S3 Bab 24B"Kamu yakin bisa pulang sendiri, Al? Apa kami antar aja?" tawar Kiki. "Nggak usah, Ki. Kamu dan Andi kumpulin tugasnya aja, ya. Aku langsung pulang, kok." "Serius?" "Iya, jangan khawatir. Aku bisa bawa mobil sampai rumah." "Ya sudah, hati-hati ya, Al. Kalau ada apa-apa hubungi kami!" Gegas Alea menuju parkiran melewati jalan yang sepi. Baru membuka pintu mobil, ia dikejutkan oleh seruan laki-laki dari belakang. "Alea. Aku benar-benar minta maaf padamu. Aku tidak menyangka Bang Ronald bakal senekat itu sama kamu." "Percuma kamu bilang maaf. Kata itu tidak bisa mengembalikan masalah ini ke semula." "Al, tunggu! Aku akan lakukan apapun untukmu. Aku siap membantumu meredam berita itu. Aku bisa mencari Bang Ronald supaya tidak mengganggumu." Alea mendecis mendengarnya. "Cihh, membela diri sendiri saja tidak mampu. Bagaimana kamu mau menolongku? Lain kali pikirkan baik buruknya kalau memilih teman. Kamu tidak hanya melukaiku, Ga, tapi juga keluargaku." "Maaf, Al." "Terl
S3 Bab 25"Apa Alea berpacaran sejauh itu di belakangku?" guman Syifa. Alea yang merasa mamanya memperhatikan bagian lehernya, segera menutupkan pasminanya seolah syal. Gemuruh di dada pun menyambut. Ia lupa telah menanggalkan penutup kepalanya tadi. "Al, leher kamu?" "Hah, mana, Ma? Ini, nggak tahu tadi malam merah dan gatal. Kayaknya Al salah makan tadi siang," terang Alea sambil menggaruk pelan lehernya bagian kiri dan kanan. Ia lalu menutupkan pasminanya ke leher. "Oya? Nggak biasanya kamu alergi, Al." "Iya nih, Ma." "Ya sudah Mama ambilkan obat dulu." Alea merasa bersalah telah membohongi mamanya. Bagaimanapun juga meski mamanya belum tahu tentang masalah yang menimpanya di kampus, lambat laun pasti terendus juga. "Ini obat alergi sama vitamin. Diminum dulu lalu istirahat. Kamu kebanyakan pembur tugas harus diimbangi makan bergizi dan istirahat." Syifa begitu perhatian pada Alea. Mengingat sewaktu kecil Alea hanya mendapat kasih sayangnya tanpa perhatian sang papa. "Iya, M
S3 Bab 26"Ma, apa yang terjadi?" "Alea, Pa. Alea sudah kelewatan. Alea sudah terjerumus pergaulan bebas," celoteh Syifa. Zein yang tidak mengerti duduk perkaranya masih menuntut penjelasan. Sambil sesekali melirik ke arah putrinya yang berdiri menautkan kedua tangan. Wajah Alea yang sendu justru membuat Zein semakin ingin tahu. "Alea tidur dengan laki-laki di hotel, Pa. Mereka sudah kelewatan." Tangis Syifa kembali pecah. Zein merasakan seperti disambar petir. "Alea?!" Baik Irsyad dan Rendra ikut tercengang. Keduanya saling pandang bingung mau menjelaskan kejadian malam itu. Sebab Rendra mengikuti usul Irsyad supaya mengatakan bahwa Alea mengerjakan tugas di rumah temannya. Pun Kiki sahabat Alea juga membenarkan. "Katakan yang sebenarnya Alea!" "Pa, Ma. Al...." Zein mentatap tajam putrinya. Kedua tangan mencengkeram erat lengan Alea hingga membuat perempuan itu meringis menahan nyeri. "Apa benar yang dikatakan mamamu?" "Pa, Al juga nggak tahu. Al nggak sadar malam itu." "Jadi
S3 Bab 27Hari berlalu hingga akhir pekan tiba. Alea merasa hatinya tidak tenang. Setelah Syifa dan Zein menginterogasi tentang lelaki yang dekat dengan Alea ternyata adalah Damar. Papa dan mamanya ingin menanyakan perasaan Damar yang sesungguhnya. Bagaimanapun juga Alea tidak mau dibilang merebut calon dari sepupunya. Namun, Damar sendiri kekeh ingin bersamanya. Alea kini tidak lagi memiliki kepercayaan diri seperti sebelumnya. "Al, kenapa melamun?" tanya Syifa. Perempuan yang masih setia dengan profesinya sebagai dokter di klinik pribadi itu mulai melunak. Ia menyadari kesalahan bukan ada pada Alea. Irsyad telah menjelaskan semuanya. Alea adalah korban. Dengan merencanakan pernikahan, maka berita buruk tentang video itu bisa dihempaskan perlahan. "Al takut kalau Mas Damar sampai tahu masalah video itu, Ma." "Sayang, Papa dan Om Irsyad sudah mencoba meredamnya dengan rencana pernikahanmu." "Tapi orang-orang tidak tahu calonnya siapa. Mereka justru mengira Al menikah dengan lelaki
S3 Bab 28 "Apa kamu bisa mengingatnya, Al?" tanya Irsyad. "Hmm, kepala Al sakit, Om. Al sepertinya mulai ingat." Alea menatap fokus ke arah Irsyad yang justru memandangnya dengan wajah gusar. "Jadi, kamu bisa mengingatnya, Al?" "Al, Al nggak ingat lagi, Om." Alea meremas jilbab sambil mengetuk-ngetuk kepalanya. Ia sesekali mengaduh. "Hentikan, Al. Kalau kamu nggak ingat apa-apa biarkan saja! Sekarang duduklah dulu, Om buatkan coklat panas." Seperti mengulang kebiasaan Irsyad menenangkan Syifa. Ia menyiapkan secangkir coklat panas lalu dibawa le ruang tamu. "Ini minumlah! Di klinik ada Tante May. Kamu bisa minta tolong dia untuk memeriksa kesehatanmu. Bukankah hari ini kamu akan bertemu Damar dan keluarganya? Papa dan mamamu akan menyampaikan tentang pembatalan lamaran ke Alisa." Alea menyesap sedikit demi sedikit coklat di cangkir. Asapnya yang masih mengepul menguar. Aromanya begitu menghangatkan hatinya yang mulai gusar. "Al takut, Om." "Percayalah, kalau Damar benar mencint
S3 Bab 29 "Jadi, Mas Irsyad menanggapinya?" Irsyad tidak menjawab hanya mengedikkan bahu. Wajah Silvi sontak saja bersemu merah. Dari arah pintu penghubung klinik dengan rumah, Alea masih mencuri dengar obrolan dua insan itu. Alea lalu melangkah berat menuju rumahnya. Ia sudah pamit May kalau ada tamu di rumahnya dan nanti akan kembali ke klinik untuk periksa. "Nggak apa-apa Alea. Bukankah kamu yang mendukung Om Irsyad sama Us Silvi?" Kata hati Alea menenenangkan. "May, Alea mana?" Irsyad mencari-cari perempuan yang mengusik pikirannya sedari tadi. Namun, yang dicari ternyata sudah menghilang. "Katanya ada tamu yang datang ke rumah." Irsyad hanya beroh ria lalu masuk ke kamarnya. Di rumahnya, Alea merasa gusar. Setelah melihat yang datang adalah Refan dan juga keluarga Damar. Tentu saja Om nya dan papa Damar pasti mau membahas tentang bisnis bersama papanya. Tapi ada juga mama Damar yang memandangnya dengan sikap datar. Alea hanya meneguk salivanya. "Apa kabar Om, Tante?" "Alh
S3 Bab 30 "Mas Damar benar, Ma. Alea nggak pantas untuknya. Alea nggak pantas dicintai. Alea akan cari jalan lain. Alea nggak mau buat Papa dan Mama malu." "Ya, pergi jauh mungkin solusi yang tepat saat ini," batin Alea. Syifa memilih keluar dari kamar dari pada tidak bisa mengontrol emosi. Bisa-bisa Alea yang terkena imbasnya. Dengan langkah gontai Alea menghamburkan diri ke ranjang setelah menutup pintu kamar. Ia menelungkuokan wajahnya ke bawah bantal. Tangis pun meledak kembali. Ia berharap dengan menangis bisa mengurangi sesak di dada. Tak disangka Alea menangis lama hingga tertidur dengan posisi telungkup. Bahkan suara derit pintu tidak mengusik lelapnya. "Alea, Sayang. Bangunlah! Hari sudah sore. Kamu belum salat Asar, kan?" "Jam berapa, Ma?" "Jam empat, Al. Kamu sudah tidur lama." "Benarkah?" Alea merasa kepalanya pening. Ia melewatkan makan siangnya. Selesai Zuhur tadi, ia memilih tidur. Tak ingin membiarkan diri malasmalasan di ranjang, Alea bangkit lalu ke kamar m
S3 Bab 31 "Ada apa, Pak?" tanya Ronald yang tadi sempat memejamkan mata di perjalanan. "Ada yang menghentikan mobil kita, Pak," jawab sopir sedikit takut karena mengganggu tidur bosnya. "Sial*n. Siapa yang berani mengganggu tidurku?" "Keluar!" teriak Alea. "Oh, ternyata kamu Nona cantik. Ada urusan apalagi mencariku? Kamu butuh lelaki yang akan menikahimu, huh? Apa idolamu itu sudah menolakmu?" Alea tersentak mendapati Ronald bisa menebak pikirannya. "Kamu terkejut, aku sampai tahu tentangmu dan Damar?" Ronald mengikis jarak antara dirinya dan hingga membuat Rendra melompat dari motornya. Namun, Alea memberi kode dengan tangannya untuk menahan diri. Ia tidak mau berbuat curang dengan menyerang Ronald dua lawan 1. Sementara itu, sopir juga ikut keluar dan distop oleh bosnya. "Orang licik sepertimu, aku tidak heran kalau kamu punya banyak rival." Gelak tawa meluncur dari mulut Ronald. "Kami sudah berkawan lama, Nona. Bahkan kami selalu bersaing untuk mendapatkan sesuatu yang in