Bab 25B Mencurigakan"Kenapa melamun? Lalu apa yang mau kamu lakukan,Syil?" tanya Merry seraya mengambil tisu untuk mengelap mulutnya."Aku memikirkan tentang pekerjaan, Mer. Aku harus mencari batu loncatan."Wajah Merry tiba-tiba meredup melihat kondisi sahabatnya. Benar-benar bos sekaligus suami sahabatnya tega membiarkan Syila terlunta."Bagaimana kalau kamu coba melamar di tempat temanku? Tapi gajinya jauh di bawah perusahaan kita.""Nggak masalah, Mer. Yang penting aku tidak menganggur.""Baiklah kalau begitu. Aku nanti kirim alamatnya ke ponselmu.""Nomerku ganti, Mer." Syila mengucap lirih membuat Merry tercengang."Masalah lagi?""Iya, simcard diambil Refan." Merry menepuk jidatnya. Ia tidak habis pikir ipar sahabatnya suka merecoki."Sini ponselnya aku ketik nomerku!"Syila menyerahkan ponselnya supaya Merry bisa menyimpan nomernya.Selesai makan dan berbincang, Syila balik ke kontrakan untuk menyiapkan berkas surat lamaran kerja. Sementara itu, Merry kembali ke kantornya. Ia
Bab 26A AncamanBrak.Suara berisik terdengar di luar ruangan membuat keduanya terhenyak dan saling memandang ke arah luar. Gegas mereka melihat kondisi di luar sana.Merry gelagapan saat tubuhnya mundur menabrak tempat sampah ukuran besar yang ada di belakangnya. "Kamu ngapain di situ?!""Eh, maaf Nona. Saya ceroboh tadi membersihkan lantai hampir terpeleset," ucap seorang karyawan bagian kebersihan yang biasa bertugas di lantai itu. Setiap hari setidaknya pagi, siang, dan sore lantai di sekitar ruangan petinggi perusahaan harus terjamin kebersihannya."Kamu sendiri di sini?" Sania menatap wajah pemuda yang sedang menunduk. Ia yakin pemuda ini tidak akan berani berbohong, sanksinya bisa saja dipecat."I...iya, Nona.""Saya tanya sekali lagi, kamu ingat sanksinya kalau berbohong, bukan?""Siapa tadi yang ada di sini bersamamu?" cecar Sania, sementara Alex melangkah ke sekitar mengecek lift dan tangga. Gak lama kemudian Alex kembali ke tempat Sania menginterogasi karyawan tadi."Saya
Bab 26B Ancaman"Permisi, Mbak." Di dalam ruangan sudah ada Sania dan Alex yang memasang wajah serius. Seoalh menjadi seorang terdakwa, Merry duduk di kursi yang telah ditunjuk Sania."Apa benar tadi kamu kemari?" tanya Sania dengan wajah datar."Ya, Mbak. Saya hendak membawa laporan penjualan," terang Merry berusaha tenang tanpa mengundang curiga."Oya? Kenapa nggak ketuk pintu lalu masuk?" lanjut Sania mengi terogasi.Wajah muram Sania membuat Merry sedikit canggung menjawab."Maaf, saya takut mengganggu karena ada Pak Alex sedang mengobrol dengan Mbak Sania," imbuhnya."Saya yakin kamu mendengar pembicaraan kami, bukan?" Sania mendesak Merry supaya mengaku. Namun, sahabat baik Syila itu kekeh dengan pendiriannya."Baiklah, kalau kamu tidak mengaku. Kamu yang menanggung resikonya. Bisa jadi bukan kamu yang secara langsung menerima akibatnya, tapi sahabat baikmu."Merry terperangah saat mendengar orang yang dimaksud adalah Syila."Apa yang mau Mbak lakukan?" sergah Merry seraya menata
Bab 27A Serabutan"Kenapa, Pak?" "Mbak Syila pernah bekerja di perusahaan kosmetik ternama di ibukota, ya?"Syila mengangguk. Ia baru teringat kalau dipaksa berhenti bekerja di perusahaan ternama oleh suami dan kembarannya. Pastinya sekarang dirinya tidak diterima gara-gara itu."Mohon maaf sekali, Mbak Syila bisa mencoba di perusahaan lain." Dengan berat hati, kepala HRD mengucapkan kalimat sehakus mungkin. Senyum Syila meredup. Ia mengucapkan terima kasih telah diperlakukan dengan baik walau hanya beberapa jam. Gegas Syila mengembalikan amplop itu. Ia tidak mau menerimanya, karena baru masa training.Melangkah dengan gontai meninggalkan perusahaan yang baru akan berkembang, Syila menoleh dan menatap sendu. Kenyataan tenaga dan pikirannya tidak berjodoh dengan kantor ini. Ia meraba dompet di dalam tas yang isinya kian menipis, kartu pun tidak bisa digunakan. Sebisa mungkin ia harus menghemat sampai mendapat pekerjaan.Syila berjalan melewati sebuah restoran yang membuat perutnya be
Bab 27B SerabutanKeesokan harinya, Syila semangat memasukkan lamaran ke beberapa pabrik sekitar kontrakan seperti pesan ibu pemilik warung makan. Ia berdandan natural dengan polesan bedak serta lipcream merk ternama B erl Cosmetics yang selalu menemani hari-harinya. Dari satu pabrik ke pabrik yang lain, tidak satupun yang mau menerima lamaran Syila. Hingga matahari meninggi, teriknya menyengat kulit wajah, Syila berteduh di bawah pohon di pinggur jalan.Sebuah botol mineral yang Syila bawa segera ditenggaknya. Rasa dingin menyegarkan membasahi kerongkongannya. Hatinya berdenyut nyeri, benar saja ia sudah masuk daftar hitam karena dikeluarkan dari perusahaan ternama milik suaminya. Hampir tidak ada yang mau menerimanya bekerja. Kalaupun ada yang mau itu karena mereka belum tahu alasannya pindah kerja. Begitu mengetahui kalau dirinya dipecat dari perusahaan sebelumnya, maka saat itu juga ia dikeluarkan dari kantor yang baru saja menerimanya."Hufh, susahnya mencari kerja di ibukota. Apa
Bab 28A tak sengaja BertemuSeminggu di Bandung, Zein dan Refan telah kembali ke ibukota. Mereka sudah tenggelam dalam pekerjaan di kantor yang menyita waktu. Apalagi kondisi yang sedang tidak stabil membuat pimpinan perusahaan kosmetik ternama itu harus kerja ekstra. Bahkan karyawan pun beberapa diberikan tugas lembur. "Bang, jangan terlalu memaksakan diri. Abang harus jaga kesehatan!" Refan mencoba mengingatkan abangnya yang terlalu larut bekerja hingga lupa makan. "Sebentar lagi selesai, Fan," sahutnya membuat Refan berdecak kesal. Refan yang berdiri dengan berkacak pinggang memilih mendekat ke arah abangnya. Suara laptop di tutup paksa oleh Refan membuat Zein gelagapan. "Ayo makan dulu! Kita lanjutkan besok." Zein yang melihat perhatian saudara kembarnya menyunggingkan senyum. Ia menyadari bahwa mereka bukan saling bersaing seperti yang selama ini mereka kira. Kenyataan keduanya selalu saling mengingatkan dalam kebaikan. Meskipun dalam diri masing-masing pernah terbesit iri h
Bab 28B tak sengaja Bertemu"Maaf, Syil. Pelanggan yang itu menolak dilayani. Maunya kamu yang langsung melayani. Sini aku jaga bagian kasir. Mereka mengancam mau lapor ke Pak Heru manager kita. Takutnya kamu dipecat." Syila mendesah kesal. Mau tak mau ia meladeni ulah si kembar. Berjalan dengan memaksakan wajah tersenyum, Syila menawarkan kembali buku menu ke suami dan iparnya. "Silakan, Pak. Menu andalan resto kami chicken blackpepper with mushroom. Minumnya ginger tea," ucap Syila dengan nada penuh penekanan. Keduanya menatap ke arah Syila. Namun yang ditatap enggan membalas dan memilih menghindarinya. "Kami pilih menu andalan itu dua porsi. Tolong bersikap sopan pada pelanggan Anda atau kami akan melaporkan ke manager resto ini." Refan memberi ancaman ke Syila yang berani mengabaikannya tadi. Zein masih menatap dingin ke arah Syila, lalu memutus kontaknya setelah Refan selesai menyebutkan pesanan. Sementara itu, Syila memasang raut wajah kesal mendengar ancaman Refan. Ia segera
Bab 29A Suami Merasa jalan yang diikutinya buntu, Refan berbalik melangkah hingga di belokan ujung gang hampir menabrak seseorang. Refan tersentak hingga bersiap memasang kuda-kuda."Apa yang kamu lakukan di sini?" ujar pemilik kontrakan yang menaruh curiga pada Refan. Refan hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Karena suasana yang remang tidak memperlihatkan dengan jelas penampilannya. Pemilik kos mengira dia mau berbuat jahat."Kamu mau maling? Atau merampok?!""Maaf, Pak, sepertinya saya salah jalan."Pemilik kontrakan itu lalu menunjukkan jalan keluar dari gang buntu menuju jalan besar. Setelah kepergian Refan, pemilik kontrakan kembali masuk ke rumahnya."Pak, apa dia sudah pergi?""Astaga, Mbak! Jangan bikin saya jantungan. Umur saya belum setengah abad," protesnya membuat Syila meringis.""Laki-laki tadi? Mbak kenal?"Syila menggelengkan kepalanya supaya tidak ditanya lebih jauh."Tadi saya merasa ada yang mbututin, lalu saya buru-buru masuk gang biar dia kehilangan je