Siang semakin terik, jangan tanya betapa panasnya Riau di siang hari, kipas adalah alat elektronik yang wajib dimiliki di rumah masing-masing. Terkadang, musim hujan sangat ditunggu-tunggu, agar udara sedikit lebih sejuk. Jika ingin ke luar mencari udara, di kota-kota di Riau, malam hari adalah waktu yang tepat. Tempat-tempat nongkrong pun lebih ramai di malam hari.Setelah meninggalkan area kantor wali kota, Bujang dan Luqman mengarahkan mobil pengangkut barang itu ke sebuah toko langganan yang menjual cat khusus. Cat khusus yang hanya dijual di toko-toko khusus. Tak ada di toko di kota Siak. Hanya ada di Pekanbaru. Cat itu menjadi andalan agar kualitas perabot olahan Bujang berkualitas."Rasanya aku pernah melihat anak barusan?" kata Luqman yang belum lepas dari rasa penasarannya. Mobil yang dikemudikan oleh Bujang melaju dengan kecepatan sedang. Jalan cendrung ramai, karena banyak para karyawan yang keluar mencari makan siang. Beberapa memiliki seragam yang sama. Seragam perusahaan
Bujang memandang Keke dengan tatapan hangat, semburat merah muncul di pipi wanita yang telah menjadi istrinya itu. Keke, dia tetap saja cantik, bahkan setelah melahirkan anak mereka, tak sedikit pun kecantikannya berkurang. Perut buncitnya memberi aura tersendiri, hamil kedua ini membuat kulitnya lebih halus dan lebih bersinar, sehingga Bujang tak bosan memandangnya. Bujang lupa, Keke tak pernah untuk tidak cantik, bahkan setelah bangun tidur tanpa mencuci muka, dia tetap saja cantik.Bujang sendiri, tak tau, dari mana kecantikan itu disalin Keke, setahu Bujang, kakak Keke berwajah biasa saja, dia pernah berjumpa beberapa kali. Pak Iwan pun, tidak tampan di masa mudanya, mungkin dari ibunya, ah! Bujang juga tak tau persis. Luqman benar, dia laki-laki yang beruntung, bisa mendapatkan wanita secantik Keke, bahkan, bisa meluluhkan hati Keke tanpa dipaksa olehnya, wajar saja dia dituduh mengguna-gunai Keke, gadis itu takkan mungkin mau dengannya begitu saja. Tapi Tuhan punya cara yang i
Keke tersengal, Bujang adalah laki-laki yang sangat luar biasa. Dia mampu membuat Keke meleleh dengan sentuhan sederhananya, menerbangkan Keke ke puncak tertinggi, dan memberikan pengalaman yang sangat luar biasa. Bujang, adalah pria berkarisma yang pandai memuja, lihai mendamba, sehingga Keke tak bisa berjauhan darinya.Keke pernah jatuh cinta, tapi cinta kali ini sangat berbeda. Bujang bagaikan laut dalam yang tenang, tapi menenggelamkan dan menghanyutkan. Dia bahkan tak lihai menggombal atau mengeluarkan kata-kata rayuan, tapi tatapan dalam dan tenangnya, mampu membuat lutut Keke melemas.Dengan Kevin, dia tak mengenal arti hasrat. Dia nyaman, hanya sekedar nyaman, Kevin tak mampu menghadirkan debaran berbahaya padanya, atau rasa haus akan sentuhan. Dengan Bujang, dia bagaikan lilin yang meleleh terbakar, musnah dilahap api.Mereka bahkan belum selesai menata nafas kelelahan, saat rengekan Delio dan disusul Delia mengejutkan mereka. Mereka sama-sama tertegun, lalu terkikik kecil.B
Dia memandang pantulan dirinya di cermin, dia masih cantik, bahkan di usianya yang sebentar lagi mendekati empat puluh tahun. Dia belum tua, masih enerjik dan bersemangat, tak jarang orang memujinya karena dianggap awet muda. Dia dulu primadona desa, dulu sekali. Namanya harum sampai ke desa tetangga, banyak pemuda yang naksir padanya, bahkan lamaran datang dari berbagai kalangan pemuda. Namun, hatinya terpaut pada satu pemuda, pemuda sederhana yang bahkan tak begitu bisa memberikan kesan manis. Sayangnya, sebuah kejadian membuatnya tak bisa melanjutkan hubungannya dengan pemuda itu. Ia hamil, sebuah kesalahan di masa lalu yang tak disengaja. Akhirnya, kuliahnya tidak selesai karena buru-buru dinikahkan dengan teman pria yang menghamilinya. Sayangnya, pernikahan tak berlangsung lama, karena tak ada cinta di antara mereka, setelah anak pertamanya lahir, tepatnya dua bulan setelah itu, suami pertamanya pergi dan tak ada kabar berita.Ya, dia wanita yang cantik. Kulitnya halus, jika bad
"Apakah sudah bersih, Ke?" tanya Bujang, seperti biasa, sekali tiga hari Keke akan mencukur jenggot dan kumisnya, agar suaminya itu terlihat lebih bersih dan rapi. Entah kenapa, pria tampan yang digilai Keke itu, memiliki pertumbuhan kumis dan jenggot yang cepat, dua hari saja tidak dicukur, bakal jenggot dan kumis baru telah tumbuh di rahangnya. Keke adalah tipe wanita yang telaten, walaupun dia memiliki anak kembar, rumah tak pernah dalam keadaan berantakan. Dia anti dengan sesuatu yang terletak tidak pada tempatnya. Kadang, tak jarang Bujang kena omel saat meletakkan handuk basah di sembarang tempat. "Sudah," sahut Keke sambil memberikan cermin kecil itu pada suaminya. Dia tersenyum. Bujang, walaupun usianya melebihi Keke, pria itu terlihat awet, tak banyak yang berubah, wajahnya masih sama seperti sepuluh tahun yang lalu.Memang, Bujang sempat mengalami kegemukan beberapa bulan yang lalu, perut kotak-kotaknya berubah bulat. Karena mendapat protes Keke, pria itu akhirnya kembali r
Dia memandang resah ke ujung jalan. Mata bulatnya harap-harap cemas karena menunggu. Dia meremas jari-jarinya berulangkali.Dia sengaja keluar di jam pelajaran, menyelinap ke belakang sekolah dan berdiri di balik pohon mangga yang umurnya sudah tua. Apa yang lebih mendebarkan selain dengan berjumpa dengan kekasih? Setelah berbalas surat cinta, dan ingin berjumpa sejenak untuk menatap wajahnya.Gadis cantik itu melepas nafas lega, saat yang ditunggu-tunggu melangkah pasti ke arahnya berdiri. Ada degupan tak biasa, layaknya remaja yang tengah jatuh cinta.Dia memejamkan matanya. Hitungan detik, pacarnya itu sudah berada di dekatnya, tepatnya terpisah dua meter."Ada apa?" kata laki-laki yang tak lain adalah Bujang remaja itu. Wajah gadis yang tak lain adalah Endang itu, berubah hilang serinya. Setelah dia mengirim surat cinta dengan penuh perjuangan, dan hanya ditanyai ada apa?"Tidak ada apa-apa," sahut Endang ketus. Dia tak suka diabaikan, tak suka dinomor dua kan, dia biasa mendapatk
Keke tak habis pikir, sebegitunyakah? rasa tergila-gila Endang pada Bujang sampai mengirimkan guna-guna yang salah sasaran. Keke tak tau, apakah justru bersyukur dengan guna-guna yang salah sasaran itu, atau malah prihatin. Jika saja yang kena adalah Bujang, betapa sedihnya dia, sebentar lagi dia akan melahirkan. Anak-anak mereka masih kecil, jika Bujang yang kena, alangkah malangnya nasib yang menimpa. Membayangkannya saja Keke sudah tak sanggup.Keke menyadari, walaupun suaminya itu bukanlah pria muda, tapi dia masih gagah bahkan semakin tampan di usianya yang mendekati empat puluh. Wajah dengan rahang tegas, pandangan mata tajam tapi meneduhkan, bibir gelap yang jarang tersenyum pada orang asing, serta kulit sawo dengan otot kuat dan tangkas yang dimiliknya. Bujang memiliki fisik yang diidamkan oleh semua laki-laki, dia kriteria laki-laki yang jantan dan gagah. Walaupun berbeda umur yang sangat jauh dengan Keke, saat mereka berjalan berdua, orang pasti menyangka mereka tak terpaut
Benar kata orang, wanita yang setengah gila akan sangat berbahaya. Dia akan melakukan apa saja agar kehendak dan keinginannya terpenuhi, tak peduli apakah jalannya halal atau haram. Endang merasa marah luar biasa saat mengetahui guna-gunanya salah sasaran, dia sudah berkorban banyak uang, uang yang bahkan dipinjamnya dari sana sini. Dia tak menyangka akan gagal, dia sudah membayangkan yang indah-indah bersama Bujang. Menikah, hidup enak dan tentu saja seumur hidup Bujang akan berada di bawah kendalinya.Bukannya malu atau insaf, mendengar ucapan Keke barusan, Endang malah meradang, dia geram luar biasa. Tanpa malu, dia merengsek masuk ke dalam rumah. Jika jalan halus tak mempan, jalan kasar harus ditempuh."Hei, mau ke mana kau?" Keke menghalangi wanita itu. Endang menatap benci, Endang semakin dekat ke tangga rumah."Minggir! Mana Bujang.""Dia tak ada di rumah." Keke masih mencoba untuk berbohong, dia tak Sudi jika suaminya malah digoda terang-terangan oleh wanita itu."Kau bohong,