Jack menyantap es krim cone di tangannya dengan lahap. Ia sesekali mengerang ketika rasa dingin menyentuh tenggorokannya."Aku benar-benar membenci es krim. Tuhan, tapi es krim ini benar-benar enak. Kenapa tiba-tiba es krim menjadi enak?" ucapnya sebelum kembali memasukkan es krim itu ke dalam mulutnya. "Aku benci es krim."Ia tidak sadar ketika Brad menatapnya dengan mulut menganga seperti orang bodoh."Tutup mulutmu sebelum ada serangga yang masuk," tegur Anne sambil menikmati ayam goreng dengan nikmat, seolah-olah baru pertama kali merasakannya.Mendengar kalimat itu, Brad langsung mengatupkan mulutnya. "Tapi dia sudah menghabiskan 3 es krim. Kenapa dia mendadak menjadi aneh begini?""Aahhh, enak sekali. Sekarang perutku benar-benar lapar." Kali ini Jack melahap ayam goreng krispi dan sesekali pamer pada Brad.Bukannya ingin ikut makan, pria itu malah memasang wajah jijik."Apa yang terjadi padanya? Kau apakan dia? Apa rumahmu memiliki virus? Oh, aku bahkan baru ingat bahwa itu ada
"Ada siapa?"Elena tersentak ketika mendengar suara suaminya. Baru saja ia bermimpi tentang Jennifer yang sudah terbujur kaku dan tiba-tiba ada sekelompok laki-laki yang membawa lari jasadnya."Tuan Edward Brown, Tuan."Baru ketika mendengar nama sang ayah disebut, rasa kantuk yang tadi tersisa langsung lenyap. Berganti dengan antusiasme yang menggebu-gebu."Ayahku berkunjung ke sini?" pekik Elena girang, tak bisa menyembunyikan rasa gembiranya.Jack tertawa melihat tingkahnya yang seperti anak kecil. "Cepat, cepat! Aku sangat merindukan ayahku," desaknya sambil memegang pegangan pintu."Sabar dulu. Ingat, kau sedang hamil!" peringat Jack ketika mobil sudah berhenti di depan mansion.Elena langsung membuka pintu mobil dan berjalan dengan cepat, sampai-sampai Robert yang menyambut di depan pintu terkejut bukan main."Ayah! Ayah, aku pulang!" teriak Elena sekuat yang ia bisa.Jack dan Robert hanya bisa meringis di belakang Elena."Ayah!"Elena melompat ke pelukan pria yang sangat dirin
"Hai, Nak. Kalau kalian melihat video ini, mungkin kakek sudah tiada. Maafkan kakek yang sudah menyeret kalian ke dalam masalah kami. Seharusnya semuanya berhenti sampai di kakek saja. Tapi ternyata kami bertiga terlalu egois."Alexander Pierce menunduk dengan wajah murung."Kalau kalian menemukan video ini, mungkin dendam masa lalu itu masih membara. Ketahuilah, kami bertiga sebenarnya bersahabat. Aku, Nicklaus Hunter, dan Eliot Jepson. Kami adalah sahabat yang begitu solid dan tak terpisahkan."Elena begitu fokus memperhatikan setiap kata yang diucapkan oleh kakeknya. Masalah yang beruntun menimpanya membuatnya sedih sekaligus penasaran.Kakeknya mengatakan bahwa ketiga sahabat itu memulai sebuah bisnis ketika mereka masih duduk di bangku kuliah. Bisnis yang bergerak di bidang penyedia jasa transfer dan pembayaran secara online.Alexander bertindak sebagai pemilik modal sekaligus pencetus ide, Nicklaus Hunter yang mendesain website dan sistem produk, sedangkan Eliot Jepson bertindak
"Kode brankasnya adalah nilai IPK Elena dan tanggal pernikahan Amelia dan Edward." Tiba-tiba Alexander tertawa terbahak-bahak. "Siapapun yang mencuri video ini, kalian hanya bisa gigit jari. Kalian bahkan tidak tahu dimana letak brankas itu."Tawa Alexander sepenuhnya lenyap, berganti dengan wajah serius dan dingin."Untuk Nicklaus Hunter, aku punya senjata untuk menjatuhkanmu. Senjata itu akan menghancurkanmu jika video ini sampai ke tangan cucuku. Jika sampai cucuku tahu, itu artinya kau masih berbuat ulah. Kenapa tidak kau lepaskan saja dendam tidak masuk akalmu itu? Kau sudah tua, Victoria bahkan sudah kau habisi. Apa kau dendam karena tidak bisa memiliki anak darinya seperti aku dan Eliot?"Alexander menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi, mata masih menatap ke arah kamera."Untuk Eliot Jepson, aku yakin kau tidak akan mencampuri urusan cucu-cucuku. Bagaimanapun juga, Amelia dan Talia adalah saudara, bukan? Alan dan Elena adalah sepupu cucumu, Gavra Jepson. Tapi perlu kau ingat,
Entah sudah berapa bulan Elena tidak menginjakkan kaki di perusahaan yang sudah resmi menjadi miliknya sekarang. Beruntung Alan bukanlah pria yang tamak dan dengki. Tentu saja, kakaknya sudah mendapatkan bagian yang lebih besar di eMark."Selamat pagi, Nyonya Elena," sapa seorang resepsionis dengan sopan sambil tersenyum.Elena menghentikan langkahnya ketika melihat ada seorang pria yang terlihat familiar di sofa khusus untuk tamu. Keningnya mengernyit. Ia menoleh pada resepsionis yang langsung mengerti."Dia adalah pengawal Tuan Nicklaus Hunter, Nyonya," kata resepsionis itu."Untuk apa dia datang ke sini?" Tiba-tiba moodnya semakin memburuk. Mendengar monster tua bangka itu berada di perusahaannya membuatnya naik pitam."Ada urusan dengan Tuan Alan terkait dengan ekspansi Greenlake ke berbagai negara di Asia dan Eropa."Kali ini sebelah alis Elena terangkat. Ia mendengkus sinis. Greenlake memang belum membuka cabang di negara-negara Asia dan Eropa seperti Jepson Group dan perusahaan
"Rahasia besar."Elena menceritakan tentang video itu secara garis besarnya saja. Nanti dia akan mengirimkan file-nya ke email sang kakak."Lagipula pernikahan mereka sudah puluhan tahun yang lalu. Tentu saja ayah sudah lupa. Kakek ini ada-ada saja," komentar Alan."Ya, bagaimana lagi? Menyimpan rahasia sebesar itu pastilah harus hati-hati. Aku hanya masih heran kenapa Jennifer bisa mendapatkan flashdisk itu." Elena mengusap dagunya."Dia mencurinya dari David." Tiba-tiba Brad menyahut."Hah? Jadi David yang lebih dulu mendapatkannya?" pekik Elena kaget."Lebih tepatnya, flashdisk itu awalnya dicuri oleh Matthew Patt di ruang kerja Tuan Alexander Pierce. David mencuri flashdisk itu setelah tahu bahwa isinya sangat penting dan bisa digunakan untuk mengancam Nicklaus Hunter. Tapi sayangnya Jennifer malah mencurinya setelah mencuri dengar percakapan telepon antara David dan Nicklaus," lanjut Brad."Ah, sepertinya Jennifer juga berniat untuk mengancam David dengan flashdisk itu. Sayangnya
"Jangan terlalu kencang mengendarai mobilnya!" hardik Jack dengan mata melotot."Aku sudah mengurangi kecepatannya sampai hanya tinggal 40km/jam. Mau selambat apa lagi?" teriak Brad frustrasi.Elena meringis melihat betapa rewelnya suaminya sejak keluar dari gedung Greenlake. Selalu protes dan mengeluh. Benar-benar menyebalkan."Butuh minyak aromaterapi, Bos?" tawar Nathan."Ya, ya! Kepalaku pusing sekali. Ya Tuhan, bagaimana bisa aku menjalani sisa hariku jika seperti ini terus?" Jack menyambar botol minyak aromaterapi dari tangan Nathan dan menghirup aromanya.Pria itu mengerang sambil menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Kedua matanya terpejam."Baru beberapa hari saja kau sudah rewel sekali. Padahal wanita harus mengalaminya selama 9-10 bulan," cibir Elena.Tiba-tiba Jack membuka mata. Pria itu langsung memeluk perut Elena meskipun harus membungkuk dan posisinya terlihat tidak nyaman."Tolong cabut kutukanmu, Sayang. Aku benar-benar tidak sanggup lagi. Setiap malam aku tidak
Dua mobil van berwarna hitam datang dan berhenti agak jauh dari mobil Jack. Pria berpakaian serba hitam dan menenteng senjata api laras panjang menghambur keluar dari sana. Jumlahnya lumayan banyak."Oh, sepertinya kakek tua itu ingin bermain-main." Jack mengambil stok senjata di jok belakang lalu melemparkannya pada Nathan dan Brad. "Sayang, kau merunduklah untuk berlindung."Elena menurut dan menyembunyikan kepalanya di bawah jendela. Meskipun perutnya terasa sangat mengganjal, ia tahan rasa tidak nyaman itu.Ingatan mengenai kejadian yang hampir sama ketika bersama ayahnya dulu kembali berkelebat. Rasanya seperti deja vu. Hanya saja, kehadiran Jack sekarang membuatnya merasa sedikit tenang. Suaminya pasti bisa mengatasinya.Selama beberapa menit, hanya terdengar suara tembakan yang saling bersahutan. Elena memejamkan mata, berdoa agar bayi di dalam kandungannya tidak trauma. Ia pernah mendengar bahwa bayi yang masih berada di dalam kandungan bisa merekam kejadian yang dialami oleh