Share

Bab 2 (Fatma)

Pagi ini aku memutar otak bagaimana caranya agar bisa mengungkap siapa Fani. Aku men-stalking I*******m Mas Rizki siapa tahu ada akun yang memberiku petunjuk. Namun hasilnya nihil, following I*******m suamiku tak lain hanyalah rekan-rekan kerjanya yang juga ada di list followingku. Lalu dari mana mereka berkenalan?

"Coba cek followersmu, Mbak Fat," saran teman arisanku di grup ibu-ibu arisan. Aku memang mengungkapkan rasa resahku di grup arisan ibu-ibu, grup chat yang juga biasa digunakan sebagai tempat untuk membicarakan urusan perempuan. 

"Benar juga ya, Mbak," tanggapku.

"Iya, cek satu-satu. Kalau ada yang nggak dikenal sama Mbak Fatma, kemungkinan akun itu perlu diawasi," balas yang lain. Kebetulan aku bukanlah perempuan sosialita yang gila sosmed, followersku hanya beberapa.

"Ayo, Mbak. Semangat, jangan menyerah. Dulu Mbak Tiara juga bisa," ujar yang lain.

Beberapa bulan sebelum aku tertimpa ujian ini, teman seusiaku juga pernah mengalami hal yang sama. Tiara, perempuan 27 tahun yang sudah dikaruniai anak tiga pernah menerima perlakuan tidak menyenangkan dari suaminya. Keputusannya untuk menikah muda dan menjalani kehidupan rumah tangga serta memiliki suami yang sudah mapan, tidak lantas membuat hidupnya mulus begitu saja.

Teman-teman arisan membantunya sebisa mungkin, waktu itu aku juga turut andil walaupun usia kandunganku masih terlalu dini. Wanita simpanan suaminya bukanlah orang yang kekurangan materi, Ia wanita karir yang sudah mapan serta berpendidikan. 

Perjuanganku dan teman-temanku tidaklah mudah, selain wanita itu pandai bersilat lidah Ia juga memiliki jabatan yang strategis di tempatnya bekerja. Namun, kami tetap bersikukuh untuk memisahkan hubungan gelap itu. Kasihan Tiara, Ia bukanlah perempuan yang tepat untuk mendapatkan ketidakadilan.

Tiara bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga, Ia mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah karena suaminya bekerja seharian. Celakanya, kesempatan yang minim untuk berkumpul dengan suaminya justru dimanfaatkan oleh wanita lain. 

"Bagaimana Mbak Fat, nemu akun yang mencurigakan tidak?"

Chat masuk dengan notifikasi yang nyaring mengembalikan konsentrasiku. Aku kembali mengamati satu persatu akun perempuan yang tidak kukenal.

"Ada beberapa sih, tapi semuanya berhijab, kok. Rasanya nggak mungkin ada di antara mereka," balasku dengan emoticon senyum. 

"Lho, dicheck dulu Mbak. Ini kita bukannya suudzon, tapi kritis. Coba profil-profilnya kirim ke sini," balasanku mendapat komentar dengan cepat.

"Mbak Fatma, semangat ya. Saya pernah mengalami hal ini. Rasanya memang berat terutama untuk mengontrol emosi. Apalagi kondisi Mbak Fatma yang sedang mengandung dedek bayi. Jangan menyerah Mbak, kami bantu Mbak Fatma semaksimal mungkin," chat Tiara panjang lebar.

"Iya, makasih Mbak Tir. Nano-nano rasanya, baru kali ini bahagiaku ternodai rasa kecewa, huhu," tanggapku.

Teman-teman arisanku ramai membahas siapa kemungkinan pemilik nama Fani, sementara aku tidak tahu harus berbuat apalagi. Aku hanya mengelus-elus perutku sambil menyimak diskusi mereka. Terpaksa kukirimkan hasil export chat Mas Rizki dengan Fani kepada mereka.

"Kemungkinan dugaanmu kalau anak ini masih sekolah bisa benar, Fat. Dilihat dari bahasanya masih alay-alay gitu,"

"Oh, aku kayaknya tahu drama hubungan apa yang dianut anak ini sama suamimu, Fat. Itu cewek-cewek materialis yang mimpi jadi simpanan orkay,"

"Maksudnya? Apa suamiku juga punya maksud begitu? Ini berarti suamiku punya simpanan?" 

Tak ada yang membalas hampir dalam satu menit. Tiara sedang mengetik, semoga chatku tidak menggugah luka batin masa lalu Tiara yang mungkin sekarang belum sepenuhnya pulih.

"Kubaca-baca di artikel dan di novel-novel memang ada beberapa yang menyuguhkan begitu, Mbak Fat. Selir jaman now," 

Obrolan di chat sedikit bergeser membahas 'selir jaman now a.k.a simpanan' dan bacaan-bacaan yang membahayakan pola pikir perempuan. Ternyata, ada rasa bangga yang dialami sebagian perempuan ketika Ia dimiliki lelaki yang entah sudah menikah atau belum, yang penting mendapat jatah jajan dan naungan seperti halnya seorang isteri.

"Mbak Fat, coba cek semua followermu yang juga follow suamimu selain kami. Tolong yang teliti ya, Mbak. Aku seperti menemukan sesuatu tapi nanti takutnya cuma dugaan," chat yang lain setelah beberapa menit.

Dengan enggan, aku membuka I*******m lagi. Ada satu perempuan yang memang menjadi follower suamiku, tapi bukan bernama Fani. Apakah mungkin nama "Fani" hanya nama samaran yang Ia gunakan dengan suamiku? Aku men-screenshot bukti following-nya karena sudah malas menguras pikiran dan perasaan lagi.

"Nah, yang kutemukan juga itu."

Grup chat kemudian kembali ramai fokus membahas anak itu, mulai dari kemungkinan Ia mengenal suamiku, kemungkinan kota tinggalnya, hingga membahas seragam sekolah yang dikenakan di postingannya.

Aku melihat fotonya, Ia memang cantik. Aku tahu Ia masih belia namun wajahnya begitu terawat dan menggoda. Apakah Engkau Fani yang menggoda suamiku? Ya Alloh, mengapa gadis berjilbab sepertimu mau melakukan itu semua?

Ketika Mas Rizki pulang kerja, kami saling diam. Aku tidak memiliki hasrat untuk menyambut dan menyapa kehadirannya. Aku bukan hal penting bagi Mas Rizki, aku hanya perempuan yang kebetulan berstatus sebagai isterinya. Ternyata, aku bukanlah hal yang utama. Perih rasanya goresan dalam ulu hatiku. Setelah mengetahui ini semua, aku hanya bisa menahan air mataku di depan Mas Rizki.

"Kamu kenapa toh, Fat? Sakit?" Tanya Mas Rizki. Aku hanya menggelengkan kepala.

"Kok nggak masak?" 

Masak? Untuk apa masak jika pada kenyataannya Engkau sudah makan bersama wanita lain di luar sana, Mas?

"Mas, perempuan yang chatting sama Mas Rizki masih sekolah? Apa aku terlalu dewasa untuk menerima ungkapan kasih sayangmu, Mas? Jadi, Engkau mencari wanita yang jauh lebih muda dariku? Atau karena aku sedang hamil jadi Mas Rizki melampiaskan nafsu ke wanita lain?!" Teriakku.

Kepalaku serasa pecah, tidak ada jawaban dari Mas Rizki sama sekali. Aku hanya dianggap sebagai anak kecil yang merajuk, mengapa suamiku begitu bebal pada ucapanku, Ya Alloh?

"Atau jangan-jangan Mas Rizki sudah menikahi anak itu di belakangku diam-diam?"

"Tidak, Fatma! Demi Alloh saya bersumpah, isteriku hanya kamu, aku tidak pernah melakukan ijab qabul pernikahan selain denganmu," sahut Mas Rizki. Suaranya tegas, Ia membawa asma Alloh, Ia bersumpah. Aku terdiam beberapa saat sebelum benakku terus berusaha mengorek apa yang Mas Rizki lakukan di belakangku.

"Berarti benar ada ikatan di luar nikah antara anak yang bernama Fani dengan Mas Rizki?"

*** 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status