Share

3 - Pria Cacat yang Sempurna

“Lagi pula, menurutku, calon yang sekarang lebih cantik dan menarik dibandingkan calon sebelumnya.”

Ucapan Andro tersebut langsung membuat suasana kembali tegang. Nenek dan paman Raya mengernyit tidak suka, tetapi mereka tidak berani mengatakan apa pun, hanya merutuk dalam hati.

‘Cih, pria cacat saja sok mengomentari putriku yang sempurna,’ batin paman Raya tidak terima. Matanya melotot pada Andro, tetapi ketika Andro beradu pandang dengan sang paman tanpa mengatakan apa pun, paman Raya berusaha tersenyum.

Yarina juga sangat marah mendengar perkataan pria di kursi roda tersebut. Bagaimana bisa sepupunya yang cupu dan udik dibilang lebih cantik dan menarik dibanding dirinya? 

Raya diam-diam melirik ke arah Yarina, dia bisa membaca ekspresi kemarahan Yarina dengan jelas. Bertahun-tahun hidup dalam perasaan waspada akan sepupunya, membuat Raya hafal betul pada perangainya. Namun tak bisa dipungkiri, dalam hati Raya merasa tersanjung karena perkataan Andro. Baru kali ini ada orang yang seolah membelanya di hadapan keluarganya yang selalu menganggapnya sebuah aib juga menindasnya.

"Pria itu …." pikir Raya. Setelah mengamati dan mencerna setiap kata singkat dari Andro, menurut Raya, Andro terlihat tak semenyeramkan apa yang diisukan di luar sana.

Pikiran Raya kembali teralihkan pada artikel-artikel yang ia baca tadi. Selain lumpuh, Andro juga di isukan kurang cerdas dibanding adik sepupunya. Oleh karena itu, Andro dilarang terlalu banyak berbicara dan banyak terlibat dengan urusan perusahaan. Dari situlah Raya menyimpulkan jika kemungkinan besar Andro bukanlah pewaris utama keluarga Prakarsa hingga keluarga Raya enggan menyerahkan Yarina, si anak dan cucu kesayangan, pada Andromeda Prakarsa. 

Semua hal baik yang telah diinvestasikan pada Yarina akan sia-sia saja apabila gadis itu menikahi Andro.

"Berbeda denganku," batin Raya. Namun, ia tidak bisa memilih dan akhirnya memupuk hati kecilnya untuk secerca harapan, bahwa siapa tahu menikah dengan Andro adalah pilihan baik untuknya.

Tiba-tiba suara sang nenek menarik Raya dari pikirannya. "Jadi, saya anggap kedua pihak sudah sepakat ya, Nak Andro dan Nak Prabu."

Setelah itu, Prabu menjadi sedikit lebih ramah. Ia terlibat dalam obrolan dengan nenek Raya sepanjang jamuan, sementara Raya, sebagai calon pengantin baru, tetap diam dan berusaha untuk tidak menarik perhatian. Namun tetap saja, lelaki bermata tajam di atas kursi roda itu terus mengawasinya. Membuatnya salah tingkah.

"Semoga dia bukan pria mesum," pikir Raya dalam diam. 

Raya kembali melirik ke arah Andro untuk yang kesekian kalinya malam ini. Tiba-tiba terpikir dalam benak Raya. Terlepas dari kelumpuhannya, laki-laki itu sungguh tampak sempurna dengan struktur tubuh atletis dan massa otot yang terlihat padat dalam balutan jas hitamnya.

“Gimana caranya pria yang baru bangun dari koma dan bertahun-tahun menghabiskan hidupnya duduk di kursi roda bisa punya badan sebagus itu?” tanya Raya dalam hati. Tanpa sadar, Raya menatap Andro dalam kurun waktu yang cukup lama hingga sepupunya berbisik di telinganya dengan nada mencemooh.

"Bersabarlah. Sebentar lagi kamu juga akan jadi istrinya."

Mendengar itu, pipi Raya memerah dan menundukkan pandangan.

“Sebenarnya, saya selaku orang tua Yarina sangat menyayangkan tidak bisa memiliki menantu dari Keluarga yang luar biasa seperti keluarga Prakarsa.” Suara paman Raya terdengar cukup keras, menyita perhatian seluruh orang yang ada dalam ruangan tersebut. "Tapi, mau bagaimana lagi. Putri saya sangat mengutamakan pendidikan."

'Bohong,' batin Raya. Raya tahu sendiri, Yarina kerap kali membolos hanya untuk berpergian bersama teman-temannya.

Sementara itu, adik sepupu Andro tersenyum sopan. "Sayang sekali," timpalnya.

Merasa mendapat respons positif dari Prabu, paman Raya menjadi begitu bersemangat. Gosip yang beredar di kalangan sosialita mengabarkan jika Prabu Prakarsa inilah yang akan ditunjuk sebagai pewaris utama Keluarga Prakarsa, mengingat keluarga Prakarsa hanya memiliki dua cucu laki-laki yaitu Andro dan Prabu.

Andro sudah jelas gagal karena kekurangannya. Oleh karena itu, paman Raya makin yakin dengan gosip yang beredar tersebut.

“Saya dengar, Anda masih lajang dan belum punya kekasih, Nak Prabu," ucap paman Raya lagi. "Apa Anda masih belum berniat menikah?"

"Saya masih belum memikirkannya," jawab Prabu.

"Oho! Ternyata begitu." Paman Raya tersenyum lebar. "Menurut Anda, bagaimana dengan putri saya? Cantik, bukan?"

"Penampilannya membuat usia putri Anda tampak sepuluh tahun lebih tua," gumam Andro dengan suara rendah di balik maskernya, meskipun bukan ia yang diajak bicara. "Padahal menurut informasi, kedua gadis di hadapan saya ini seumuran."

Senyum paman Raya langsung lenyap. "Maksud Anda, putri saya ini tua?" Ia tidak terima.

"Koreksi. Tampak tua, Tuan Lazuardi." Andro tampak acuh meskipun ia telah kembali menyinggung mayoritas keluarga Lazuardi.

"Mungkin maksud kakak saya," imbuh Prabu, menengahi dengan tenang. "Tampak dewasa."

"Ah." Paman Raya langsung tenang kembali. Ternyata benar, Andromeda Prakarsa adalah orang bodoh. Memilah kata yang tepat saja tidak mampu. "Memang, sesuai dengan pemikiran Yarina. Dewasa."

Prabu tersenyum untuk menghargai.

Namun, Andro kembali berujar, "Tapi, sepertinya dia gadis yang manja dan kekanakan."

Sontak Yarina melongok tak terima mendengar perkataan Andro. Namun, Nenek Naimah segera memberi kode agar Yarina tak membalas perkataan Andro.

“Dari mana Nak Andro bisa menyimpulkan Yarina adalah anak yang manja?” Kini, sang nenek yang bertanya. Sudah cukup lama ia membiarkan pria lumpuh itu mengoceh tidak benar tentang cucu kesayangannya, membuat kemarahannya memuncak.

Diam-diam, Andro menyeringai. "Kelihatan," jawabnya.

Sore ini, acara pertemuan keluarga yang tadinya tidak ia sukai, justru membuat Raya menjadi sosok paling bahagia di ruangan tersebut. Ia merasakan kepuasan tersendiri ketika mendengar calon suaminya mengomentari segala hal yang kurang bagus tentang sepupunya, mematahkan setiap pujian kosong yang diucapkan paman Raya.

Mungkin, inilah hari paling bahagia bagi Raya di sepanjang usianya.

Namun, sayangnya, pertemuan ini harus berakhir.

"Sepertinya kami harus segera undur diri," ucap Prabu. Tampaknya ia sendiri sedikit kewalahan dengan komentar-komentar yang dilontarkan kakak sepupunya.

“Baiklah, kalau begitu berapa bulan lagi rencananya Nak Andro ingin menikahi Raya?” tanya sang nenek.

Jawaban Andro begitu singkat, padat dan jelas.

“Minggu depan.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rossa Lina
wow... bagus... lanjut Thor, aku suka
goodnovel comment avatar
Lerry Setiawan
iya mantapppppppp
goodnovel comment avatar
Kiki Sulandari
Waaah....Yarina kena sindir habis habisan oleh Prabu & Andro.........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status