Kasus pembunuhan Victoria Miller 50 tahun yang lalu benar-benar menghebohkan seluruh dunia. Beritanya viral dimana-mana dan terus dibahas di setiap kesempatan.Banyak yang mengunjungi makam Victoria setelah jenazah yang hanya tinggal tulang belulang itu diangkat dari halaman belakang mansion milik Nicklaus Hunter. Mansion Nicklaus dipasangi garis polisi dan dilempari dengan berbagai macam benda oleh masyarakat yang marah. Kondisi mansion itu kini menyedihkan. Tak ubahnya seperti bangunan kosong yang terbengkalai dan sangat kotor.Banyak bagian tembok mansion yang dicoret-coret dengan cat semprot dengan tulisan-tulisan yang menghujat dan mencaci Nicklaus. Lebih parahnya lagi, makam Nicklaus juga dirusak dan dilempari dengan sampah, sampai-sampai polisi harus turun tangan untuk mengamankan warga yang masih marah."Semoga laki-laki tua itu terbakar di neraka. Enak saja dia langsung mati begitu saja. Seharusnya dia disiksa dulu," caci salah seorang warga yang digiring oleh polisi untuk
Suasana dalam mobil langsung hening. Jack melihat Elena yang sempat melirik Nathan sejenak sebelum kembali melihatnya. Semakin membuatnya curiga saja."Memangnya kenapa Evan harus ikut? Dia sibuk dengan pekerjaannya. Klien semakin banyak. Hanya Brad dan Nathan yang memang khusus aku minta untuk mengawalmu," jawabnya dengan sabar.Istrinya diam tidak lagi menyahut. Wanita itu lebih memilih memejamkan mata sambil bersandar pada sandaran kursi.Sadar akan perubahan mood sang istri, Jack memerintahkan Brad untuk sedikit mempercepat laju mobil. Mereka sampai di mansion 15 menit kemudian."Ada yang ingin kutunjukkan padamu," ucapnya begitu mobil berhenti tepat di depan pintu. "Brad, Nathan, kalian pulanglah dulu untuk bersiap-siap. Brad, jangan lupa untuk menjemput Nina. Dia akan marah jika tidak diajak.""Siap!"Jack buru-buru keluar untuk membukakan pintu di samping Elena. Tangannya terjulur, menunggu sang istri menyambutnya. Wanita itu menahan senyum dengan wajah tersipu malu. Sangat men
Sakit. Itulah yang dirasakan oleh Nathan setiap kali melihat kemesraan Elena dan Jack. Tidak ada yang tahu mengenai isi hatinya yang sebenarnya. Kecuali Brad dan Alan.Dulu, ketika menjadi bodyguard Elena, Nathan menjadi saksi bagaimana wanita itu selalu direndahkan oleh siapapun hanya karena gaya berpakaiannya yang tertutup. Ketika semua wanita berlomba-lomba untuk mengenakan pakaian seksi dan mempermak wajah mereka, bahkan memberikan warna macam-macam, Elena tetap tampil secara natural. Hanya mengenakan bedak dan lipstik berwarna merah muda yang lembut.Awalnya Nathan bersikap profesional. Setiap kali Elena mengajaknya makan siang bersama, wanita itu selalu menjadikannya tempat curhat meskipun dia hanya diam saja.Tapi lama-kelamaan, Nathan merasakan ada sesuatu yang aneh dalam hatinya ketika melihat Elena tertawa kecil ketika ikat rambutnya terlepas. Di saat itulah, Nathan tahu berapa cantiknya wanita itu jika terus diperhatikan secara seksama.Wajahnya begitu bersih dan terlihat
Nathan membelalakkan mata. Tubuhnya menegang. Bagaimana Alan bisa tahu mengenai asal-usulnya? Padahal dia sudah menutupinya dengan rapat.Bahkan hacker profesional pun tidak akan mampu menembus informasi pribadinya karena sokongannya begitu kuat. Asalkan dia tetap diam dan tidak berbuat ulah."Kau pikir kau bisa menutupi siapa dirimu yang sebenarnya, hah? Jika itu menyangkut adikku, aku akan melakukan apa saja. Termasuk menyelidiki tentang latar belakangmu. Kau membuat malu ayahmu karena mengundurkan diri dari gedung Pentagon, padahal karirmu begitu cemerlang. Kau mencoreng nama ayahmu karena memberontak, tidak mau menuruti perintah Menteri Pertahanan dan Presiden."Nathan tidak bisa berkata-kata. Perkataan Alan membuatnya terlalu shock sampai pikirannya mendadak kosong."Kau semakin membuat malu ayahmu karena memilih untuk menjalani karir sebagai tentara bayaran swasta, dan berakhir sebagai bodyguard anak konglomerat. Kau dilarang untuk membuat skandal lagi, atau ayahmu akan diturunk
Sudah sebulan lebih Nathan sengaja menghindari segala hal yang berhubungan dengan Elena dan Jack. Bukan hanya wanita saja, pria seperti dirinya pun juga membutuhkan waktu untuk menyendiri agar hatinya tidak semakin terluka."Takdir benar-benar membencimu rupanya," ujar Brad sebelum tertawa girang.Ya, takdir benar-benar mempermainkan hidupnya sekarang. Setelah memohon pada Evan untuk diberikan pekerjaan lainnya dengan alasan yang meyakinkan, lagi-lagi Nathan harus berakhir di tempat yang sama dengan Elena.Di ballroom eMark, tempat di mana ayah Elena mengadakan acara pesta ulang tahun perusahaan sekaligus untuk mengenalkan Elena kepada publik sebagai putri kandungnya.Semua orang terkesiap ketika mengetahui fakta itu. Apalagi ketika mereka tahu bahwa Edward Brown adalah mantan menantu Alexander Pierce. Mereka semua tentu langsung ramai dan saling berbisik."Tidak ada yang benar-benar menjadi temanmu di dunia bisnis," komentar Nathan sambil mengawasi Elena meskipun telinganya mendengar
Nathan menatap tajam orang yang keluar dari tempat yang gelap. Pria seusia Jacob Reeves yang memakai jaket kulit hitam dan celana jeans."Kenapa kau jauh-jauh datang ke sini, ayah? Sudah kubilang untuk jangan dekat-dekat denganku," kata Nathan dengan menggertakkan rahangnya."Supaya wanita pujaanmu itu tidak tahu bahwa kau adalah anak seorang direktur FBI? Memangnya kenapa? Suami wanita itu bahkan berada jauh di bawahku.""Tapi dia jauh lebih kaya darimu. Dia bahkan bisa membeli jabatanmu beserta seluruh aset yang kau punya," sergah Nathan.Pria yang dipanggil ayah itu mendengkus. Menghisap rokoknya dan meniupkan asap ke arah Nathan."Sungguh aneh kau mengaku sudah yatim piatu. Apakah sebegitu inginnya kau terbebas dariku? Bukankah seharusnya kau menerima jabatan yang kuberikan? Kau bahkan bisa berada di atas Jack Reeves."Nathan tidak peduli dengan perkataan ayahnya. Dia langsung beranjak dari tempatnya."Wanita itu membuat pilihan yang bagus. Seandainya dia memilihmu, aku tidak akan
"Jack belum pulang juga?" tanya Elena dengan hati gelisah.Kemarin malam setelah dinyatakan baik-baik saja oleh dokter dan diperbolehkan untuk pulang, Elena berkali-kali menelpon suaminya. Tapi karena tubuhnya entah kenapa masih terasa lelah, dia pun akhirnya tertidur begitu diantarkan ke kamar oleh Alan."Belum. Aku sudah menghubungi ponselnya, tapi tidak diangkat," jawab Nina. "Lebih baik sarapan dulu. Kau harus memulihkan energi setelah kemarin hampir saja keracunan."Elena menurut saja ketika Nina menuntunnya menuju ke ruang makan. Beruntung Nina mau langsung datang ke mansion untuk menemaninya. Entah kenapa suaminya tidak kunjung pulang."Makanlah yang banyak, Nona. Setelah ini jangan lagi keluar. Sebentar lagi Anda melahirkan, jadi lebih baik di rumah saja. Anda bisa meminta tolong pada pengawal yang biasanya menjaga anda jika menginginkan sesuatu," saran Bibi Mary sambil meletakkan berbagai menu makanan sehat untuk ibu hamil.Mendadak Elena teringat dengan Brad. Di mana laki-la
Selama hidupnya, Jack tidak pernah lepas kendali. Dia selalu bisa menahan diri. Bahkan meskipun dia tahu bahwa Claire menikah dengan Arsen, dia hanya diam saja. Tapi semua berubah ketika ia bertemu dengan Elena.Sekarang emosinya sering tidak stabil. Sudah dua kali ini dia lepas kendali, dan semuanya karena Elena. Ia tidak bisa biasa saja atau tak acuh jika itu sudah menyangkut tentang Elena.Ada rasa aneh yang tidak bisa dijabarkan. Dia takut jika Elena pergi jauh darinya. Kembali meninggalkannya seperti dulu."Di mana Nathan?" tanyanya pada salah satu karyawan yang melintas di lobi perusahaan."Umm, kurang tahu, Tuan. Tapi tadi saya sempat melihat dia bersama Tuan Jacob," jawab karyawan itu dengan sopan.Jack berlalu dengan amarah masih menguasai diri. Kedua tangannya bahkan masih terkepal dengan erat dan jantungnya bertalu-talu. Siapapun yang berpapasan dengannya tidak berani menyapa. Kakinya melangkah memasuki lift dan menekan tombol lantai paling atas. Dia benar-benar sangat ma