"Kenapa kau tidak bilang padaku bahwa Lars itu adalah DJ Narve?" pekik Elena dengan suara lirih.Tiba-tiba rasa takut itu kembali datang. Bagaimana jika hasil tulisannya jelek? Bagaimana jika hasil karyanya menjadi lelucon? "Elena! Elena, tenang. Rilekskan seluruh otot-otot badanmu seperti yang sudah diajarkan oleh Atla," bujuk Freya sambil menuntut Elena untuk duduk di sofa ruang tamu."Ada apa?" tanya Atla dengan wajah khawatir."Tiba-tiba dia panik ketika melihat Lars," jawab Freya.Elena memejamkan matanya dan meletakkan satu tangannya di dada. Ia mengatur nafasnya. Bernafas dengan pelan, tenang, dan santai sampai ia benar-benar merasa tenang."Oke, aku pasti bisa. Aku minta maaf. Tolong maafkan aku. Terima kasih. Aku mencintaimu," ucapnya pada dirinya sendiri.Ia menggumamkan kata-kata itu berkali-kali sampai akhirnya ia merasa yakin dengan dirinya sendiri. Begitu membuka mata, ia langsung terkejut. Tiga pasang mata menatapnya dengan ekspresi berbeda."Sudah tenang?" tanya Atla
"Siapa itu Bjorn...Hofseth? Kenapa sulit sekali melafalkan nama ini?" tanya Jack setelah tiba-tiba menyelonong masuk ke ruangan sang ayah tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.Tidak ada tanggapan. Jack mendongak dan mendapati Menteri Pertahanan sedang berdiskusi dengan ayahnya. Mereka berhenti berbicara dan menatap Jack dengan sorot mata bertanya-tanya."Oh, maaf. Aku tidak tahu bahwa ada tamu penting di sini," ucap Jack dengan wajah tak enak.Pria berkulit hitam itu tertawa renyah. "Aku tahu kau pasti sangat sibuk dan terburu-buru, Tuan Jack Reeves. Tidak apa-apa. Lagipula aku sudah selesai. Aku hanya kebetulan ada kepentingan di sekitar sini dan singgah sebentar," kata pria itu lalu berdiri."Tidak, tidak! Anda tidak perlu terburu-buru, Tuan Kingston. Saya bisa kembali ke sini lagi lain waktu," cegah Jack dengan sedikit panik.Pria yang rambutnya sudah dipenuhi dengan uban itu kembali tertawa. Setelah menyalami Jacob, pria itu mendekati Jack dan menepuk bahunya."Kinerjamu sangat b
Lagu sudah berakhir, tapi Jack tetap memelototi layar ponselnya. Ia hafal betul dengan wanita yang muncul di akhir video klip. Meski rambutnya kini berwarna coklat dan wajahnya hanya tampak dari samping, ia seratus persen yakin bahwa wanita itu adalah Elena.Bahkan ia begitu hafal dengan dua tahi lalat kecil di tengkuk wanita itu. Saat rambutnya tersingkap karena efek angin, ia bisa melihatnya dengan jelas.Ia benar-benar hafal dengan apapun yang ada di diri wanita itu. Termasuk suaranya yang dulu memanggil namanya ketika mereka di atas ra..."Sialan! Kenapa pikiranku kotor sekali?" umpatnya kesal.Ia membuka kolom komentar di bawah video. Sudah ratusan ribu komentar. Baru beberapa hari diposting, tapi tayangannya sudah puluhan juta.[Wow, lagu yang sangat bagus. Liriknya benar-benar menggambarkan diriku. Sekarang aku merasa tidak sendirian lagi. Terima kasih, Narve.][Penyanyinya yang mana? Yang ada di video klip sepertinya hanya model. Bibirnya tidak bergerak mengikuti lagu.][Fun f
"Elena, dia adalah kekasihku. Namanya Bjorn," kata Freya sambil menggandeng lengan seorang pria bertubuh tinggi dan kekar dengan rambut berwarna tembaga.Elena yang saat itu sedang meminum teh hangat langsung tersedak. Bukan apa-apa, pria bernama Bjorn itu memiliki perawakan seperti Evan dan Nathan.Dengan kata lain, Bjorn seperti seorang bodyguard. Keningnya berkerut. Freya mengenal lelaki itu darimana? Bjorn jelas bukanlah sekedar pekerja kantoran biasa."Oh, hai. Aku Elena dan ini Nina," sahutnya.Alisnya terangkat ketika Nina sama sekali tidak melirik lelaki itu dan sibuk dengan ponselnya. Tidak biasanya wanita itu bersikap tak acuh."Kau tidak bilang padaku bahwa kau memiliki kekasih?" tanya Elena basa-basi.Sebenarnya itu memang bukan urusannya. Ia sibuk dengan kegiatannya sendiri. Apalagi setelah sukses menyelesaikan satu lagu bersama Lars, dia merasa bahagia. Respon masyarakat benar-benar positif."Sebenarnya, kami dulu adalah teman SMA. Dia adalah kakak kelasku lebih tepatnya
"Apa maksudmu?" tanya Nina tak mengerti.Freya bahkan menatap Elena dengan raut wajah keheranan."Bunga daisy! Hanya Jack yang tahu bahwa aku sangat menyukai bunga daisy. Dan parfum itu...""Hanya Jack? Jadi Nathan bahkan tidak tahu?" tanya Nina dengan sebelah alis terangkat.Elena mengerjap. Baru menyadari bahwa ia keceplosan. "Siapa itu Nathan? Dan kenapa dia tidak tahu bunga kesukaan Elena?" tanya Freya bingung.Nina justru menyeringai. "Nathan adalah bodyguard Elena. Dulu. Sebelum kakakku menggantikan dia. Bukankah hal yang mengherankan kenapa Jack tahu bunga kesukaan Elena padahal baru dua bulan menjadi bodyguardnya, sedangkan Nathan tidak tahu padahal sudah setahun mengawal Elena?""Oh, wow! Ternyata pria bernama Jack itu adalah bodyguard Elena? Romantis sekali," kata Freya dengan pandangan menerawang dan senyum mendamba, seperti terharu dengan kisah cinta Elena."Sebentar, jadi Jack itu kakakmu?" Tiba-tiba Freya menatap Nina dengan curiga.Nina yang menyadari hal itu langsung
"Kenapa kau tidak bertanya langsung padaku? Kenapa kau malah pergi begitu saja meninggalkanku sendirian di hari pernikahan kita?"Elena membuka mulutnya, namun tidak ada kata-kata yang keluar. Otaknya menolak untuk mempercayai apa yang kini dilihatnya, sehingga tangannya tanpa sadar meraba wajah orang di hadapannya."Kau benar-benar nyata," gumamnya ketika tangannya merasakan pipi yang dulu pernah disentuhnya.Rambut tipis yang tumbuh di rahang dan dagu pria itu benar-benar terasa nyata di telapak tangannya. Ia mendongak untuk menatap langit. Masih ada cahaya Aurora yang menari-nari di atas sana.Pandangannya kembali turun ke arah pria di hadapannya. "Jadi ini bukanlah mimpi."Pria itu meraih tangannya dan menciumnya. Menimbulkan aliran listrik di dalam darahnya, membuat kinerja jantungnya bekerja dua kali lebih cepat. Wajahnya terasa hangat ketika kedua mata mereka bertemu.Mata hijau yang selalu ia rindukan setiap detiknya. Mata yang terus hadir dalam mimpinya sampai ia merasa takut
Sebelum menemukan Elena, ia terus memutar otak untuk menemukan wanita itu dengan cepat. Apalagi setelah Bjorn memberinya sedikit petunjuk yang entah disengaja atau tidak.Di salah satu foto yang dikirimkan oleh Bjorn, Jack menemukan tulisan "omso" di belakang foto Elena, Nina, dan satu perempuan asing. Seharusnya ia bisa menemukan lokasi Bjorn dengan mudah hanya dengan menghubungi Freddy. Tapi ia sadar tidak bisa terus mengandalkan orang lain.Menggunakan kekuasaannya untuk memerintah atasan Bjorn? Sangat mudah ia lakukan. Tinggal memberi perintah pada seluruh kepala cabang untuk memberitahu di negara mana Bjorn bekerja. Tapi ia sadar bahwa tidak semuanya bisa dilakukan dengan uang dan kekuasaan. Membuat luluh hati seorang wanita contohnya.Jadi dia malah mendatangi Leo meskipun pria itu menerimanya dengan sikap dingin dan tatapan sinis. Tapi ia menerimanya dengan lapang dada. Memangnya bajingan mana yang pantas mendapatkan pujian dan sanjungan setelah menyakiti seorang wanita?"Kata
Setelah berhasil menemukan Elena dan menciptakan momen indah di bawah pancaran cahaya Aurora Borealis, Jack tidak meminta apa-apa lagi.Menemukan wanita itu ternyata melengkapi dirinya. Memenuhi separuh hatinya yang kosong. Tidak ada lagi keinginannya selain menghabiskan waktu bersama wanita yang kini menunduk dengan wajah murung.Sekarang ia paham dengan apa yang dirasakan oleh Arsen. Ketika Claire berada di antara hidup dan mati karena ulah Sergio, ketika wanita itu mengalami mati suri, bukan hal yang aneh jika Arsen sempat bertingkah seperti orang gila. Memeluk jenazah Claire sambil terus mengajaknya bicara.Terdengar mengerikan dan ia dulu sempat mencibir apa yang dilakukan oleh pria itu, tapi sekarang ia mengalaminya sendiri. Ternyata karma selalu datang untuk membuatnya merasakan apa yang dulu ia remehkan."Kenapa kau murung? Apa kau tidak menyukai kedatanganku? Atau kau masih ingin sendiri?" Jujur ia bingung luar biasa.Bagaimana menghadapi perempuan yang tiba-tiba berubah eksp