S3 Bab 8B"Astaghfirullah, ingat Al, show must go on. Tahan dulu pesonanya. Nanti kalau selesai acara lanjutkan," guman Al menyemangati diri. "Sudah siap, Al?" "Eh, Mas Damar. Harusnya aku yang nanya. Mas Damar sudah siap? Tapi Mas Damar memang selalu siap sih, ya?" Alea terkikik geli dengan pertanyaan konyolnya. Damar hanya mengulum senyum sembari mengacungkan jempol. Satu setengah jam kegiatan sharing di dunia kerja berjalan interaktif. Peean moderator sangat kentara menjembatani acara khususnya tanya jawab audiens kepada narasumber. Pun Damar terlihat berwibawa dalam menyampaikan materinya tidak terkesan menggurui. Alhasil banyak mahasiswa yang antusias bertanya. "Menghadapi dunia kerja, kita tidak hanya mempersiapkan hard skill saja. Ternyata, dunia kerja membutuhkan soft skill, penguasaan mental yang matang. Untuk melatih soft skill, mahasiswa dapat mengikuti lingkungan sosial dari ranah yang kecil, misalnya organisasi di sekolah atau komunitas, mengembangkan kepekaan sosialn
S3 Bab 8C Dari kejauhan sepasang laki-laki dan perempuan berjalan melewati butik itu. Alea menajamkan mata ke arah pasangan yang sedang melintas. Kesuanya terlihat berjalan sambil mengobrol penuh canda tawa. "Om Irsyad dan Us Silvi. Apa mereka jadi jalan bareng?" "Jadinya bagus ini aja, Al." "Eh iya, Mas." Ucapan Damar mengagetkan Alea yang fokus melihat Irsyad dan Silvi berjalan berdua. Sementara itu, Silvi tidak sengaja mengenali Alea saat melihat ke arahnya. "Mas, itu kayak Alea. Sama siapa, ya? Apa dia sudah punya kekasih?" "Enggak kok, mana, Vi?" "Itu lagi di butik, Mas." Irsyad melangkah cepat mendekat ke tempat Alea dan Damar. Entah kenapa tiada angin dan hujan, ia ingin menghampiri keduanya. "Alea." "Hah, Om Irsyad." Damar terkejut karena ada Irsyad yang tiba-tiba datang dengan wajah datar. "Maaf, saya pinjam Alea sebentar ya," ucap Irsyad sambil menarik lengan Alea ke luar butik menjauh dari Damar maupun Silvi. "Kamu jalan berdua dengannya? Kenapa nggak bilang sam
S3 Bab 9Akhir pekan Syifa dan Zein pulang lebih awal krn ada undangan lamaran dadakan putri dari Refan dan Arsyila. Lamaran dilaksanakan di hotel. Awalnya, acara lamaran mau diadakan di rumah Jakarta. Berhubung putrinya kuliah di Yogya dan tinggal bersama omanya, Refan dan Syila memilih lamarannya di Yogya saja. Mereka sekalian ingin berkumpul dengan keluarga Syifa dan Zein. "Ma, Pa. Acaranya di hotel mana, sih?" tanya Alea antusias. Kepulangan mamanya yang lebih awal membuat dia semakin bersemangat untuk mengenalkan Damar. "Hotel di dekat kampus, Al." "Oh. Syukurlah kalau dekat." "Memang kenapa, Al? Sejak mama datang kok kamu ceria banget, sih. Iya kan, Pa?" Zein hanya menjawab ya sembari fokus pada mac booknya. "Ishh, Papa. Ini di meja makan. Tolong benda itu diletakkan dulu," sungut Syifa mendapat respon gelak tawa dari Alea. "Pa. Dengerin Mama tuh. Awas nanti nggak dimasakin gurameh kesukaan Papa lagi, lho." Zein hanya pura-pura tidak bersalah. Ia justru memberi kecupan d
S3 Bab 10A"Terima kasih kejutan besarnya, Mas. Sungguh ini kejutan yang tidak akan terlupakan seumur hidupku. Selamat atas lamarannya," ucap Alea. Alea menyerahkan cincin perak di tangannya ke Damar. Ia melangkah meninggalkan Damar dengan air mata yang berurai. Rasa sakit yang tak terkira mulai merambat di dada hingga ia merasakan sesak. Bahkan teriakan Damar pun tidak menghentikan langkah kaki yang berusaha menjauh pergi. "Alea! Alea!" "Damar, cincinnya!" seru sang mama. Damar hanya mematung menatap punggung Alea yang berangsur menghilang di balik lalu lalang tamu. Ia pasrah mengikuti acara sesuai arahan mamanya. Sementara itu, Alea berusaha melangkah cepat meninggalkan acara. Namun, langkahnya tidak bisa secepat inginnya. Ia menerobos beberapa tamu yang berdiri menghalangi jalannya. Sampai ia menabrak seseorang tak sengaja. "Ma...maaf." Segelas minuman sirup di tangan Rendra tumpah membasahi pasmina dan kebaya kakaknya. "Mbak Al mau kemana?" tanya Rendra heran. "Mbak mau ke t
S3 Bab 10B "Apa ada jalan lain keluar dari toilet?" tanya Rendra "Sebelah itu, Mas. Ada jalan langsung ke luar hotel." "Astaghfirullah. Om, Mbak Al pasti sudah pergi." "Apa maksudmu, Ren?" "Mbak Al udah pergi dari toilet." "Lalu kemana Alea?" "Aku akan mencarinya. Om balik saja ke dalam. Takutnya mama dan papa nyariin Mbak Al sama aku." "Ya, Ren. Kabari Om kalau sudah ada info tentang Alea, ya!" pinta Irsyad dengan nada khawatir. Baru kali ini dia dirundung kekalutan. Ia ikut merasakan sakit mengetahui Alea yang pasti sedang patah hati. Rendra berlari menuju parkiran. Ia melajukan mobilnya mencari sang kakak. Ingatannya tertuju kala berbincang dengan kakaknya. Saat itu, Alea dan Rendra sedang duduk selonjoran sehabis latihan karate di Dojo. "Mbak Al suka gunung atau lautan?" "Kenapa?" "Jawab aja." "Mbak suka lautan." "Kenapa?" "Mbak merasa tentram melihat air, Ren. Meski Mbak juga suka menikmati pemandangan gunung, tapi Mbak lebih damai kalau dekat dengan air. Entah itu
S3 Bab 11AAlea dan Rendra sudah sampai di rumahnya. Ada Bi Sumi yang menyapa dengan wajah terkejut. "Mbak Al, Mas Rendra. Ada apa?" Alea hanya tersenyum kaku lalu melangkah masuk menuju kamarnya. Rendra hanya meletakkan jari telunjuk di bibirnya. Bi Sumi pun berkata lirih. "Kenapa dengan Mbak Al, Mas?" "Bi Sumi mending nggak usah banyak bertanya dulu. Biarkan Mbak Alea menenangkan diri." "Gitu, ya? Baiklah, Bibi pura-pura nggak tahu saja." Rendra mengangguk lalu ke dapur mengambil segelas air minum. Ia menenggaknya hingga tenggorokannya terasa segar. Tak lama kemudian, Rendra memilih ke kamar untuk merabhkan badan yang lelah akibat mencari kakaknya. Sementara itu, Alea sudah mengganti kebayanya dengan pakaian santai. Setelah menunaikan salat Zuhur, ia justru menenggelamkan wajahnya dibalik bantal. "Mbak. Mbak Alea. Makan siangnya sudah siap!" seru Bi Sumi. "Ya, Bi. Nanti saja, Al masih kenyang." Setelah tidak ada balasan dari Bi Sumi, Alea kembali meringkuk di kasur. Ia ing
S3 Bab 11BAlea menutup pintu kamarnya lalu berlari menghempaskan badan ke ranjang. Ia sesenggukan di bawah bantal agar tidak didengar sang mama. "Maafin, Al, Ma. Al sudah berbohong. Mas Damar calon Alisa adalah lelaki yang mau Al kenalkan." Alea berulang kali mengusap wajahnya yang mulai basah lagi oleh air mata. Ia butuh waktu untuk berdamai dengan hari ini. Patah hati di saat menyukai lelaki untuk yang pertama kali begitu menyakitkan. Di kamarnya, Syifa mengganti pakaian kebayanya. Ada Zein yang baru selesai dari kamar mandi dan telah memakai baju kaos oblong serta celana selutut. "Kenapa dengan Alea, Ma? Papa kok lihat ada yang nggak beres dengan sikapnya." "Nggak beres gimana, Pa?" "Seperti ada yang disembunyikan," tebak Zein yang sejak masuk ke rumah melihat sosok putrinya tak ceria. "Tadi Mama sudah tanya sama Alea, Pa. Katanya gara-gara Rendra mereka harus pulang. Baju dan pasminanya kotor. M
S3 Bab 12 "Om. Om Irsyad." Alea susah payah mengucap nama lelaki itu. Pelukan erat Irsyad disertai napas yang menerpa kepala berhijab Alea membuatnya pasrah. Alea menikmati sejenak momen yang membuat hatinya tenang dan nyaman. "Jangan bergerak! Begini saja sebentar agar Om tidak khawatir sama kamu, Al. Om nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Tapi Om yakin kamu sedang tidak baik-baik saja saat ini." Ucapan Irsyad membuat nyeri di hati Alea kembali menyergap. Ia menghirup oksigen banyak-banyak hingga aroma citrus parfum Irsyad menguar di hidungnya. Menentramkan. Sejenak Alea menangis tersedu. Ia merasa saat ini waktu yang tepat untuk mencurahkan hatinya. Irsyad sudah seperti papanya. Jika papanya sekarang sibuk dengan pekerjaan maka Irsyad menjadi sosok yang menggantikan posisi itu. "Al salah paham, Om. Al mengira mama Mas Damar ramah sama Al karena ingin segera bertemu dan berkenalan, ternyata yang dimaksud adalah Alisa." "Sudahlah, jangan terlalu berharap pada manusia. Nanti