Share

Sentuh Aku!

"Kalian tak mengerti ucapanku?" tanya pria itu sekali lagi. Wajahnya yang tampan serta rahangnya yang kuat kini mengeras.

Melihat kedatangan tamu tak diundang itu, Maxwell dan teman-temannya hanya bisa saling pandang, sebelum akhirnya tertawa meremehkan.

"Hei, kau. Ini bukan urusanmu! Memangnya siapa kau? Preman kampungan? Gak usah ikut campur, yang ada kau yang cari mati sama kita!" tukas salah seorang pemuda yang saat itu kebagian memegangi tangan kiri Gabby.

Tatapan mata Bima semakin gelap dan penuh kemarahan, ketika melihat keadaan sang nona yang sudah tak karuan. Apalagi saat melihat sebelah tangan Maxwell berada di dalam gaun pesta Gabby, makin membuat pria itu meradang.

Dia memang tak seharusnya meninggalkan Gabby sendirian. Memang, kedatangannya sebagai bodyguard pribadi untuk anak bosnya terkesan mendadak, sehingga membuat gadis itu tak begitu suka dengannya, dan memaksanya untuk tak ikut di dalam. Tapi, dia tak menyangka, jika dirinya justru akan menyaksikan gadis yang seharusnya dia jaga hampir dilecehkan seperti ini!

"Jauhkan tanganmu dari tempat yang tidak semestinya!" hardik Bima.

Gabby merasakan cengkraman beberapa pria pada tubuhnya seketika longgar dan terlepas. Fokus mereka ternyata teralihkan karena kehadiran sang bodyguard.

"Apa kau tidak tahu kau sedang berhadapan dengan siapa? Sebelum aku membuat hidupmu yang hina itu semakin hina, cepat menyingkir dari sini! Anggap kau tak melihat apapun," Maxwell mengancam.

Bima memicingkan mata saat melihat seorang pemuda dengan alis yang terpotong, mulai melangkah maju. Pemuda itu menatap Bima sambil menggerakkan kepalanya, hingga terdengar bunyi tulang yang berderak. Ia juga memasang kuda-kuda sambil melompat kecil. 

"Oh, kau mau bermain boxing rupanya?" tukas Bima, ketika melihat pemuda itu mencoba menggertak dengan gerakan tinju. "Baiklah, akan aku turuti."

Bima kemudian berdiri dengan kedua tangan terkepal di depan wajahnya.

Jap! 

Jap!

Pemuda itu mulai melayangkan beberapa kali tinju ke arah Bima, namun masih bisa ia hindari dengan menggerakkan kepalanya berlawanan arah dari pukulan.

Tak juga bisa mendaratkan pukulan, pemuda tadi lantas mundur beberapa langkah. Ia mengambil jarak aman agar Bima tak bisa langsung menyerang balik.

"Kau, lumayan juga," ucap pemuda beralis terpotong itu, meremehkan.

Pemuda itu kembali maju beberapa langkah sambil melayangkan tinjunya. Ia mengincar wajah, area samping kanan dan kiri kepala, serta perut Bima.

Tapi meskipun pukulan yang diarahkan pada Bima begitu membabi buta dan diperhitungkan dengan baik layaknya seorang petinju profesional, entah kenapa pria tinggi besar itu seperti tak tersentuh.

Sorak sorai yang awalnya antusias terdengar di belakang, mulai terasa melemah. Makian dan gerutuan mulai terdengar dari mulut Maxwell dan kawan-kawannya.

Di sudut ruangan, Gabby makin tak karuan. Ia merasakan pusing dan mual yang tak tertahankan.

"Huek!" 

Akhirnya Gabby memuntahkan isi lambungnya yang seakan terbakar. Bima melihat dari sela-sela tubuh lawannya, dan merasa jika ia sudah harus menyelesaikan permainan ini.

"Mari kita sudahi semuanya. Nona Gabby sudah hangover!" ucap Bima, seperti sedang meremehkan lawan pertandingannya.

"Bacot!" maki pemuda itu. Ia kemudian meringsek maju dengan pukulan yang lebih kuat dan bertubi-tubi mengarah pada Bima.

DUG!

Satu tinju keras berhasil Bima hantamkan dengan telak pada rahang bawah lawannya. Karena terlalu berkonsentrasi untuk menyerang Bima, pemuda beralis terpotong itu sampai lupa untuk membentengi dirinya sendiri.

"Aaakkkkhhh!" 

Pemuda itu lantas terpental ke belakang dan jatuh menghantam tembok. 

Maxwell dan teman-temannya seketika diam tak berkutik. Mereka terlalu terkejut mendapati jagoan mereka kalah. 

Demi harga dirinya di depan teman-temannya dan juga tak mau diremehkan, Maxwell maju ke depan menantang Bima dengan sisa-sisa keberaniannya.

"Kau merusak kesenanganku, sialan! Kau tidak tahu siapa aku, hah?!" hardik Maxwell di depan wajah Bima.

Saat Maxwell terbakar amarah, berbanding terbalik dengan Bima. Pria itu bahkan hanya bergeming dan sesekali melirik pada Gabby yang sudah bersandar tak berdaya di tembok belakang.

"Memangnya kau siapa?" tanya Bima, tak peduli.

"Aku Maxwell Douglas. Putra tunggal pemilik Maxima Inc. Jika kau menggangguku, itu artinya kau cari mati!" gertak Max lagi.

Ia pikir bodyguard yang dibawa Gabby itu akan ketakutan setelah mengetahui siapa dirinya. 

Tapi ternyata dugaannya tadi salah! 

Tiga detik setelah menggertak Bima, sebuah bogem mentah telak menghantam wajah pemuda itu, hingga ia terjungkal ke belakang dan menghantam layar LED besar yang ada disana.

Melihat Maxwell pingsan dan temannya yang jago boxing ternyata terkapar dan kalah, kelima pemuda yang lain seketika lari kocar kacir keluar dari ruangan untuk menyelamatkan diri.

Bima lantas melangkah cepat menghampiri Gabby yang tengah terbakar oleh gairah. Ia menggendong Gabby keluar dari night club, dan membawa sang nona pulang kembali ke rumah dengan menggunakan mobilnya.

Bima melajukan mobil milik Gabby dengan kecepatan sedang. 

Pria itu berusaha untuk tetap berkonsentrasi pada jalanan yang ada di hadapannya, namun, tiba-tiba, gadis itu mulai melenguh panjang, membuat konsentrasinya buyar begitu saja.

“Ugh.. panas..”

Di bangku samping, Gabby sedang meracau tak jelas disertai desahan-desahan yang membuat buku kuduk Bima seketika meremang. Rupanya gadis itu benar-benar mabuk dan tak sadar dengan apa yang sedang ia perbuat.

"Oh, ayolah! Aku pikir pekerjaan jadi pengawal nona muda itu takkan seberat ini," keluh Bima dengan gusar.

Pria itu menarik nafas panjang. Ia bahkan tak berani melirik pada Gabby yang duduk di sebelahnya.

"Kak, tolong sentuh aku!”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nadia Valorez
Seperti biasa karya Author memang tidak pernah mengecewakan ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status