Seorang satpam yang tidak jauh dari Roni duduk mendekat."Pak, ini rumah sakit. Tolong jangan berteriak di sini! Sangat mengganggu pasien yang sedang beristirahat. Kalau memang Bapak tidak bisa silakan meninggalkan rumah sakit ini!" usir satpam tersebut."Maaf, maaf, Pak. Saya tidak mengulangi," sahut Roni.Perasaannya semakin berkecamuk. Ia tidak tahu tempat yang terbaik untuk mengutarakan. Ibunya sedang terbaring di rumah sakit. Istrinya di rumah bermusuhan dengan ibunya. Sedangkan perempuan yang saat ini ia rindukan sepertinya sudah tidak memperdulikannya lagi.Andre yang bisa diajak komunikasi justru saat ini sedang tidak bisa dihubungi. Hari semakin malam membuat Roni mengantuk. Tetapi ia bingung ingin tidur dimana. Roni kemudian merebahkan dirinya di kursi panjang yang ada di gazebo. Mencoba memejamkan matanya.*Di rumah Mosa. Pukul 8 malam.Andre dan Ayahnya sudah pulang. Kini Mosa sedang berbunga sembari memperhatikan cincin yang disematkan oleh Andre. Ia merasa bahwa taman
"Memang apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Andre."Sebenarnya aku mengharapkan mantan istriku kembali. Jujur, aku menyesal dengan apa yang pernah aku lakukan sama dia. Tapi aku sudah mencoba berkali-kali untuk minta maaf tapi katanya dia sih sudah memaafkan. Tapi kalau untuk kembali katanya tidak," jawab Roni.Andre menelan saliva. Ia tidak ingin menceritakan bahwa dirinya sudah melamar Mosa. Ia tidak mau ada salah paham."Mungkin kamu memang tidak berjodoh sama dia, Ron. Sekarang coba kamu perbaiki saja dengan istrimu yang Sekarang! Jangan sampai kejadian masa lalu akan terulang lagi!" Andre memberikan saran."Iya, Ron. Cuma aku juga masih bingung saja apa yang harus aku lakukan saat ini. Istriku sedang getol berpacaran. Lalu ibuku tahu saat dia sedang menelpon pacarnya. Terus ibuku memukul istriku berkali-kali, istriku yang merasa membela diri akhirnya mendorong ibuku. Aduh aku nggak ngerti lagi harus bagaimana saat ini. Padahal juga aku sebenarnya sayang sama mereka. Aku cuma bi
Setelah bertemu dengan Andre, Roni memilih untuk pulang. Rumah tidak dikunci membuat ia mudah masuk ke dalam rumah. Ia melihat Laila sudah tidur pulas. Ia juga melirik jam sudah pukul 12 malam.Roni kemudian masuk ke rumah dan menjalankan kewajiban empat rakaat yang belum sempat Ia jalankan. Roni kemudian menengadah meminta kepada Tuhan agar bisa memberikan jalan keluar terbaik untuk masalah keluarganya. Ia juga tidak ingin terus menerus merasa bahwa tidak bisa menjadi imam yang baik.Seperti yang dikatakan Andre, Roni harus bisa berubah menjadi diri yang lebih baik. Mengingat saat ini keluarga kecilnya juga masih dalam kesemrawutan.Setelah selesai, Roni kemudian masuk ke kamar dimana Laila sedang beristirahat. Sudah sangat lama mereka tidak pernah tidur satu kamar. Roni kemudian merebahkan dirinya di samping Laila. Sontak Laila langsung terbangun dan duduk."Kamu, ngapain di sini?" tanya Laila. Meskipun masih mengantuk Laila merasa suaminya aneh. "Aku hanya ingin tidur di sini, La
Hari ini Roni sudah selesai pindah rumah. Barang-barang yang dibutuhkan semua sudah ada di rumah barunya. Saat ini ia melihat Laila masih tertidur pulas. Ia merasa bahwa istrinya sedang kelelahan.Roni mulai untuk memikirkan bagaimana pekerjaannya. Ia bertanya kepada bawahannya stok bawang di beberapa tempat yang biasa dikirim.Tetapi hasil yang dia terkejut. Menurut anak buahnya, karena cukup lama tidak ada pengiriman mereka beralih ke distributor lain. Hal ini tentu membuat Roni merugi. Bagaimana tidak, jika dalam satu bulan bisa menghasilkan 10-20 juta, bulan ini ia hanya menerima sekitar dua juta saja. Itu sudah dikurangi gaji para karyawan yang bekerja dengannya.Roni bingung. Ia mengingat pesan Andre kemarin ternyata benar. Ketika sedang ada masalah harus tetap bekerja agar pemasukan tetap berjalan stabil. Tetapi nyatanya tidak sesuai dengan ekspektasi. Hasil yang didapatkan sangat jauh.Hasil itu pun didapat dari pengiriman bawang yang dekat saja. Untuk luar kota masih terkenda
"Kamu ini masih saja perhitungan, Mas. Katanya mau berubah tetapi kamu masih saja seperti itu. Artinya kamu memang belum benar-benar ingin berubah," cibir Laila."Bukan begitu, Laila. Aku hanya ingin memberitahukan kepada kamu kalau kondisi keuangan aku saat ini sedang merugi. Jadi kamu harus bisa berhemat! Aku hanya ingin kita bisa hidup sederhana. Bukannya kamu juga terbiasa hidup sederhana, jadi nggak masalah kan kalau kamu lebih berhemat. Harga ayam goreng biasanya juga cuma 15ribu sudah dapat. Nah ini tiga porsi sampai hampir dua ratus ribu. Jadi menurutku uang sisanya bisa dipakai yang lain,'' sahut Roni.''Kamu maka dari itu berusaha, Mas! Jangan cuma karena merugi terus aku yang disuruh berhemat. Uang itu dicari lagi. Pasti bisa, kan? Atau kamu mau aku minta lagi sama Ronald?" balas Laila."Kamu sedang mengancam aku, Laila?""Tidak. Aku hanya memberi kamu semangat agar bisa mencari uang. Kamu biasanya mudah sekali dapat uang, kan? Tapi kalau lagi sukses kemarin uangnya malah k
"Ronald, kan? Siapa lagi?" balas Roni."Ibuku. Ibuku sedang memberitahukan kalau ayahku sedang sakit. Sini ponselku!" Laila kemudian menarik paksa ponselnya dan melanjutkan telepon. Roni mendengar memang Laila memanggil ibunya di telepon itu. Ia kemudian duduk dan menunggu Laila selesai telepon. "Aku harus pulang sekarang," ucap Laila."Kemana?" tanya Roni."Aku mau pulang. Ayahku sakit keras. Dengan atau tanpa kamu aku akan berangkat," jawab Laila dan berlalu meninggalkan Roni.Roni melihat saat ini pukul 11 malam. Dengan apa Laila akan berangkat di tengah malam begini."Kenapa tidak besok saja, Laila? Aku akan mengantarkan kamu. Ini sudah malam sekali. Besok pagi kita naik kendaraanku," sahut Roni."Tidak. Aku akan berangkat sekarang. Aku sudah siap-siap. Intinya aku cuma bilang aku mau pulang sekarang dengan atau tanpa kamu, Mas," balas Laila. "Iya, oke. Sekarang kita berangkat. Tapi kita naik travel saja, ya. Kebetulan di dekat sini ada travel jadi kita naik itu saja. Kalau nai
"Tenang! Nanti Ibu bantu untuk bicara dengan ayahmu. Insya Allah ada jalan. Kamu masih menyimpan nomor ayahmu, kan?" balas Mina."Iya, masih, Bu.""Nanti coba kamu hubungi ayahmu! Kamu sampaikan apa adanya. Coba bagaimana nanti ayahmu akan bilang," tutur Mina.Mosa kemudian menekan tombol panggil untuk ayahnya.Telepon terhubung. "Assalamualaikum. Halo, Ayah?" sapa Mosa."Iya.""Yah, aku mau menyampaikan, jika bulan depan aku akan menikah. Ayah bersedia kan menjadi waliku?""Maksud mu apa, Mosa? Kamu kan baru saja menikah. Kenapa kamu bilang akan menikah?""Maaf, Yah. Aku sebenarnya sudah bercerai. Dan sekarang aku mau menikah lagi. Tolong Ayah bisa menjadi wali ku," pinta Mosa."Kamu itu bagaimana sih, Mosa? Baru sebentar menikah sudah bercerai. Dan mau menikah lagi. Ayah ada di luar kota. Mana mungkin Ayah bisa bolak balik seenaknya. Kalau kamu mau meminta restu pada Ayah, kamu datangi Ayah sama calon kamu itu. Tapi kalau kamu tidak bisa maka kamu tidak usah menikah lagi!" "Baik,
Andre hanya tersenyum. Calon istrinya baginya begitu menggemaskan. Saat mereka sampai di sebuah rumah, Andre mengajak Mosa masuk. "Oh, Andre sudah datang. Silakan masuk, Mas!" ajak laki-laki usianya sekitar 40an."Terima kasih, Pak Dendi," jawab Andre."Ini siapa, Dre?" tanya Pak Dendi."Ini adalah calon istri saya, Pak,'' jawab Andre dengan tersenyum bangga."Wah, bagus, Dre. Segera untuk undangan, ya!" tutur Pak Dendi."Saya tidak janji ya, Pak,'' sahut Andre. "Baik, ini desainnya memang sudah jadi, kebetulan tadi saya ada di rumah calon istri saya. Jadi sekalian saya ajak saja, Pak,'' imbuhnya sembari membuka laptopnya. Mosa memperhatikan Andre yang sedang menjelaskan desain rumah pesanan dari Pak Dendi. Rupanya Pak Dendi masih ada kerabat dengan Pak Dendi. Meskipun jauh tetapi Pak Dendi paling tidak masih menjadi Om dari Andre."Jadi begitu, Pak. Apakah ada yang kurang?" tanya Andre menutup semua penjelasannya."Sudah cukup. Saya suka sama kerja kamu, Dre. Selalu memuaskan. Bah