Share

Bab 0006

Gozel membuka lemari miliknya yang di penuhi pakaian mahal dan barang lainnya. Dia benar-benar hanya bisa menghela nafas, menyesali kebodohannya yang telah menghabiskan banyak yang hanya untuk Pakaian aneh itu, juga aksesoris serta tas dan sepatu yang begitu banyak. Semua pakaian yang di beli Gozel benar-benar pakaian yang cukup terbuka, kalaupun tertutup, pasti pakaian itu akan sangat ketat sehingga saat Gozel menggunakannya, seluruh tubuh, lekuknya akan terlihat sangat jelas sekali.

"Aku benar-benar suka sekali memamerkan tubuhku rupanya. Walaupun aku memiliki tubuh yang cukup bagus, seharusnya aku tidak berlebihan sekali bukan?" Gozel mengeluarkan semua pakaian itu dari lemarinya, menumpuknya di atas tepat tidur entah akan dia apakan pakaian itu, dia hanya memilih pakaian yang agak tertutup dan agak longgar. Benar-benar luar biasa sekali lelahnya, tapi seperti ini juga bagus, dan dia juga tidak perlu menggunakan pakaian terbuka juga ketat yang jelas tidak akan nyaman. Dulu, Gozel begitu menyukai tatapan semua orang yang terarah padanya, dia seolah menikmati dan menganggap bahwa tatapan itu adalah sebuah pujian untuknya, dan dia juga berharap benar kalau Rodez akan memujinya. Sayang sekali, semua yang di kenakan Gozel, semua yang Gozel lakukan justru membuat Rodez merasa kesal dan muak hingga hubungan mereka terasa semakin jauh.

Suara ketukan pintu terdengar, membuat Gozel menghentikan kegiatannya dan menatap sosok yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Rodez?" Pria itu terdiam sebentar, Rodez? Sudah sejak kemarin Gozel sama sekali tidak memanggilnya dengan sebutan sayang, walaupun itu memang menyebalkan untuk di dengar, tapi anehnya Sekarang Rodez justru merasa tidak terbiasa dengan panggilan nama jika Gozel yang memanggilnya. Rodez berjalan mendekati Gozel yang berdiri si dekat tempat tidur.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Tanya Rodez yang merasa heran dengan pakaian yang di keluarkan semuanya dari dalam lemari. Sebelumnya saat Gozel koma, kamar itu masih tetap di rawat dan di bersihkan setiap harinya. Barulah sekitar tiga bulan hampir empat bulan Rodez pikir akan lebih baik menyingkirkan semua barang itu.

"Aku merasa sudah tidak pantas lagi menggunakan pakaian ini, aku akan memberikan pakaian ini untuk teman ku kalau dia mau, atau kalau tidak ya mungkin aku hanya akan membakarnya. Ngomong-ngomong ada apa kau kesini?"

Rodez terdiam dengan segala pemikirannya, membakarnya? Pakaian yang jika di satukan akan dapat membeli rumah itu bahkan akan di bakar pada akhirnya?

"Ini untukmu." Rodez menyerahkan satu paper bag kecil kepada Gozel, dan tentu saja itu adalah ponsel yang dia siapkan untuk Gozel karena jelas Gozel sekarang tidak memiliki ponsel kan? Kalaupun ingin menjual perhiasan yang dia miliki, tentu saja untuk seorang Gozel akan amat tidak mungkin mengingat selama ini Gozel hanya tahu membeli saja tidak pernah memikirkan untuk menjualnya.

Gozel segera meraih paper bag itu, begitu membuka dan melihat bahwa isinya adalah ponsel baru, tentu saja Gozel benar-benar bahagia dan merasa berterima kasih sekali karena di jaman sekarang ponsel adalah sama artinya dengan dunia.

"Terimakasih banyak, Rodez." Gozel tersenyum senang, bagaimanapun setidaknya Rodez masih memperdulikan dirinya meski memang hubungan mereka pada akhirnya akan berakhir dengan perceraian.

"Iya." Rodez tak memiliki alasan untuk terus berada di sana, jadi dia memutuskan untuk keluar dan masuk kembali ke ruang baca untuk bekerja meski sekarang adalah hari Minggu. Rodez adalah pemilik restauran ternama di beberapa kota, dia juga seorang Presdir dari perusahaan besar yang bergerak di bidang properti, juga memiliki saham terbesar di perusahaan tambang batu bara.

Setelah kembali ke ruang baca, Rodez memilih untuk duduk di sofa, menyandarkan punggungnya membuat wajahnya menatap langit-langit kosong dengan segala pemikirannya. Rasanya perubahan Gozel benar-benar membuat perasaannya tidak karuan, dia merasa aneh dan juga terlalu tidak terbiasa, dia juga merasa rindu meski dia tidak ingin mengakui dan menerimanya. "Sayang'' Biasanya Gozel selalu memanggilnya seperti itu, tapi sekarang benar-benar berubah.

Di kamar Gozel.

Setelah mendapatkan ponsel itu, Gozel dengan segera mengaktifkan, dan untungnya juga sudah di sediakan card jadi Gozel benar-benar bisa banyak bersyukur sekali. Setelah semuanya sudah aktif, Gozel dengan segera membuka media sosial miliknya, lalu membuka satu persatu pesan yang masuk ke media sosialnya. Gozel membaca semua pesan itu sembari menahan tangis haru karena ternyata ada beberapa teman yang memperdulikannya dengan menanyakan kabar kecelakaan, juga mendoakan kesembuhan.

"Rose?"

Gozel menutup mulutnya, membiarkan air matanya jatuh karena tak bisa menahan tangis saat membaca pesan dari Rose. Rose adalah teman dekat Gozel yang selama ini dia acuhkan bahkan Gozel juga tidak segan memaki Rose saat Rose memberikan saran kepada Gozel untuk tidak menikah dengan Rodez. Rose menganggap Rodez tidak akan memberikan kebahagiaan kepada Gozel karena hati Rodez hanyalah milik Jeceline saja. Tapi pada akhirnya, setelah Gozel memberikan banyak makian dan hinaan untuknya, Rose ternyata masih begitu memperdulikannya.

Dengan keberanian dan menyingkirkan rasa malu dari apa yang terjadi di masa lalu, Gozel mencoba untuk menghubungi Rose melalui media sosialnya.

"Gozel? Ini kau atau bukan? Kau menggunakan media sosialnya, kau siapa?" Itu adalah kalimat yang keluar dari mulut Rose saat panggilan telepon mereka terhubung.

Gozel menyeka air matanya, rasanya dia tidak sanggup untuk banyak bicara, tapi dia juga merasa rindu dan merasa bersalah sekaligus terhadap sahabatnya itu.

"Rose, ini aku, Gozel."Rose terdiam sebentar, dia terdengar menangis sesegukan dan tak sanggup untuk bicara hingga beberapa saat dan hal itu membuat Gozel juga mengigit bibir bawahnya menahan suara tangis yang seakan ikut pecah.

"Dasar perempuan bodoh! Kenapa kau tidak mendengarkan aku?! Kau seharusnya tidak celaka, kau seharusnya tidak menderita di balik topeng antagonis mu! Aku benar-benar, aku benar-benar" Rose terdengar kesal, dia juga marah sekali, namun dia juga merasa lega karena pada akhirnya Gozel bisa melewati masa koma yang katanya bahkan tidak akan bisa bangkit lagi.

"Aku benar-benar membenci sifat egois dan arogan mu, tapi aku tidak bisa membenci mu, aku tetap tidak bisa melakukannya, aku tidak sanggup membenci mu yang adalah teman, sahabat terbaik ku!"

Gozel menyeka kembali air matanya.

"Maafkan aku, Rose. Maafkan aku yang sudah menyakiti hati mu, kau pantas merasa kesal padaku, lakukan saja. Melampiaskan kekesalan padaku pasti bisa membuatmu sedikit membaik, aku akan menerimanya dengan senang hati." Ujar Gozel seraya menyeka air matanya.

"Baiklah, ayo kita bertemu! Aku tidak bisa kesal kalau dari telepon. Aku juga akan membawamu seseorang yang juga sangat mengkhawatirkan mu, dia juga selalu memikirkan mu."

Gozel terdiam sebentar.

"Maksudmu, Benjamien?"

Bersambung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status