Ine berpikir keras tentang tugas yang diberikan Sari kepadanya, dia berdoa dalam hatinya supaya urusannya dipermudah, entah rambut ataupun kuku yang akan didapatkannya nanti, yang jelas dia akan berusaha untuk mendapatkan salah satu diantara keduanya tersebut supaya mudah untuk Sari melakukan tes DNA seperti yang dikatakan oleh orang yang mengaku sebagai orang tua Nadine tadi. "Semoga dewi Fortuna memang sedang membersamaimu Din, kamu berhak bahagia..!"batin Ine dalam hatinya."Din, nanti malam aku tidur sama kamu ya? Aku lagi kangen, pengen tidur bareng Gibran..!" Izin Ine dengan maksud terselubung.Nadine mengerutkan keningnya kemudian bertanya karena merasa aneh dengan sikapnya Ine."Tumben Mbak Ine mau tidur sama aku? Ada maksud apa ini?"tanya Nadine. "Bukan mau tidur sama kamu, tapi aku ingin tidur dengan Gibran. Entah terakhir kali kapan aku tidur sama dia...! memangnya tidak boleh apa Aku kangen sama anak ganteng itu?"jawab Ina menyanggah yang menjadi kecurigaan Nadine."Ya s
Tak lama yang ditunggu pun datang, kemudian mereka pun bersiap untuk pergi ke tempat yang dimaksud oleh Nadine. "Din nanti aku mandi dulu ya? Nanti kamu ke sana dulu bersama Ine, aku ada janji ketemu dengan teman-temanku, jangan khawatir nggak lama kok...!"izin Sari.Sesuai yang direncanakan oleh Sari, Sari langsung menuju ke rumah sakit untuk melakukan tes DNA, ia sengaja tidak memberitahu kepada Ibu Liliana ataupun yang lainnya di mana dia melakukan tes DNA tersebut.Sari hanya ingin meyakinkan dirinya sendiri bahwa hasil tes itu memang akurat dan tak ada tak campur tangan siapapun di dalamnya. ***Setelah kejadian saat itu, kini Darmawan hanya bisa mengawasi santri dari jarak jauh, rasa minder mulai menggerogoti dirinya, ia merasa tak pantas untuk mengejar Santi lagi. Apalagi saat dengan tegas Santi menolaknya dan tak mau bertemu lagi dengannya. Berat bagi Darmawan untuk melepaskan Santi, tapi Darmawan tidak memiliki pilihan lain, mungkin dengan membebaskan Santi dari ikatan pe
"Kamu tahu di mana Santi tinggal?"Tanya Erika lagi. Erika bermaksud untuk mendatangi dan memastikan berita yang didengarnya itu. Setelah mendapatkan alamat Santi, Erika pun langsung pergi ke tempat yang di maksud.Rupanya jenazah Darmawan dibawa ke rumah Darmawan yang lama, saat Erika mendatangi kos-kosan yang di tinggali oleh Santi, Erika tak mendapati Santi maupun Darmawan ada di sana. "Mbak Santi pulang di rumah yang lama katanya..!"kata ibu kos yang memberitahukan Erika. "Terima kasih Bu..! mari...!"Erika pun berterima kasih lalu permisi kepada ibu kost untuk langsung menuju ke rumah Darmawan yang selama ini di tempati bersama dengan Santi.Sebelum Erika memberikan kabar kepada Putri semata wayangnya, Erika ingin memastikan dulu kabar yang didapatkannya itu. Sesampainya di kediaman Santi, Erika langsung masuk untuk memastikan sendiri apakah benar Darmawan sudah meninggal atau belum. "Ibu Erika?"kata Santi kaget dengan kedatangan bosnya."Saya turut berduka cita ya San...? Ap
"Damar...? Yang dulu suka dengan Catherine bukan..?"Tanya Aulia."Alhamdulillah, ternyata kamu masih mengenaliku...!"kata Damar penuh dengan rasa syukur. "Kok kamu bisa ada di sini?"Tanya Aulia keheranan. Sejauh yang dia ketahui yang berduka adalah istri kecil dari Papanya. Tapi Aulia masih berusaha untuk berpositif thinking, "Mungkin Damar adalah salah satu tetangga dari pelakor tersebut!"."Atas nama adikku, Aku mau minta maaf ya Aul? maaf karena adikku menjadi duri dalam rumah tangga kedua orang tuamu...!"kata Damar meminta maaf. Mendengar itu Aulia pun menjadi marah, Ia tak menyangka jika adik dari kawannya lah yang ternyata menjadi pelakor. "Menurutmu? Apakah aku harus memaafkannya? Tolong jelaskan satu alasan saja...! gara-gara wanita sundal itu keluarga mamaku berantakan dan aku kehilangan papaku...!"jawab Aulia yang kini tak mau menatap wajah Damar. "Maafkan aku yang tak tahu diri, tapi kami pun tak memiliki pilihan lain saat itu, Santi sudah terlanjur hamil, kalau tidak
Meskipun Nadine tidak menyukai kehadiran keluarga Yudistira, tapi dirinya tidak bersikap sombong ataupun cuek, Ia lebih bersikap kepada profesionalisme dalam bekerja.Obrolan ringan pun terjadi di antara mereka, tanpa direncana Gibran malah terlihat akrab dengan Arkha dan meminta pemuda tersebut untuk menggendongnya. Saat menyadari Gibran sudah ada dalam gendongan Arka, Nadine pun menegur putranya tersebut. "Gibran udah besar loh, kok minta gendong sama Om? turun yuk...?"kata Nadin mencoba membujuk Sang putra untuk turun. Gibran menggelengkan kepalanya tanda dia tak mau untuk turun dan menuruti perintah sang mama, bahkan kini Gibran memeluk laki-laki yang menggendongnya dengan erat. Dari arah berlawanan, lebih tepatnya di meja kasir, Sari dan Ine memperhatikan interaksi mereka. Tiba-tiba saja Sari menyeletuk dan membuat Ina terperangah."Andai kamu tahu Din, mereka adalah keluargamu yang sebenarnya...! mereka adalah Mama Papa Dan juga kakakmu...!"kata Sari yang bisa ditangkap deng
"Bodoooh! Kenapa malah kamu melahirkan secara caesar, Nadine? Buang-buang uang saja!" maki sang suami pada Nadine dengan suara menggelegar. Padahal, kondisi wanita itu saja masih lemas pasca operasi yang mempertaruhkan nyawanya. Hanya saja, Damar tampak tak peduli. Beberapa orang di ruang rawat sampai menengok saking penasaran akan pertengkaran sepasang suami istri itu. "Air ketubannya sudah kering, Mas. Jadi, harus segera operasi," papar Nadine, "kalau tidak segera dilakukan, maka anak kita tidak akan selamat!" Dia sungguh berharap suaminya mengerti. Nadine sudah berjuang saat mengalami pecah ketuban seorang diri di rumah. Bahkan, Nadine harus meminta seorang tukang ojek pangkalan untuk mengantarkannya ke rumah sakit terdekat. Sepanjang perjalanan, dia menghubungi nomor suaminya berkali-kali. Tapi, tidak dijawab! Padahal, dari story W******p dari kakak iparnya, Nadine akhirnya tahu bahwa keluarga suaminya ternyata tengah makan-makan di restoran ternama. Operasi caesar harus
Tak terasa, Nadine telah cukup pulih untuk diizinkan pulang. Sayangnya, tak ada satu orang pun yang membantu kepulangannya. Nadine lantas tersenyum miris. Dipesannya taksi online untuk dirinya pulang bersama putranya. "Mama berjanji akan memberikan yang terbaik untukmu, Nak. Percayalah Kamu tidak akan pernah menyesal lahir di dunia ini karena Mama tidak akan lelah berjuang untukmu meskipun keluarga ayahmu bahkan ayahmu sendiri pun tak mengharapkanmu!" Nadine berbicara kepada putranya yang jelas belum tahu apa-apa tentang perkataannya.Untungnya, perjalanan menuju rumah kontrakan kecil yang ditempatinya tak berlangsung lama. Jujur, orang pasti tak akan menyangka Damar yang berpenghasilan cukup tinggi akan tinggal di sana. Dulu, Nadine memilih bersyukur saja. Setidaknya, dia terbebas dari mertua dan saudara toxic seperti Bu Pratiwi Santi dan juga Sarah.Bahkan, uang 600 ribu yang diberikan oleh sang suami dipergunakan dengan sangat teliti agar cukup dan tidak sampai menghutang u
"Mau kamu apa, Mas? Aku diam salah! Menjawab juga salah, kan?" Jawaban sarkas dari Nadine membuat Damar diam dan tak jadi menamparnya.Jujur, Damar tak menampik bahwa yang dikatakan oleh Nadine ada benarnya. Sebenarnya, saat sang Ibu dan juga saudaranya menjelekkan Nadine, Damar ragu untuk percaya. Apalagi, dia sendiri menyadari bahwa dirinya dulu hanya memberikan 600 ribu per bulan. Uang bensin dan makan siangnya saja kurang segitu. Tapi, Damar harus memberikan 3 juta untuk ibunya, 1 juta untuk Sarah, dan 1 satu juta untuk Sinta. 3 juta disisakan untuk uang bensin dan uang makan siangnya. Nadine selalu dituntut untuk bisa hemat dan mencukupkan 600. ribu dalam sebulan. Padahal, dirinya sendiri saja tidak bisa jika sehari cuma 50 ribu.Hanya saja, Damar sedikit terpancing dengan hasutan dari keluarganya yang mengingatkan Nadine sanggup merawat bayinya hanya dengan nafkah 300 ribu per bulan. Dugaan nafkahnya disalahgunakan oleh Nadine menguat! Egonya juga tak terima. Jika dia