Setelah mengantarkan Nathan dan Talia ke sekolah, Michel mengantar Diana dan menemani Diana ke rumah sakit untuk melepas implannya.Diana dan Michel langsung saja menuju ke ruangan Kania dengan Michel menggandeng pinggang Diana posesif seperti Michel ingin menunjukkan dan memperlihatkan kepada semua orang bahwa Diana adalah miliknya."Halo, dokter Kania." Sapa Diana pada Kania yang sedang sibuk mencatat sesuatu."Oh, Michel dan Hana. Silakan duduk," sahut Kania mempersilakan."Terima kasih. Dokter sedang sibuk?" Diana duduk di kursi pasien di hadapan Kania."Tidak, ada sedikit pekerjaan. Ada apa ini? Apa yang perlu saya bantu?" Kania tersenyum ramah pada Hana dan Michel."Hana mau lepas implan, Kania." Sahut Michel dengan cepat. "Benarkah? Kalian mau kasih Nathan adik? Perempuan atau laki-laki?" Kania bertanya dengan senyuman terukir indah di wajahnya."Iya, doakan saja." Michel menyahut lagi sedang Diana memaksakan senyum.Beberapa saat kemudian setelah implan Diana berhasil dilepas
Di rumah Cici.Banyak orang sudah berkumpul di area belakang rumah Cici yang cukup besar dengan hiasan lampu tersusun rapi mengelilingi area tersebut. Seperti acara anak muda pada umumnya, beberapa diantara tamu yang hadir ada yang asik dan sibuk memanggang sedang yang lain tertawa dan bergosip seraya menikmati makanan dan minuman yang tersaji.Tidak ada alkohol yang terlihat di sana karena ini acara untuk anak sekolah, bukan orang dewasa.Sedang di dalam rumah Cici, Cici terlihat sedang menerima tamu yang merupakan keluarga besarnya dan juga keluarga kekasihnya.Saat Cici sibuk mengobrol dengan keluarganya, mata Cici dan semua orang yang berada di dalam rumah Cici berfokus pada sepasang tamu yang sangat luar biasa ini."Cici, maaf, kami terlambat." Ayu menatap tidak enak pada Cici yang segera bangkit dari duduknya dan menyambut serta menyapa Ayu."Gak apa-apa, Yu. Kita belum mulai, kok. Kamu cantik banget, Yu. Oh ya, ini cowok yang kamu bilang waktu itu ya?" Cici menatap terpesona ke
"Saya teman Ayu. Saya tidak suka ada pria yang bersikap kasar dengan wanita. Kalau kamu tidak bisa menjaganya, maka kamu jangan memacarinya," ketus Rayhan tegas.Untung saja suara musik terputar keras hingga suara kegaduhan mereka tidak terdengar di telinga orang lain."Bukan urusan kamu. Urus saja diri kamu sendiri.""Ray, uda cukup. Dia benar, ini bukan urusan kamu. Kamu pergi saja, jangan campuri urusan kami," sambung Ayu berharap Rayhan pergi namun Rayhan malah berdiri diam dengan tangan mengepal kesal."Dengar? Sudahlah, ayo kita pulang. Kamu bisa jalan kan?" Doni mengajak Ayu pulang karena moodnya sudah sangat buruk untuk tetap berada di tempat ini.Ayu berjalan perlahan dengan langkah tertatih dan pincang. Rayhan rasanya sangat kesal melihat sikap Ayu yang keras kepala."Yu, kaki kamu sepertinya terkilir. Duduk di sini dulu, aku akan bantu kamu memijatnya," ujar Rayhan menghentikan langkah Ayu dengan menarik tangannya."Tidak, aku bisa sendiri. Aku akan pulang." Ayu menolak dan
"Kamu kalau saya bilangin jangan bandel ya, Yu. Ini juga demi kesehatan kamu. Kamu gak mau kaki kamu sembuh?" Diana memarahi Ayu dan Ayu langsung terdiam tanpa berani menyahut lagi.Di sisi lain, Rayhan pulang ke rumahnya dan memutuskan untuk langsung tidur setelah mengobati tangannya. Belakangan ini Rayhan merasa sedikit lega karena Ririn tidak lagi mengejarnya.Namun pertemuan tak sengaja antara dirinya dan Ayu membuat Rayhan kesal hingga ingin memukul pria yang mengaku sebagai kekasih Ayu tersebut."Aku bahkan tidak pernah bersikap kasar pada Ayu sebelum insiden gila itu terjadi. Seharusnya ini semua tidak terjadi jika aku bisa menahan diri. Ini semua memang salahku. Kenapa sangat sulit bagiku untuk melupakan kamu, Yu? Segala macam cara sudah aku lakukan, tapi tetap saja." Gerutu Rayhan menutup wajahnya dengan bantal.Di kamar Michel.Michel tidak lupa mengingatkan Diana agar meminum obatnya sedang Diana bingung dan juga penasaran melihat sikap Michel yang malah bersemangat menyuru
Tak terasa, sudah 1 bulan Ayu bekerja di rumah Michel sebagai pengasuh Nathan dan Talia. Ayu sudah tidak mengharap uang gaji atau apapun karena merasa apa yang selama ini Ayu dapat sudah jauh lebih besar."Ayu, kemari." Diana memanggil Ayu ke kamarnya untuk pertama kali dan Ayu yang baru pulang sekolah segera mengikuti langkah kaki Diana."Saya boleh masuk, Nyonya?" Ayu memastikan."Iya, masuklah." Diana menyuruh Ayu masuk ke dalam kamarnya namun Ayu malah melangkah ragu ke kamar Diana."Ini gaji kamu bulan ini. Simpanlah dengan baik. Kamu bisa simpan uang ini dan bisa kamu pakai untuk kuliah nanti. Kamu harus kuliah, karena kamu pintar, sayang jika kamu tidak kuliah." Diana memberi Ayu sebuah amplop berwarna coklat berisikan uang."Nyonya, potong gaji saya untuk kebutuhan saya selama ini." Pinta Ayu memberikan amplop cokelat yang baru ia terima dari Diana kembali pada Diana.."Tidak usah, kamu simpan saja. Kamu punya rekening? Simpan ke bank akan lebih aman," ujar Diana lagi sedang A
"Lihat, ini hadiah dari Ayu." Diana menghampiri Michel yang sedang berbaring di atas ranjang dan memberi Michel tas hadiah dari Ayu."Apa ini?" Michel mengambil tas belanjaan tersebut dan mengeluarkan isinya."Apa istimewanya benda ini, Sayang? Ini hanya kaus pasangan murahan," jawab Michel tanpa perasaan yang langsung mendapat balasan seimbang dari Diana."Apa kalau aku yang memberimu hadiah ini, hadiah itu juga termasuk murahan?" Diana bertanya pada Michel."Tentu saja tidak. Hadiah yang kamu beli untukku tentu semuanya spesial," jawab Michel menjadi bodoh."Benar, karna aku yang memberikan hadiah murah ini padamu makanya kamu bilang bahwa hadiah ini spesial. Begitu juga denganku, aku merasa hadiah ini spesial karena Ayu dengan niat yang tulus memberikannya pada kita." Jelas Diana melepaskan pakaian tidurnya dan mencoba kaus pemberian Ayu."Lumayan. Ayu pandai memilih hadiah. Kaus ini juga tidak terlalu murah karena memiliki merk. Ini pasti sudah sangat bagus baginya karena gajinya
Diana menelpon nomor ponsel Ayu tapi ternyata Ayu meninggalkan ponselnya di dalam mobil."Michel, bagaimana ini? Cepat cari mereka," pinta Diana panik. "Baiklah, kamu dan Mama tunggu di sini. Biar aku yang cari. Kamu telepon aku kalau misalnya mereka uda sampai," jawab Michel menelan makanannya dan minum air lalu berlalu masuk menuju taman.Tempat pertama yang Michel tuju adalah toilet. Michel memeriksa semua toilet yang tersedia di taman tersebut namun tidak menemukan Talia dan Ayu."Kemana mereka? Ayu, awas aja kamu kalau Talia sampai terluka." Kesal Michel pada Ayu yang ceroboh.Michel berjalan berkeliling taman sambil mata Michel menelusuri pandangan. Pandangan Michel terkunci pada keramaian yang membentuk lingkaran kecil yang membuat Michel penasaran."Anak ini terjatuh setelah pengasuhnya pergi," ujar salah satu orang bergosip.Mata Michel membulat mengira jika anak yang ibu-ibu tersebut katakan adalah Talia. Dengan cepat Michel berjalan menerobos dan memecah keramaian.Suara t
Michel tersenyum licik ke arah Diana dan langsung menggendong Diana masuk ke dalam kamar mandi untuk menyelesaikan ritual mandi bersama mereka.Mereka tentunya bukan hanya mandi di dalam kamar mandi, namun juga melakukan pemanasan untuk persiapan edukasi peperangan mereka.Diana hanya pasrah setiap merasakan dan melihat apa yang Michel lakukan padanya. Sayangnya, Michel sudah terpengaruh terlalu masuk ke dalam pemanasannya hingga memulai peperangan mereka tanpa edukasi.Lagi pula masih ada 2 ronde yang tersisa. Mereka masih bisa menonton itu lagi nanti."Michel, pelan sedikit. Perutku rasanya sakit, tidak nyaman." Tiba-tiba saja perut Diana terasa keram dan meminta agar Michel memelankan temponya.Michel menatap wajah kesakitan dan tidak nyaman Diana dan itu membuat Michel tidak tega hingga harus menghentikan sementara gerakannya."Apa masih tidak nyaman? Itu karena kamu makan makanan tidak sehat itu," ujar Michel lagi."Sayang, maaf, bisakah kamu keluar sebentar? Aku rasa aku hamil.