James terkapar. Setengah badannya masih terlentang di barbell bench press. Kedua kakinya masih tertekuk, satu tangannya ia dekatkan menutupi matanya, dan tangan lainnya di biarkan menjuntai sampai menyentuh karpet abu-abu tebal. Ia telah menyelesaikan latihan early pre-season.[1] Tubuh James sedikit kaku karena mencicipi latihan yang cukup menguras otot tubuh. Lagu RITMO yang di nyanyikan Black Eyed Peas masih berkumandang dengan semangat.
“Kau masih hidup, James?” tanya Jake sambil meletakkan dumbbell barbell seberat 20 kg kembali ke tempatnya semula.
“Yeah, yeah. I’m fine. Badanku kaget saja.” James mengibas tangannya dengan asal.
“Ya wajar, terakhir kau benar-benar latihan ialah saat Rio Open di bulan Februari. Setelah itu kau cedera kaki dan sementara tidak bisa ikut ATP Tour[2] yang lainnya. Gimana keadaan kaki-mu?
“Much better. Setidakn
Halo! Salam kenal! Aku Tara Pauline. Breakfast at Midnight adalah novel debutku. Aku harap pembaca sekalian dapat menyukainya! :)
Di ruang meeting, para staf dan Alex saling mendiskusikan final run down. Tidak mau ada yang celah kecil yang terlewat, meeting kali ini penuh dengan segala diskusi yang dapat menyukseskan interview Madeline Darcy dengan sempurna.Andrew memberitahu semua koleganya tentang yang dibicarakan dengan Alex saat lunch break tadi dan memberitahu sedikit modifikasi lagi. Semua koleganya merasa ide ini fantasis dan semua memuji Alex dengan kebrilianan idenya. Alex hanya merendah dan mengatakan bahwa Andrew juga membantunya merealisasikan ide tersebut.Nina dengan tatapan juteknya seperti biasa, memberi kabar bahwa Andre akan tiba di London secepatnya dan akan segera menemui Alex dan yang lain di lokasi. Bob memberikan dokumen perrtanyaan yang sudah direvisi. Alex membacanya dan mengangguk setuju dengan final sketch pertanyaan yang dibuat oleh tim PR-nya itu. Mira sekali-kali mencatat hal penting yang bisa saja dilupakan oleh Alex saat interview nanti.
Para tim Glamorous telah tiba di The Continent. Tanpa lama-lama lagi, Alex menginstrusikan tim-nya untuk segera melakukan persiapan. Dengan cermat dan sigap, Ia memerintahkan kru-nya untuk menata ruangan kosong itu untuk disulap sebagai studio kecil untuk pemotretan. Nigel segara menyusun lightning dan backdrop stand sesuai dengan permintaan bosnya, sementara Mike dan Andre memposisikan kamera SLR PRO dengan tripod. Andrew sibuk menggantung pakaian-pakaian yang sudah disusun dan diurutkan untuk pemotretan. Untungnya di sudut ruangan yang berhadapan dengan jendela, sudah terdapat meja rias yang sudah di atur dan cukup panjang dengan cermin persegi panjang yang memiliki banyak lampu di semua sisinya itu. Pencahayaannya sudah di atur agar mendapat proporsi yang pas untuk melihat hasil akhir dari make-up yang akan dipresentasikan. Dena dan Lizzie dengan cepat menaruh berbagai peralatan make-up dan peralatan rambut sep
“So Juan, kabar-mu sendiri bagaimana?” James bertanya sambil memotong Scottish Roast Beef yang terlihat kenyal itu menjadi beberapa bagian.Juan Xavier ialah salah satu sahabat James semenjak mereka berdua telah menjadi pro dalam dunia tenis. Perawakan setinggi James, tubuh ramping berisi yang fit, mempunyai rambut pendek hitam legam serta kulit kecokletan gelap yang eksotis, aksen Spanyol-nya menambahkan pesona image perayu ulung. Kekurangannya adalah jika dia sudah cerewet, James langsung menutup mulut Juan dengan selotip, karena sejujurnya dia seperti bebek di beri makan cacing dan berbunyi kwek kwek kwek dengan antusias. Menolak untuk berkomitmen dengan wanita ialah moto hidupnya. Menurutnya hidup akan sangat singkat jika di habiskan dengan satu orang wanita seumur hidup. Juan bisa dibilang kembaran James dalam berbagai aspek. Mereka bisa dibilang duo JJ di dunia tenis.“Same as yours Jim. Latihan, tour, lot
“Alex, habis ini kau mau langsung ke pesta atau dinner dulu?” tanya Mira. Mereka telah kembali ke kantor dan telah menyelesaikan meeting berkaitan dengan wawancara Madeline Darcy tadi sore.“Hm, entahlah aku sedang malas. Tapi entah kenapa aku lagi kepingin cupcakes Aunt Maggie’s.”Mira hanya menggelengkan kepalanya, “Kau ingin aku belikan?” tanya Mira lagi.“Tak usah. Aku ingin kesana sendiri, sekalian beli persediaan stok buat weekend. Kita nanti langsung ketemu di pesta saja langsung.” Ujar Alex seraya memakai coat-nya kembali dan mencari kunci mobil di dalam tasnya.“Baiklah, sampai nanti.” Alex melambaikan tangan ke Mira seraya keluar dari ruangan kaca itu.“Ya, hati-hati!”Pijakan kaki Alexandara telah keluar dari H House. Matahari baru saja terbenam setengah jam lalu, Picadilly Circus menampilkan pesona senj
James tertahan di acara pesta tadi dengan klub bola Dominic yang mengajaknya membicarakan para wanita yang ditidurinya bulan ini. Seperti biasa, salah satu ajang pamer laki-laki. Awal rencananya, padahal ia sudah akan bilang party till down. Tetapi, setelah melihat wanita yang tadi dikenalkan oleh pacar sahabatnya itu... Pesta masih bisa lain waktu, tapi wanita bermata hazel itu belum tentu akan datang lagi.Saat ia mencari ke penjuru ruangan, wanta itu sudah tidak ada lagi. James akhirnya pun kecewa dan pamit pulang dari acara pesta Dominic. James tidak bisa menghilangkan bayangan wajah wanita dengan mata hazel lembut itu dan rambut hitam kecokletannya panjangnya yang bergelombang.Hawa malam ini tidak terlalu dingin, malah untuk James membawa kesegaran baru untuk pikirannya yang sedang awut-awutan. Ia berjalan sambil meminum bir yang ia bawa dari apartemennya. Ia melihat sisi kiri yang dihiasi dengan Sungai Thames. Bangku
Dengan malas, Alex menyeret kedua kaki-nya menuju lift dan menekan tombol. Ia menutup mulutnya lalu menguap. Alex sangat mengantuk, karena semalam, ups salah tadi subuh, ia baru tidur selama 2 jam gara-gara semalaman ia marathon menonton Friends. Ia kemudian menatap cermin di sebelah kanan-nya dengan bayang-bayang hitam di kantung matanya yang masih mejeng sedikit, padahal ia sudah memakai concelear. Hhh sok-sokan marathon aja Lex, lo ga tau apa, ada deadline menumpuk menunggu dengan manis di atas mejamu? Alex mencemooh dirinya sendiri.Lift-pun terbuka, dan ia langsung disambut dengan orang-orang berlarian ke sana ke sini. Kadang saling berteriak apa yang mereka butuhkan. Yap, beginilah suasana deadline di Glamorous jam 9 pagi di Senin yang cerah ini. Sudah tahu kan ini lebih terlihat seperti salah satu adegan di Confession of Shopaholic dimana para wanita memborong barang designer di sale diskon besar-besaran? Alex melew
Latihan berjalan dengan produktif. James menghempaskan tubuhnya ke deretan bangku panjang penonton serta merentangkan kedua tangan dan kakinya. Keringat bercucuran dari segala penjuru tubuh James. Ia mengambil handuk dari tas untuk menyeka keringatnya. Tidak tahan dengan bajunya yang sudah basah, ia membukanya dan membiarkan tubuh bagian atasnya bertelanjang dada. Lalu segera mengambil botol minum berisi Evian dan langsung meneguk isinya dengan beringas. Ia duduk santai sebentar sambil menunggu napas memburunya mereda. James mengecek smart phone,“Wow, sepertinya hari ini aku menyelesaikan latihan terlalu cepat. Don’t you think, coach?” ujar James sambil cengengesan. Max sedang mengecek kondisi kakinya.“Ya ya ya. Motivasimu untuk latihan harus ku akui hari ini produktif dan relative lebih cepat.” Pria separuh baya berambut pirang terang kecokletan itu harus terpaksa setuju.“I swear, jika kau sudah set u
“It’s alright. Haven’t been long in here too.” Balas James dengan sumringah.Oh, jadi ini biang yang bikin satu lantai klimaks. Batinnya mengomel.“Mir, boleh tolong siapkan minum untuk Mr. Winston?” Alex memerintahkan Mira dengan suara dingin. Mira masih dengan senyum penuh arti lalu keluar meninggalkan mereka berdua,“How in the world you could possibly know where my office are?” tanya Alex dengan dingin sambil beranjak dan duduk di kursi kerjanya.“Let’s just say, a little birdie told me.” James masih membalas dengan nada sumringah.Little birdie ndas-mu. Pasti kerjaan Madeline Darcy. Batin Alex dongkol.“What can I do for you today, Mr. Winston?” tanya Alex sedikit menyindir, sambil mengatupkan kedua tangannya di atas meja, ala-ala gaya-gaya serius bisnis.“Oh. Kau hari ini j