enjoy reading. jangan lupa like dan komentarnya yuk. salam sehat selalu. makasih sudah baca ceritanya. mampir juga yuk: 1. Istri yang kabur di malam pertama. 2. Mengejar Cinta sang Dosen Populer.
S3 Bab 5ASuasana kampus di pagi hari cukup tenang. Sebab jam pertama telah lewat 30 menit yang lalu. Alea tidak perlu khawatir dengan banyak mahasiswa yang menyaksikan dirinya berjalan bersama Damar. "Gimana kabarmu, Al? Sudah semester berapa sekarang?" Damar mencoba mengingat. "Semester 4, Mas." Keduanya berjalan beriringan dari halaman kampus lalu melewati koridor yang sepi. Hanya ada mahasiswa dengan hitungan jari di sekitarnya. "Oh, iya. Kayaknya semester 4 lagi padat kuliahnya, ya?" Damar menoleh sekilas ke samping. Adik tingkatnya yang saat ini mengenakan pakaian kasual dipadu pasmina floral memang cantik dan menarik. "Iya, lagi banyak praktikum, nih. Jadi, tiada hari tanpa bikin laporan," jawab Alea disertai candaan. Keduanya mula mengobrol dengan cair. Tadinya Alea merasa sedikit canggung, meski dalam hati perasaannya membuncah. Senang bisa mengobrol berdua dengan Damar. Jarang-jarang ada kesempatan dekat begini saat dulu masih menjadi kakak tingkatnya. Alhasil, Alea han
S3 Bab 5BSore hari, Alea pulang kuliah bareng Rendra yang juga pulang sore karena ada les tambahan. Mereka berdua berencana menonton pertandingan badminton di televisi bareng dengan Irsyad di rumah yang dipakai unruk klinik. Kebetulan jadwal shift klinik malam ini asalah dokter Helan. "Mbak mandi dulu, Ren. Habis itu kita ke tempat Om Irsyad." "Ya, Mbak. Rendra juga mau rebahan dulu, nanti menyusul." "Pusing ngerjain tugas?" "Iya, nih. Panas kepalanya," canda Rendra pada kakaknya. "Okelah, Mbak ke kamar dulu." Alea melangkah masuk ke kamarnya meninggalkan Rendra yang menyandarkan punggung di sofa ruang tamu. "Mas Rendra kecapekan ya?" tanya Bi Sumi. "Iya, nih, Bi." "Tadi Pak Zein sama Bu Syifa pesan pada Bibi buat masakin gurameh untuk Mas Rendra sama Mbak Alea. Bibi susah siapkan di meja makan." "Wah makasih banyak, Bi. Nanti Rendra habiskan. Bibi tenang saja." "Iya, Mas. Bibi ke belakang dulu ya, kalau ada perlu panggil Bibi." "Iya, Bi. Tapi nanti sebelum Maghrib, saya s
S3 Bab 6"Om, itu Om Irsyad pakai bajunya," ucap Alea terbata. Irsyad hanya bergeming. Menatap Alea yang bersikap gugup di depannya justru membuatnya terhibur. Ditambah aroma parfum milik Alea begitu mengusik suasana hatinya. Jantungnya pun berdetak melebihi normal. Jarak yang begitu dekat membuat kewarasannya diuji. "Alea Aurora Zein. Kenapa sekarang kamu menjadi sosok yang menarik?" Tangan kanan Irsyad tanpa sadar menangkup pipi Alea yang sudah memerah. Bahkan tubuh gadis kecilnya yang sudah beranjak dewasa seperti tersengat listrik mendapat sentuhan tak terduga itu. Begitu Irsyad melamun, Alea menerobos lewat bawah lengan Irsyad. Setelah lamunan buyar, Irsyad menoleh dan mendapati Alea menyerahkan kaos ke tangannya dengan kilat. "Al! Mau kemana?!" seru Irsyad. "Ishh, Om pakai kaosnya. Al tunggu di depan TV!" teriak Alea sambil lari terbirit keluar kamar. Ia merutuki kelakuannya sendiri yang masuk ke kamar laki-laki dewasa. Denyut jantungnya tidak bisa diajak kompromi. Pun napa
S3 Bab 7 "Siapa, Om? Pasien, ya?" celetuk Rendra. "Kalian nonton aja, Om lihat dulu." Rendra dan Alea mengangguk. Irsyad melangkahkan kaki menuju klinik. Ia dibuat terkejut saat membuka pintu ruangan. Ada sosok perempuan berjilbab yang familiar baginya. Perempuan itu masih cantik di usianya yang lima tahun lebih muda. "Ustadzah Silvi. Siapa yang sakit?" tanya Irsyad dengan wajah sedikit khawatir. Kecanggungan pun terlihat di wajah perempuan bernama Silvi---ustadzah dari Alea saat di sekolah dasar. "Oh, Mas Irsyad. Abi yang sakit, Mas. Bukankah ini jadwal Dokter Helan?" Silvi menjawab dengan sedikit terbata. Ia tidak menyangka hari ini merupakan momen bertemu dengan Irsyad. Sepuluh tahun yang lalu, Irsyad berniat melamarnya. Setelah melepaskan May yang telah dinikahi Dokter Helan, Irsyad menemukan tambatan hatinya yang tak lain ustadzah dari Alea. Keduanya bertemu intens karena Irsyad beberapa kali mengantar jemput sekolah. Kala itu "Kamu mau melamar putriku?" "Iya, Pak. Saya
S3 Bab 8A"Al, kamu mau Us Silvi jadi istri Om?" tanya Irsyad dengan penuh penekanan. Wajahnya serius disertai tatapan mengunci manik mata Alea. Perempuan muda itu terkesiap. Entah kenapa ucapan tanya Irsyad membuat lidahnya kelu. Ia hanya bisa menelan saliva susah payah. "Hmm, itu Om, Al..." Alea menjeda ucapannya. "Astaghfirullah, kenapa susah ngomongnya." Ucapan Alea hanya tersangkut di tenggorokan. "Gimana, Mbak Al?" celetuk Rendra menimpali. "Eh iya, tentu saja Al senang kalau Om bisa menikah. Apalagi dengan Us Silvi. Sudah cantik, baik hati, pintar masak. Pasti dia sayang sama kita juga, Ren. Iya kan, Om?" Secepat kilat Alea mengucapkan kalimat yang mampu membuatnya lega. Irsyad hanya termenung sambil mengangguk. Setengah jam kemudian, sepasang suami istri telah datang meramaikan acara nonton di depan televisi. "Wah ada tante, May. Sini ponakan kecilku yang ganteng." Alea merasa bersyukur bisa mengalihkan perasaannya yang campur aduk ke hal lain. May datang bersama Dokter
S3 Bab 8B"Astaghfirullah, ingat Al, show must go on. Tahan dulu pesonanya. Nanti kalau selesai acara lanjutkan," guman Al menyemangati diri. "Sudah siap, Al?" "Eh, Mas Damar. Harusnya aku yang nanya. Mas Damar sudah siap? Tapi Mas Damar memang selalu siap sih, ya?" Alea terkikik geli dengan pertanyaan konyolnya. Damar hanya mengulum senyum sembari mengacungkan jempol. Satu setengah jam kegiatan sharing di dunia kerja berjalan interaktif. Peean moderator sangat kentara menjembatani acara khususnya tanya jawab audiens kepada narasumber. Pun Damar terlihat berwibawa dalam menyampaikan materinya tidak terkesan menggurui. Alhasil banyak mahasiswa yang antusias bertanya. "Menghadapi dunia kerja, kita tidak hanya mempersiapkan hard skill saja. Ternyata, dunia kerja membutuhkan soft skill, penguasaan mental yang matang. Untuk melatih soft skill, mahasiswa dapat mengikuti lingkungan sosial dari ranah yang kecil, misalnya organisasi di sekolah atau komunitas, mengembangkan kepekaan sosialn
S3 Bab 8C Dari kejauhan sepasang laki-laki dan perempuan berjalan melewati butik itu. Alea menajamkan mata ke arah pasangan yang sedang melintas. Kesuanya terlihat berjalan sambil mengobrol penuh canda tawa. "Om Irsyad dan Us Silvi. Apa mereka jadi jalan bareng?" "Jadinya bagus ini aja, Al." "Eh iya, Mas." Ucapan Damar mengagetkan Alea yang fokus melihat Irsyad dan Silvi berjalan berdua. Sementara itu, Silvi tidak sengaja mengenali Alea saat melihat ke arahnya. "Mas, itu kayak Alea. Sama siapa, ya? Apa dia sudah punya kekasih?" "Enggak kok, mana, Vi?" "Itu lagi di butik, Mas." Irsyad melangkah cepat mendekat ke tempat Alea dan Damar. Entah kenapa tiada angin dan hujan, ia ingin menghampiri keduanya. "Alea." "Hah, Om Irsyad." Damar terkejut karena ada Irsyad yang tiba-tiba datang dengan wajah datar. "Maaf, saya pinjam Alea sebentar ya," ucap Irsyad sambil menarik lengan Alea ke luar butik menjauh dari Damar maupun Silvi. "Kamu jalan berdua dengannya? Kenapa nggak bilang sam
S3 Bab 9Akhir pekan Syifa dan Zein pulang lebih awal krn ada undangan lamaran dadakan putri dari Refan dan Arsyila. Lamaran dilaksanakan di hotel. Awalnya, acara lamaran mau diadakan di rumah Jakarta. Berhubung putrinya kuliah di Yogya dan tinggal bersama omanya, Refan dan Syila memilih lamarannya di Yogya saja. Mereka sekalian ingin berkumpul dengan keluarga Syifa dan Zein. "Ma, Pa. Acaranya di hotel mana, sih?" tanya Alea antusias. Kepulangan mamanya yang lebih awal membuat dia semakin bersemangat untuk mengenalkan Damar. "Hotel di dekat kampus, Al." "Oh. Syukurlah kalau dekat." "Memang kenapa, Al? Sejak mama datang kok kamu ceria banget, sih. Iya kan, Pa?" Zein hanya menjawab ya sembari fokus pada mac booknya. "Ishh, Papa. Ini di meja makan. Tolong benda itu diletakkan dulu," sungut Syifa mendapat respon gelak tawa dari Alea. "Pa. Dengerin Mama tuh. Awas nanti nggak dimasakin gurameh kesukaan Papa lagi, lho." Zein hanya pura-pura tidak bersalah. Ia justru memberi kecupan d