Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Adila diam tak berkutik memandangi Mamahnya yang sedaritadi tidak mau makan. Bahkan, untuk diajak berbicara saja enggan.Suasana di luar sana yang tengah hujan lebat membuat hawa dingin dan menambah perasaan tidak nyaman di antara keduanya.Mau tidak mau, Adila harus berpikir keras memikirkan apa yang harus ia katakan agar suasana kembali mencair. "Mah, aku hari ini coba masak rendang lho. Mau coba?"Mamahnya menggeleng lagi. Kemudian, matanya kembali menatap kosong ke arah lantai.Adila meremas ujung sweaternya gemas. Gregetan karena begitu sulit dan kokoh dinding Mamahnya. Selain itu, ia juga kesal dengan Adiknya yang sembarangan dalam berbicara sehingga menyebabkan Mamahnya diam sHai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------"Pak, istirahat dulu." Bayu berulang kali mengingatkan bosnya yang seharian penuh tidak menyentuh makanan yang dibawakan oleh Kayla dan tidak beranjak dari kursi dan laptopnya."Iya, makasih ya, nanti." Jawaban template yang terus dikumandangkan Wafa membuat Bayu jengah. Di satu sisi ia dititipkan amanah oleh Kayla, tetapi di satu sisi ia belum mampu membuat bosnya mau mendengarnya. "Pak, nanti makanannya menjadi dingin. Bapak ngga mau coba dulu? Sepertinya enak lho.""Kamu mau? Ngga papa ambil aja. Saya masih harus menyelesaikan draft ini, besok mau dibawa ke investor. Kasus itu menyebabkan perusahaan saya harus terjun bebas Bay, sedangkan saya menampung banyak harapan pegawai yang meganggantun
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------"Key, jangan lihatin aku seperti itu dong.." Rengek Wafa. Sedaritadi istrinya terus memandanginya yang tengah makan. Kayla tersenyum tipis lalu badannya sedikit ia majukan. "Aku peduli denganmu Fa bukan bermaksud membuatmu kesal karena terlalu bawel dengan kondisi kesehatanmu. Tapi, sejak kemarin ku perhatikan kamu sedikit mengabaikan makanmu. Tidak lahap seperti biasanya. Aku tahu memang tidak mudah untuk makan dengan tenang di tengah situasi yang kurang menyenangkan, tetapi kalau tidak makan kamu bisa jatuh sakit." Ucapnya dengan nada parau sampai-sampai memudarkan senyumannya.Wafa terdiam sejenak, sengaja dianggurkannya makanan yang telah tertuang di atas sendok. "Tapi aku harus berbuat sesuatu Key, kalau
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------"Aneh, ngga biasanya langit Jepang mendung sampai begini." Celeteuk Dinda di kala heningnya ruang tamu apartemennya. Padahal mesin pemanas sudah diaktifkan, tetapi hawa dingin tetap terasa menembus lapisan kulit luar tubuhnya. Semenjak mendengar kabar kasus Adiknya kemarin ia belum tahu lagi perkembangannya.Walaupun, sempat ia mencak-mencak di telfon beberapa hari yang lalu. Maklum, berita itu tidak sampai ke Jepang dan dia juga bukan tipikal seseorang yang senang mencari tahu berita artis. Menurutnya, seharusnya, mereka menghubungi dan mengabarkan berita ini. Walaupun, kata Bundanya di telfonā setelah adegan mencak-mencak tersebut, ia mulai bisa mengerti.Kayla dan Wafa tidak mau membuat
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Mata Dinda terbuka lebar mendengar jawaban jujur yang tiba-tiba terucap dari mulut gadis itu. Tidak butuh waktu lama untuknya mengetahui dibalik maksud kedatangannya."Ternyata kamu Diana?!" Dinda menggelengkan kepalanya berkali-kali.Diana yang sejak tadi mencoba berakting, menutupi semua identitasnya bertekuk lutut dihadapan Dinda yang bukannya marah karena ada orang asing masuk ke dalam rumahnya dan mengambil barang begitu saja justru meladeni dengan sangat baik dan melempar pembicaraan seperti ini, "Kamu tuh sebenernya butuh teman cerita ya? Soalnya daritadi sikapmu seperti orang mencari perhatian, tetapi terus berpikiran bahwa kamu orang jahat pun serasa enggan.""Kakak kenapa sih baik bange
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Hembusan angin menerapa wajah Diana yang telah beku. Pahatan senyuman sama sekali enggan diperlihatkan. Cokelat panas pun mulai mendingin akibat terus dianggurkan oleh pemiliknya. Diana terus menatap kosong pada area lantai cafe yang bermotifkan ukiran bunga sakura yang cantik dan mempesona. Hentakan suara dari lagu juga tidak menggentarkan dirinya agar enyah dari pikirannya. Gadis itu hampir gila. Ia mengaku sadar bahwa apa yang telah terjadi di masa lampau adalah kesalahan yang ia lakukan, tetapi ia tidak tahu jika imbasnya justru sangat menyakitkan.Kemudian, batinnya bertanya, "Apakah ini yang dirasakan Wafa dulu?" "Mengapa aku sangat ceroboh melakukannya?" "Seharus
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------"Key, kamu sedang tidak baik-baik saja ya?" Suara pria berat tiba-tiba mengusiknya yang tengah meringkuk lemah di atas kasur dengan badan condong ke arah jendela kamar. Bagian bahunya juga bergetar sebagai bentuk reaksi alami ketika di tengah kesedihan yang dialami tiba-tiba seseorang datang. "Hai Fa. Hm, soalnya lagi haid jadi agak kurang enak moodnya. Tapi, nanti akan balik lagi."Wafa meletakan tas olahraga nya di atas meja dan menggantikannya dengan mengambil air mineral di samping tas olahraga. "Nih, minum dulu. Sedih juga butuh tenaga." Mendengarnya, Kayla tertawa kecil. Bukannya merespon dengan memeluk justru Wafa berkata demikian. "Makasih ya Fa." Emosi Kayla sedang tidak
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------Padahal Kayla sama sekali tidak berniat memberitahukannya, karena ia tahu persis sifat suaminya ketika dalam keadaan emosi seringkali tidak seperti Wafa yang dikenal.Jutek, dingin, dan menyebalkan. Bahkan daritadi pria itu sama sekali tidak mengeluarkan suara dan terus berkutat dengan ponsel Kayla. Tatapannya terlihat nanar. Seperti ingin memakan siapapun yang mendekatinya. Sikap dingin dari Wafa disebakan oleh chat Diana yang sangat tidak enak untuk dibaca. Bagaimana tidak, Kayla yang sama sekali belum pernah bertemu harus diberikan kata-kata yang mengotori mata.----------------Begini pesannya :Hai, Kayla. Aku Diana. Mungkin, kamu sudah mendengar namaku bukan? Kalau b
Hai readers, cerita ini hanya fiktif belaka ya. Kalau ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.Semoga suka, selamat membacaš¤----------------------------------ā----Siang yang sangat terik ini, Wafa nampak begitu sibuknya dengan seluruh aktivitas yang tengah ia jalani. Membaca setumpuk dokumen perusahaan, rapat dengan para investor, dan tambahannya adalah mempelajari serba-serbi hukum yang memusingkan kepalanya.Bagaimana tidak, dua hari lagi adalah keputusan final dari kasus yang menimpa Ayahnya. Entah akan berakhir di penjara dan menanggung segala bentuk hukuman atau terbebas dari kasus ini sekaligus nama baik akan terselematkan.Tentu siapapun akan memilih jawaban yang kedua. Apalagi jika Ayahnya tidak terbukti bersalah.Namun, pertanyaannya yang sampai saat ini mengganggu pikiran, benarkah Ayahnya tidak bersalah?Atau justru selama ini