkan selama ini. Bagaimana kamu setuju?" balas Andre."Iya, setuju. Cuma kita juga nggak kenal sama orang di sini. Bagaimana kalau kita mengundang anak yatim pintu saja? Ya kalau orang di sini nggak sibuk. Jadi sepertinya lebih baik kita mengundang anak yatim saja. Nanti sambil kita kenalan sama tetangga di sini," sahut Mosa."Ide bagus itu. Ya sudah kita lanjutkan untuk melihat
"Mosa, yuk kita ke kamar!" ajak Andre.Mosa hanya pasrah ketika tubuhnya diajak ke kamar oleh Andre."Mosa, kamu tahu kan kalau Ibu tidak bermaksud seperti itu? Jangan membuat ibumu menjadi merasa bersalah! Kasihan!" tutur Andre.Mosa menyeka air matanya sambil terisak. "Yah, aku tahu itu, hanya saja aku merasa bahwa ucapan ibu tadi menyakiti hatiku yang memang belum memiliki anak," jawab Mosa. "Itu karena kamu terlalu sensitif, Mosa. Coba kamu lebih bisa menerima keadaan! Tentu semua ini tidak akan terjadi. Sekarang kamu istirahat saja dulu! Kan kamu juga baru pulang, belum sempat ganti baju. Kamu mandi dan ganti baju dulu, ya!" titah Andre.Mosa hanya mengangguk.Malam harinya ketika suasana sudah mulai mencair, Mosa kemudian makan malam bersama Andre dan Ibunya di meja makan."Mosa, kapan kalian mau pindah ke rumah kalian?" tanya Mina."Masih belum tahu, Bu. Kalau pun pindah, kita cuma pindah saja, karena di sana sudah disediakan semuanya. Tinggal baw baju saja," jawab Mina."Mosa
Setelah selesai makan, Tiba mengajak Roni untuk ke kamar hotel. Menyusuri lorong dan naik lift akhirnya mereka sampai di sebuah kamar."Tina, kita mau apa ke sini?" tanya Roni. Tina kemudian mengunci kamar itu dan mengajak Roni masuk ke dalam. Tina meletakkan tas yang dibawa nya dan menyalakan televisi tanpa menjawab pertanyaan Roni."Tina, jawab pertanyaanku!" pinta Roni.Tina kemudian menatap wajah Roni yang entah bingung atau pura-pura tidak tahu. Tiba mendekati Roni dan memeluk Roni.Cukup lama memeluk akhirnya Tina mendekatkan wajahnya ke wajah Roni sampai nafas mereka terasa satu sama lain."Ron, aku sudah lama tidak merasakan hangatnya laki-laki. Kamu mau kan memuaskan aku?" ucap Tina tepat di depan wajahnya.Roni masih bingung, sebenarnya jantungnya berdebar sejak Tina memeluknya. Sudah lama juga tidak merasakan itu sejak Laila meninggal. Tetapi Roni juga takut karena belum ada ikatan yang sah untuk bisa melakukan itu."Tapi kita belum menikah, Tin," jawab Roni."Tidak harus
Tanpa bisa menolak lagi, Roni hanya bisa menurut perkataan Hendra. Seperti yang telah dijadwalkan, Roni sudah harus stand by di sebuah tempat untuk menunggu kedatangan Andre.Seperti sebelumnya, Roni kembali akan melakukan sesuatu di luar akal sehatnya. Baru saja kemarin merasakan indahnya dunia bersama Tina, tetapi kini sudah dihadapkan dengan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan. Roni menunggu kedatangan Andre. Kali ini Roni sendiri yang akan maju tanpa didampingi anak buah Hendra. Mobil yang membawa Andre pun sudah terlihat, itu artinya Roni harus segera mengikuti kemana Andre akan pergi.Sementara itu di dalam mobil Andre, Luki mulai menyadari jika sebuah mobil nampak mengikutinya. Luki sudah cukup berpengalaman akan hal itu.Tanpa mengatakan kepada Andre, Luki kemudian mengalihkan jalan ke jalan yang lain."Luki, kenapa kita berbelok?" tanya Andre."Ada sebuah mobil yang mengikuti kita, Pak. Jadi saya kita menuju jalan yang lebih ramai saja, agar meminimalkan segala kemungkina