Satu pertanyaan yang membuat Jack penasaran setengah mati. Kenapa Elena bisa mengenal Leo? Pertanyaan yang sudah terbentuk di otaknya di hari pernikahannya yang gagal, namun terlupakan begitu saja karena pikirannya kalut."Apakah mereka berdua sering datang ke sini?" tanyanya penasaran."Tidak sering. Paling hanya sebulan sekali. Tapi dulu Nona Elena sering datang ke sini. Kasihan dia. Begitu kesepian," jawab pemuda yang bernama Chad itu."Ceritakan padaku, kenapa kalian bisa mengenal Elena?" desaknya.Bukannya menjawab pertanyaannya, Chad malah membuka laci di meja kerja yang dikunci. Pemuda itu mengeluarkan sebuah bingkisan yang dibungkus dengan kertas kado."Aku tidak tahu kenapa Nona Elena menyimpan benda ini di sini. Ukurannya lumayan besar, jadi agak sesak," gumam Chad dengan wajah meringis sambil menarik bingkisan itu dengan sedikit kesulitan.Pemuda itu menghela nafas lega setelah berhasil mengeluarkan bingkisan itu, lalu menyerahkannya pada Jack."Dia berpesan padaku untuk me
Jack menatap Chad dengan penuh harap. Informasi yang baru saja didapatkannya membuka secercah harapan yang membuatnya kembali bersemangat."Bagaimana kau bisa yakin bahwa Leo tahu dimana keberadaan Elena?"Pemuda berwajah Latin itu menatap ke atas sambil memegang dagunya. "Waktu itu...dia datang ke sini di pagi-pagi buta. Aku kebetulan datang ke restoran lebih awal karena harus menyetok bahan-bahan yang hampir habis. Aku mendengar dia sedang berbincang dengan seorang laki-laki."Ingin sekali ia mengguncang-guncang bahu pemuda itu agar langsung berbicara tentang intinya saja."Lalu?" desaknya tak sabar."Aku tentu saja menguping. Rasanya semua orang yang berada di posisiku pasti penasaran, kan?""Ck! Bisakah kau langsung pada intinya saja? Aku tidak memiliki banyak waktu," sergah Jack dengan mata melotot, membuat Chad langsung gelagapan."Ah, iya maaf. Aku mendengar Nona Elena ingin pergi jauh, tapi jangan sampai siapapun tahu. Lalu Tuan Leo berbicara tentang helikopter pribadi. Setela
Pancaran cahaya yang menyala-nyala dan menari-nari di langit malam adalah hal yang menjadi daftar favorit Elena setelah sebulan tinggal di kota paling utara di dunia.Ia merapatkan jaket dan tersenyum ketika cahaya itu masih menari-nari di langit. Warnanya hijau dan biru, membuat hatinya merasa tenang."Kenapa kau sangat menyukai Aurora Borealis? Kemarin kita sudah melihatnya dari kereta gantung," ucap Freya, teman baru sekaligus pemilik rumah yang disewa oleh Elena.Sebenarnya Elena menginap di sebuah hotel. Namun, psikolog yang ditemuinya menyarankannya untuk tinggal di rumah warga lokal agar ia tidak mengeluarkan banyak uang karena biaya sewa hotel begitu mahal.Psikolog itu, Atla, merekomendasikan rumahnya yang ditempati olehnya dan adiknya. Adiknya merasa kesepian dan Elena bisa menemaninya.Sebenarnya uang bukanlah masalah bagi Elena. Tapi Atla adalah psikolog yang menyenangkan. Ia merasa tenang dan tidak lagi meledak-ledak setelah beberapa kali berkonsultasi dengan wanita itu.
Setelah berkonsultasi dengan Atla, Elena akhirnya merasa yakin dengan keputusannya. Atla bilang, musik itu bagus untuk mengurangi stres. Ia bisa mengungkapkan perasaan atau emosinya lewat sebuah lagu.Curahan hatinya mengenai sisi gelapnya dan bagaimana ia menerimanya bisa memberikan dampak positif bagi pendengarnya nanti. Tidak semua orang mau mendengarkan nasihat, tapi banyak yang tersentuh setelah mendengarkan lirik dari sebuah lagu.Apalagi jika lagu itu berhubungan dengan mereka. "Lirik yang kau buat bisa menjadi motivasi bagi orang lain yang memiliki sisi gelap untuk berubah dan menerima dirinya sendiri. Tidak banyak orang yang mau terbuka karena merasa malu, menganggap sisi gelap adalah aib dan akan membuat mereka dihakimi oleh masyarakat," ujar Atla sambil menunjuk coretan-coretan di atas kertas miliknya."Bagaimana kalau lirik yang kubuat justru memberikan dampak negatif?" tanya Elena khawatir.Atla menggeleng sambil tersenyum. "Lihatlah lagi kata-kata yang kau rangkai. Kau
"Kenapa kau tidak bilang padaku bahwa Lars itu adalah DJ Narve?" pekik Elena dengan suara lirih.Tiba-tiba rasa takut itu kembali datang. Bagaimana jika hasil tulisannya jelek? Bagaimana jika hasil karyanya menjadi lelucon? "Elena! Elena, tenang. Rilekskan seluruh otot-otot badanmu seperti yang sudah diajarkan oleh Atla," bujuk Freya sambil menuntut Elena untuk duduk di sofa ruang tamu."Ada apa?" tanya Atla dengan wajah khawatir."Tiba-tiba dia panik ketika melihat Lars," jawab Freya.Elena memejamkan matanya dan meletakkan satu tangannya di dada. Ia mengatur nafasnya. Bernafas dengan pelan, tenang, dan santai sampai ia benar-benar merasa tenang."Oke, aku pasti bisa. Aku minta maaf. Tolong maafkan aku. Terima kasih. Aku mencintaimu," ucapnya pada dirinya sendiri.Ia menggumamkan kata-kata itu berkali-kali sampai akhirnya ia merasa yakin dengan dirinya sendiri. Begitu membuka mata, ia langsung terkejut. Tiga pasang mata menatapnya dengan ekspresi berbeda."Sudah tenang?" tanya Atla
"Siapa itu Bjorn...Hofseth? Kenapa sulit sekali melafalkan nama ini?" tanya Jack setelah tiba-tiba menyelonong masuk ke ruangan sang ayah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Tidak ada tanggapan. Jack mendongak dan mendapati Menteri Pertahanan sedang berdiskusi dengan ayahnya. Mereka berhenti berbicara dan menatap Jack dengan sorot mata bertanya-tanya."Oh, maaf. Aku tidak tahu bahwa ada tamu penting di sini," ucap Jack dengan wajah tak enak.Pria berkulit hitam itu tertawa renyah. "Aku tahu kau pasti sangat sibuk dan terburu-buru, Tuan Jack Reeves. Tidak apa-apa. Lagipula aku sudah selesai. Aku hanya kebetulan ada kepentingan di sekitar sini dan singgah sebentar," kata pria itu lalu berdiri."Tidak, tidak! Anda tidak perlu terburu-buru, Tuan Kingston. Saya bisa kembali ke sini lagi lain waktu," cegah Jack dengan sedikit panik.Pria yang rambutnya sudah dipenuhi dengan uban itu kembali tertawa. Setelah menyalami Jacob, pria itu mendekati Jack dan menepuk bahunya."Kinerjamu sangat b
Lagu sudah berakhir, tapi Jack tetap memelototi layar ponselnya. Ia hafal betul dengan wanita yang muncul di akhir video klip. Meski rambutnya kini berwarna coklat dan wajahnya hanya tampak dari samping, ia seratus persen yakin bahwa wanita itu adalah Elena.Bahkan ia begitu hafal dengan dua tahi lalat kecil di tengkuk wanita itu. Saat rambutnya tersingkap karena efek angin, ia bisa melihatnya dengan jelas.Ia benar-benar hafal dengan apapun yang ada di diri wanita itu. Termasuk suaranya yang dulu memanggil namanya ketika mereka di atas ra..."Sialan! Kenapa pikiranku kotor sekali?" umpatnya kesal.Ia membuka kolom komentar di bawah video. Sudah ratusan ribu komentar. Baru beberapa hari diposting, tapi tayangannya sudah puluhan juta.[Wow, lagu yang sangat bagus. Liriknya benar-benar menggambarkan diriku. Sekarang aku merasa tidak sendirian lagi. Terima kasih, Narve.][Penyanyinya yang mana? Yang ada di video klip sepertinya hanya model. Bibirnya tidak bergerak mengikuti lagu.][Fun f
"Elena, dia adalah kekasihku. Namanya Bjorn," kata Freya sambil menggandeng lengan seorang pria bertubuh tinggi dan kekar dengan rambut berwarna tembaga.Elena yang saat itu sedang meminum teh hangat langsung tersedak. Bukan apa-apa, pria bernama Bjorn itu memiliki perawakan seperti Evan dan Nathan.Dengan kata lain, Bjorn seperti seorang bodyguard. Keningnya berkerut. Freya mengenal lelaki itu darimana? Bjorn jelas bukanlah sekedar pekerja kantoran biasa."Oh, hai. Aku Elena dan ini Nina," sahutnya.Alisnya terangkat ketika Nina sama sekali tidak melirik lelaki itu dan sibuk dengan ponselnya. Tidak biasanya wanita itu bersikap tak acuh."Kau tidak bilang padaku bahwa kau memiliki kekasih?" tanya Elena basa-basi.Sebenarnya itu memang bukan urusannya. Ia sibuk dengan kegiatannya sendiri. Apalagi setelah sukses menyelesaikan satu lagu bersama Lars, dia merasa bahagia. Respon masyarakat benar-benar positif."Sebenarnya, kami dulu adalah teman SMA. Dia adalah kakak kelasku lebih tepatnya