enjoy reading
S3 Bab 10B "Apa ada jalan lain keluar dari toilet?" tanya Rendra "Sebelah itu, Mas. Ada jalan langsung ke luar hotel." "Astaghfirullah. Om, Mbak Al pasti sudah pergi." "Apa maksudmu, Ren?" "Mbak Al udah pergi dari toilet." "Lalu kemana Alea?" "Aku akan mencarinya. Om balik saja ke dalam. Takutnya mama dan papa nyariin Mbak Al sama aku." "Ya, Ren. Kabari Om kalau sudah ada info tentang Alea, ya!" pinta Irsyad dengan nada khawatir. Baru kali ini dia dirundung kekalutan. Ia ikut merasakan sakit mengetahui Alea yang pasti sedang patah hati. Rendra berlari menuju parkiran. Ia melajukan mobilnya mencari sang kakak. Ingatannya tertuju kala berbincang dengan kakaknya. Saat itu, Alea dan Rendra sedang duduk selonjoran sehabis latihan karate di Dojo. "Mbak Al suka gunung atau lautan?" "Kenapa?" "Jawab aja." "Mbak suka lautan." "Kenapa?" "Mbak merasa tentram melihat air, Ren. Meski Mbak juga suka menikmati pemandangan gunung, tapi Mbak lebih damai kalau dekat dengan air. Entah itu
S3 Bab 11AAlea dan Rendra sudah sampai di rumahnya. Ada Bi Sumi yang menyapa dengan wajah terkejut. "Mbak Al, Mas Rendra. Ada apa?" Alea hanya tersenyum kaku lalu melangkah masuk menuju kamarnya. Rendra hanya meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Bi Sumi pun berkata lirih. "Kenapa dengan Mbak Al, Mas?" "Bi Sumi mending nggak usah banyak bertanya dulu. Biarkan Mbak Alea menenangkan diri." "Gitu, ya? Baiklah, Bibi pura-pura nggak tahu saja." Rendra mengangguk lalu ke dapur mengambil segelas air minum. Ia menenggaknya hingga tenggorokannya terasa segar. Tak lama kemudian, Rendra memilih ke kamar untuk merabhkan badan yang lelah akibat mencari kakaknya. Sementara itu, Alea sudah mengganti kebayanya dengan pakaian santai. Setelah menunaikan salat Zuhur, ia justru menenggelamkan wajahnya dibalik bantal. "Mbak. Mbak Alea. Makan siangnya sudah siap!" seru Bi Sumi. "Ya, Bi. Nanti saja, Al masih kenyang." Setelah tidak ada balasan dari Bi Sumi, Alea kembali meringkuk di kasur. Ia ing
S3 Bab 11BAlea menutup pintu kamarnya lalu berlari menghempaskan badan ke ranjang. Ia sesenggukan di bawah bantal agar tidak didengar sang mama. "Maafin, Al, Ma. Al sudah berbohong. Mas Damar calon Alisa adalah lelaki yang mau Al kenalkan." Alea berulang kali mengusap wajahnya yang mulai basah lagi oleh air mata. Ia butuh waktu untuk berdamai dengan hari ini. Patah hati di saat menyukai lelaki untuk yang pertama kali begitu menyakitkan. Di kamarnya, Syifa mengganti pakaian kebayanya. Ada Zein yang baru selesai dari kamar mandi dan telah memakai baju kaos oblong serta celana selutut. "Kenapa dengan Alea, Ma? Papa kok lihat ada yang nggak beres dengan sikapnya." "Nggak beres gimana, Pa?" "Seperti ada yang disembunyikan," tebak Zein yang sejak masuk ke rumah melihat sosok putrinya tak ceria. "Tadi Mama sudah tanya sama Alea, Pa. Katanya gara-gara Rendra mereka harus pulang. Baju dan pasminanya kotor. M
S3 Bab 12 "Om. Om Irsyad." Alea susah payah mengucap nama lelaki itu. Pelukan erat Irsyad disertai napas yang menerpa kepala berhijab Alea membuatnya pasrah. Alea menikmati sejenak momen yang membuat hatinya tenang dan nyaman. "Jangan bergerak! Begini saja sebentar agar Om tidak khawatir sama kamu, Al. Om nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Om yakin kamu sedang tidak baik-baik saja saat ini." Ucapan Irsyad membuat nyeri di hati Alea kembali menyergap. Ia menghirup oksigen banyak-banyak hingga aroma citrus parfum Irsyad menguar di hidungnya. Menentramkan. Sejenak Alea menangis tersedu. Ia merasa saat ini waktu yang tepat untuk mencurahkan hatinya. Irsyad sudah seperti papanya. Jika papanya sekarang sibuk dengan pekerjaan maka Irsyad menjadi sosok yang menggantikan posisi itu. "Al salah paham, Om. Al mengira mama Mas Damar ramah sama Al karena ingin segera bertemu dan berkenalan, ternyata yang dimaksud adalah Alisa." "Sudahlah, jangan terlalu berharap pada manusia. Nanti
S3 Bab 13AKeesokan harinya, Alea sudah bersiap dengan pakaian ke kampusnya. Celana denim dipadu tunik floral dan pasmina polos navy. Ia masih menatap dirinya ke cermin. "Aku harus terlihat baik-baik saja. Aku nggak boleh kelihatan terpuruk. Terutama di depan Om Irsyad. Memalukan sekali karena aku kepedean. Apalagi sudah bersaing mendapatkan pasangan. Om Irsyad sudah jalan bareng Us Silvi, sementara aku.... Ah, sudahlah Alea. Jangan merebut pasangan milik saudaramu." Alea selesai bermonolog di depan cermin sambil membetulkan polesan make up naturalnya. Tok,tok. Sebuah ketukan pintu terdengar, membuatnya menoleh. Ada mamanya melongok dari luar kamar. "Al, buruan ke ruang makan," titah sang mama. Alea menautkan alisnya ke dalam. Tumben sekali mamanya mengenakan gamis di rumah dipadu dengan jilbab instan yang menutup dada. "Siapa tamunya, Ma?" "Ckk, udah ayo buruan keluar. Ada rekan bisnis papa yang baru. Kemarin kan kamu belum sempat bertemu dengan keluarganya. Mereka pagi-pagi ke
"Oh, ya. Alea, tante minta maaf ya! Tante salah mengira kemarin. Tante pikir sedang ngobrol ditelpon sama Alisa, ternyata sama Alea. Tante tidak tahu kalau panggilan Alisa itu Lisa. Tante pikir panggilannya sama dengan kamu." Mama Damar mengulum senyum sembari mengucap maaf. Alea berusaha tersenyum yang mengatakan dirinya baik-baik saja. "Tidak masalah Tante. Al cuma membantu Mas Damar, kok." Alea terkesiap saat mendengar Alisa terbatuk. Sepertinya tersedak minuman yang baru saja ditenggaknya. Ia menoleh, sontak saja Alea merasa nggak enak hati. Sedari tadi mama Damar memujinya. "Eh, tapi kemarin kami bernagkat bertiga, kok, Tante. Ada Kiki sahabat saya juga ikut menemani," ungkap Alea meski tidak ada yang menanyakannya. "Syukurlah, soalnya Alisa lagi ada ujian di kampus katanya." "Iya, Tante," jawab Alisa. "Makasih ya, Mbak Al, sudah bantu Mas Damar ke butik." Alea hanya menjawab dengan seulas senyum. "Ayo, Bang, bisa kita mulai sekarang diskusinya!" ajak Refan pada Zein. Ia t
S3 Bab 14Ting, sebuah notifikasi pesan masuk ke ponsel Alea. Ia mengusap layar benda persegi itu. Matanya melebar saat fotonya yang memakai tegi dengan sabuk coklat terkirim lewat WA. "Kamu terlihat keren, Al." Sebuah pesan disertai emoticon senyum membuat Alea beralih melihat ke mobil yang berjajar di sebelah kirinya. "Mas Damar meresahkan," batin Alea sambil melempar ponselnya ke dalam tas. "Ada apa, Al?" Irsyad menoleh lalu menautkan alisnya. Ia heran melihat respon tiba-tiba Alea. "Kamu mau jadi obat nyamuk? Ya sudah sana balik ke mobil sebelah!" titah Irsyad dengan suara datar. Alea hanya berdecak. "Om Irsyad kenapa ikut-ikutan kesal. Ini urusan Al sama pengemudi mobil di sebelah." "Ya jelas Om kesel, Al. Lihat muka kamu ditekuk gitu kan bikin mood ilang." "Iya-iya, Om nyetir yang bener aja. Nanti Al keburu telat." Drrt, drrt. "Ponsel Om berbunyi, tuh," celetuk Alea sambil matanya mengarah ke ponsel yang ada di dashboard. "Angkat, Al!" Alea mengambil ponsel Irsyad. Di
S3 Bab 15 Setengah jam perjalanan akhirnya Alea sampai dengan membonceng motor Yoga. Dari kejauhan dua sahabatnya memicingkan mata ke arah parkiran motor "Andi, apa aku nggak salah lihat? Coba deh, itu beneran Alea sama Yoga, bukan?" Kiki menepuk-nepuk lengan Andi yang berjalan beriringan. "Mana, Ki? Nggak mungkin Alea mbonceng Yoga. Dia kan risih dikejar-kejar terus sama tuh anak." "Itu, Ndi, lihat beneran kan Yoga?"Kiki menggoyang-goyangkan bahu Andi hingga mata yang melebar justru berkedip-kedip. "Astaga, ada angin dari mana Alea sampai mau dibonceng Yoga." Andi ikutan heran melihat sahabatnya yang sering menolak mentah-mentah Yoga justru sekarang bersikap sebaliknya. "Eh kalian, ada apa bengong di tengah jalan?" seru Damar mengagetkan keduanya dari arah belakang. "Eh Mas Damar. Sudah beres MoUnya, Mas?" "Sudah. Sore ini mau saya bawa ke kantor. Oya lihat Alea, nggak?" "Itu," tunjuk Andi dan Kiki bersamaan. Mereka sedikit tak enak hati kalau sampai Damar melihat Alea jal