Share

Bukan Cinta Buta
Bukan Cinta Buta
Penulis: Nandreans

Gadis Kecil 01

Ada berapa banyak orang di dunia ini yang menyia-nyiakan kehidupannya untuk hal tidak berguna? Mereka dengan sembrono memutuskan untuk mengakhiri hidup hanya demi orang-orang yang bahkan tidak pernah menganggapnya ada. Mereka dengan teganya mencabut nyawanya sendiri padahal di luar sana ada begitu banyak orang yang menginginkan kehidupan tetapi harus berakhir tanpa sempat bisa memperjuangkan kehidupan idaman sama sekali. Bahkan bagi orang-orang seperti Tami hanya ada hari ini, esok dan masa depan tidak ada di dalam kamus kehidupannya. Terlalu asing. Satu-satunya yang membuat mereka bertahan dari kehidupan fana hanyalah ketakutan pada kematian; biaya pemakaman, biaya sewa tanah kuburan dan biaya-biaya lainnya yang harus ditanggung keluarga besar setelah jenazah dinyatakan kosong tanpa arwah. Tami bahkan sudah tidak percaya dengan janji para pemuka agama soal surga dan neraka. Semua itu seperti dongeng di kepalanya. Dogeng yang membuat rakyat miskin terhibur dengan angan-angan kenikmatan surga serta menjadi pembatas mereka untuk memberontak, melawan sistem yang selama ini menindas mereka dalam kemiskinan. Itulah kenapa kebanyakan orang kaya tidak percaya dongeng itu. Orang kaya percaya pada rasionalitas berpikir –yang tidak akan pernah mereka bagikan kepada para kaum tertindas sepertinya.

Namun, berbeda dengan dirinya dan ribuan anak perempuan di kampung ini, Tami ingin adiknya keluar dari lingkaran setan. Ghania harus mendapatkan pendidikan setidaknya supaya tidak menjadi bahan baku yang nikmat bagi para orang kaya di negeri yang bobrok ini. Tidak peduli sesulit apapun mendapatkan uang bayaran sekolah adiknya, Tami akan jungkir balik. Sebab hanya dialah yang Ghania miliki di dunia yang kejam ini. Adik kecilnya sama sekali tidak memiliki ruang berlindung bahkan sejak hari di mana dia dilahirkan. Dan untungnya, Tami telah bersedia dengan senang hati mendedikasikan kehidupan sementaranya untuk sang adik. Bukankah setiap kakak perempuan selalu menyayangi adik mereka? Bahkan Tami sendiri juga bingung kenapa dia bisa sesayang itu pada Ghania.

Tami telah jatuh cinta pada pandangan pertama bahkan sejak pertama kali dia melihat Ghania di dunia. Hari di mana Ghania yang masih berlumuran darah diperlihatkan oleh Yulia pada dirinya, di dalam rumah kontrakan dua petak yang mereka tinggali. Tangisan Ghania sangat kencang saat itu, seola-olah bayi mungil itu paham betapa kejamnya dunia dan menyesal karena telah dilahirkan untuk merasakan siksaannya.

“Bukankah dia sangat manis?” ujar Yulia sembari menyusui Ghania. “Kamu resmi jadi seorang kakak sekarang. Kamu mau menyentuhnya?”

Pertanyaan Yulia hanya dijawab menggunakan senyuman kecil oleh Tami. Sejujurnya dia sangat ingin menyentuh pipi keriput bayi di hadapannya tetapi di sisi lain dia juga sangat takut kalau sampai tindakannya bisa menyakiti sang adik. Tami terpesona, bagaimana bisa Tuhan menciptakan makhluk selucu ini dari rahim Yulia?

“Sini!” Dengan cepat Yulia menarik tangan Tami dan meletakkannya ke genggaman Ghania. Jemari yang sangat mungil itu menggenggam jari telunjuk Tami dengan sangat lembut, seketika sekujur tubuh Tami seperti tersetrum energi listrik tetapi alih-alih kesakitan, Tami justru sangat bahagia. Bahkan saking senangnya, tanpa sadar Tami meneteskan air mata. “Kamu menyukainya?”

Tami mengangguk sambil menyeka air mata dan ingus di wajahnya dengan sebelah tangan, lalu memeluk ibu tirinya yang masih sangat lemah tersebut. Meskipun bukan orang tua kandung, tetapi Tami sangat mencintai Yulia melebihi apapun. Karena hanya Yulia lah ibu terbaik yang Tami miliki dalam hidup, bahkan ibu kandungnya pun tak jelas di mana rimbanya. Malah menurut orang-orang, ibu kandung Tami sudah meninggal dunia, ada juga yang bilang ibunya minggat dengan pria lain, dan ada juga yang mengatakan bahwa Galih lah yang telah membunuhnya. Tidak ada kepastian sama sekali. Mengingat memang sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan keluarga besarnya dari pihak ayah maupun ibu.

Galih sendiri sudah dibuang oleh keluarga besarnya. Lebih tepatnya, Galih lah yang memilih meninggalkan kampung halaman guna mencari kesenangan di kota megapolitan ini. Sialnya, kesenangan itu hanya Galih cari untuk dirinya sendiri, bukan untuk Tami atau siapapun. Bahkan saking tidak pedulinya, Galih sudah menikah hampir enam kali sampai saat itu. Setiap pernikahan yang Galih bina paling lama hanya bertahan kurang dari dua tahun kecuali dengan Yulia.

Mereka menikah hampir lima tahun lamanya. Meskipun sayangnya, Yulia hampir selalu mengalah. Kalau saja bukan Yulia, tidak mungkin ada yang tahan dengan sikap Galih. Bahkan menjelang kelahiran Ghania, Galih malah tertangkap polisi dan dijebloskan ke penjara untuk kasus perampokan berujung pembunuhan yang dia lakukan. Itulah mengapa Yulia harus melahirkan seorang diri di dalam kotrakan, tanpa bidan maupun dukun beranak. Hanya ada Tami yang setia menungguinya di sudut ruangan.

Perjuangan Yulia untuk kedua anaknya tidak main-main. Dan satu-satunya cara membalas kebaikan sang ibu yang dapat Tami perbuat ialah dengan menjaga Ghania sebaik mungkin.

“Gue balikin seminggu lagi,” kata Tami kepada salah satu rekan kerjanya saat mereka bertemu di ruang ganti. “Dua ratus dulu saja. Adik gue harus bayar uang LKS.”

Puja yang berdiri di depan loker menggeleng. “Hutang lo yang bulan lalu saja belum diganti. Gue nggak bisa begini terus, Tam. Anak gue juga butuh duit buat beli susu.”

“Gue janji akan mengembalikannya sesegera mungkin. Lusa kan kita gajian.”

Nandreans

Maaf banget tapi akhirnya bisa update lagi. Ini akan menjadi cerita yang agak berbeda tapi aku jamin bikin kalian puas.

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status