Bab 49
"Jangan pernah Anda mengaku anak yang Kiara lahirkan sebagai cucumu, Bu Farah! Kalian berdua tidak pantas menyebut-nyebut cucuku sebagai darah daging kalian!" Ucap Pak Alfath tegas.
Bu Farah mendekat dengan sikap santun dan sangat menghormati. Semula Galih ingin mencegat langkah kaki sang ibu. karena khawatir di kalau ibunya kembali ingin berbuat sesuatu yang bisa mengundang perselisihan, namun melihat sikap Bu Farah yang lebih santun, Galih mengurungkan niatnya.
Gerakan langkah kaki Bu Farah mendekati Pak Alfath. Bu Farah sedikit membungkukkan tubuh.
"Pak Alfath, saya tahu Anda adalah orang terhormat perusahaan di mana selama ini Galih bekerja," Bu Farah membuka percakapan dengan sesantun mungkin.
"Terus apa hubungannya dengan kedatangan kalian kemari?" tanya Pak Alfath sengit.
Sebelum menjawab pertanyaan ketus dari
Bab 50 Dua orang di dalam mobil nampak begitu lesu dan tak banyak bicara. Galih dan Bu Farah benar-benar harus menelan kekecewaan yang besar. Semua yang mereka impikan pupus sudah. Pak Alfath ternyata jauh dari perkiraan mereka. Laki-laki itu tidak bisa ditipu dan dikibuli dengan manisnya kata-kata. "Sia-sia kita pergi ke rumah pria sialan itu, Bu. Ternyata hanya menuai rasa malu," imbuh Galih bersungut-sungut. Bu Farah yang sedari tadi diam menoleh, "Malu kenapa, Galih?" Bu Farah bertanya. "Ibu sih, tadi terlalu merendah. Seperti tidak punya harga diri saja. Malu, Bu. Maluu ... Apa Ibu tidak nyadar?" kembali terlihat Galih bersungut-sungut. "Tidak usah menyalahkan ibu. Tadi ibu hanya mencoba untuk berusaha. Bukan ingin mempermalukan diri sendiri. Ingat, tadi itu kita belum beruntung untuk menuai keuntungan. Andai saja tadi kita
Bab 51 "Celine, memangnya berapa kira-kira uang yang akan Galih dan ibunya serahkan padamu? Kamu tidak bohong kan, Sayang?" seorang laki-laki berpostur tinggi dengan kulit kecoklatan dan rambut sedikit gondrong bertanya pada Celine. "Buat apa aku bohong sama kamu, Sayang? Ini aku serius lho. Sebentar lagi usaha properti yang kau kelola akan bisa lebih dikembangkan dengan uang uang itu. Bagaimana uang dua ratus juta yang aku serahkan kemarin? Apakah cukup untuk menambah kekurangan kemarin?" Celine bertanya. "Tapi kamu tidak menggunakan uang itu untuk berfoya-foya lagi kan? Kamu tidak menghabiskan uang-uang itu ke club malam kan? Jangan katakan bila kamu memberikan uang itu kepada wanita-wanita jalang yang menjajakan diri di sana," ucap Celine menyelidiki. Lelaki yang ia ajak bicara mengatur tempat duduk tepat di samping Celine. Tangan kanan pria itu meraih jemari Ce
Bab 52... "Darimana saja kamu, Celine? Jam segini baru pulang... !" Suara Bu Farah menyambut kedatangan Celine yang baru saja datang tergopoh-gopoh. "Dari rumah Ibu, Mas," jawab Celine pendek. "Dari rumah ibumu? Nginep di sana? Kenapa nggak bilang-bilang dulu sama Galih, ? Dia itu kan suami kamu," tegur Bu Farah. "Halah ... hanya karena dia berstatus suamiku maka menurut ibu ke mana-mana aku harus bilang dulu sama dia? Nggak begitu juga kali ...," tanggap Celine bersungut-sungut. "Bagaimanapun, Galih itu adalah suami kamu. Sebagai seorang istri, kamu wajib menghormatinya, Nak," Bu Farah mencoba menasehati. "Bu, istri zaman sekarang beda sama istri zaman dahulu. Istri zaman dulu mah kampungan dan bego bego, diam ajh di rumah bergantung sepenuhnya sama suami. Saking kampungannya, mereka sangat mudah untuk di bodoh
Bab 53 "Di investasikan bagaimana maksudmu, Celine?" Galih menatap curiga. "Masa kamu belum juga mengerti apa itu artinya investasi? Coba kau pikir, untuk mengendalkan gajimu, kebutuhan hidup kita ini tidak bakalan cukup. Lihat saja, hingga kini kamu bahkan tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Ya sudah aku investasikan saja uang hasil penjualan rumah kemarin untuk ekonomi kita di masa mendatang," jawab Celine. "Kamu investasikan ke siapa dan untuk apa?" Bu Farah tidak kalah terkejut. "Saya investasikan pada orang kepercayaanku. Kalian seharusnya tahu bahwa aku ini adalah mantan wanita karir. Ya sebentar lagi aku akan kembali berkarir. Aku bukan orang bodoh. Aku juga mengerti bagaimana caranya berbisnis," ucap Celine mencibir," lanjut Celine mencebik. "Sebentar, sebentar, coba kau jelaskan baik-baik, investasi itu investasi apa dul
Bab 54 "Bukan begitu maksud ibu, Nak." Bu Farah sedih. "Lalu apa? Ibu sudah cukup berbuat jahat sama Celine. Dia itu istriku. Aku tidak ingin ibu menyakitinya," bentak Galih. "Astaga sejak kapan ibu menyakitinya?" "Sudahlah Bu ..! Apa ibu juga ingin aku bercerai dari Celine sebagaimana aku dan Kiara? Tidak, Bu! Sudah cukup aku kehilangan Kiara dan aku tidak ingin kehilangan istri untuk kedua kalinya," ucap Galih.. "Astaga, Galih. Mengapa kamu bersifat seperti ini?" Bu Farah bertanya-tanya. "Bu, aku tidak punya cukup banyak untuk berbicara, Aku hanya perlu bicara sebentar saja sama ibu," ucap Galih akhirnya. Galih melangkah menuju ke ruang keluarga, sedangkan Bu Farah menyongsong dari belakang. "Kamu ingin bicara apa, Nak?" Bu Farah membuka percakapan.
Bab 55 "Wah, lumayan juga ini duitnya, Mas...!" Sinar mata Celine berbinar-binar melihat lembaran-lembaran uang di tangan Galih. "Ya, cukuplah buat bayar sewa rumah dan untuk biaya makan kita," sahut Galih. "Hmmm ... Cuma buat bayar sewa rumah dan makan doang?" Tanya Celine dengan sungut manjanya. Galih sudah bisa membaca apa yang diinginkan istri cantiknya tersebut. "Iya, Sayang ... Jangan cemberut dulu dong," Galih membelai dagu Celine lembut. "Kamu jangan khawatir, Mas pasti akan memberimu sebagian dari uang-uang ini," lanjut Galih kemudian. Mendengarnya, wajah Celine berubah lebih sumringah. "Mas ...!" rengeknya. "Ya, Sayang" "Mmm ... Mas mau kasih berapa buat aku?" ucapnya dengan manja yang di buat-buat.
Bab 56 "Celine, memangnya apa saja sih yang kamu laporin sama anakku? Sampai-sampai dia sekarang membenciku sedemikian rupa. Apakah kamu memang berniat untuk memisahkan kami?" Bu Farah terlihat geram. Celine yang baru saja pulang, terlihat melengos dengan pertanyaan Bu Farah. "Huuh ... Siapa juga yang ingin memisahkan kalian, mau ibu ambil Galih seutuhnya pun aku tak mengapa," tanggap Celine cuek. "Apa maksudmu?" Bentak Bu Farah. "Dasar aneh ...," celetuk Celine sambil berlalu. "Kamu dengar apa tidak aku tanya apa?" hlang Bu Farah. "Halah ... Tidak usah terlalu banyak tanya, Bu. Apa Ibu benar-benar ingin aku memisahkan ibu sama Mas Galih? Kalau ibu menginginkannya tidak apa-apa, akan kulakukan dengan senang hati," ujar Celine sinis.  
Bab 57 Galih menyibak tirai, seberkas sinar cahaya matahari pagi menerobos masuk. Yang melirik jam tangannya, "Sudah hampir pukul 08.00 pagi. Astaga ...!" Lelaki itu tereranjat. Dengan bergegas, Galih menuju ke kamar mandi. Sepeninggal Galih, Celine membuka mata. Matanya tertuju pada tirai yang sudah tersingkap. "Sudah siang rupanya ..." Celine menggeliat. Namun sejenak kemudian ia kembali menarik selimut. "Ah biarin ajah ... Toh ada Bu Farah yang mengerjakan semua kerjaan rumah," imbuhnya seraya kembali meringkuk. Baru saja ia ingin kembali terlelap, tiba-tiba Celine merasa perutnya bergolak. "Aduh ... Kenapa ini perut? Kok jadi mules sih ..." Gerutunya. "Hueekh ...!" Celine tidak tahan menahan