Pernah sakit, tapi tidak sesakit ini.~Elvano Mahendra~●●●Elvano pernah merasakan sakitnya ditinggal saat lagi sayang-sayangnya. Bahkan mimpinya hancur tak tersisa ketika sang pujaan lebih memilih karir dibanding dirinya. Namun, mengapa kata-kata yang keluar dari perempuan polos itu sangat memukul telak hatinya? Bahkan jauh lebih sakit ketika Sasmita pergi dari hidupnya. Leana Pramita, perempuan polos yang dinikahi karena desakan dari keluarganya besarnya. Elvano tidak pernah berekspektasi jika kata-kata itu terlontar dari bibir Leana, karena selama ini perempuan itu terlalu polos dan lugu. 'Mari berpisah' adalah kalimat yang membuat gejolak amarah Elvano membara, Elvano sangat menjunjung tinggi sebuah komitmen. Dari dulu dia selalu berpegang teguh pada prinsipnya yaitu menikah hanya sekali seumur hidup. Tetapi nyatanya pernyataan Leana mampu membuat dirinya lepas kendali, bahkan Elvano membentak perempuan itu tanpa sadar. Ingatannya kembali terlempar saat perdebatan mereka yan
Kamu curang, di saat aku memutuskan untuk membuka hati. Justru kamu meninggalkanku dengan luka baru.Tidakkah kamu sadar jika dirimu begitu egois?Lantas ke mana aku mencari jejakmu untuk mengatakan betapa aku membutuhkanmu di sisiku.~Elvano Mahendra~●●● Elvano meremas cincin pernikahannya yang dia lepas ketika perang dingin bersama Leana. Pria itu terus menggigit bibir bawahnya, bahkan sampai rasa asin mulai menginvasi indra pengecapnya.Elvano tak pernah menyangka akan apa yang menimpanya. Siapapun tolong, bangunkan dia dari semua mimpi buruknya. Karena Elvano tahu, bahwa dirinya tak akan pernah sanggup jika ini sebuah kenyataan.Dia menolak semua berita yang ada, Elvano masih terus menampik semua yang terjadi, tidak mungkin Leana meninggalkannya secepat ini."Vano, istirahat, ya. Papa tahu kamu sudah sangat lelah." Hening, tak ada tanggapan dari sang empu. Alvaro yang melihat keadaan putranya menjadi tak tega, sejak kemarin pria itu tak kunjung bangkit dari duduknya. Bahkan p
Kini aku menyadari, kehilanganmu sama saja seperti membuatku mati secara perlahan.~Elvano Mahendra~●●●Jika ditanya apa yang paling Elvano sesali selama pernikahannya, dia akan dengan lantang mengatakan sikap cuek dan kurang pekanya. Betapa hebatnya perempuan itu mampu menyembunyikan rasa sakitnya seorang diri, padahal bisa saja Leana mengadu padanya akan sikap tak baik yang diterima selama ini. Namun, Leana memilih bungkam. Seolah-olah tidak ada yang mengganggunya selama ini. Sementara itu, Sania masih terpaku ditempatnya. Dia menatap Elvano dengan pandangan tak percaya. "Va-vano, bagaimana mungkin kamu menuduh Mama seperti itu?" ucapnya sarat akan kesakitan mendalam. Aliran sungai pun mulai mengaliri pipi tirusnya. Elvano memejamkan mata, perasaan sesak dan murka menghantam dadanya secara bertubi-tubi. "Aku menemukan cek beserta surat itu di lemari Leana, jelas-jelas pengirimnya atas nama Mama sendiri. Dan—" Dia menelan ludah susah payah. "Mama menyuruh Leana pergi dari hidupk
Alvaro meremas ponsel yang dia genggam, laporan dari tim yang ditugaskan untuk menggali informasi tentang Leana perlahan terungkap. Sudah enam bulan lamanya, dan dia baru menemukan titik temunya. Alvaro meyakini dalang di balik semua ini pasti bukan orang sembarangan. Mengingat jika kinerjanya sangat rapi dan teliti. Bahkan tim yang dibentuk Alvaro sangat kesulitan menggali informasinya. Lalu atensinya kembali berfokus pada pemuda di hadapannya. "Menurut kamu, kemungkinan besar Leana yang berencana untuk kabur?" Zion menghembuskan nafas berat, sebelum membuka suara. "Iya, Om. Karena tidak mungkin Leana mematahkan kartu debit serta membuang dompetnya. Dan mengganti ponsel serta hanya menyimpan nomor Mbok Sumi, apalagi itu dilakukan sehari sebelum kecelakan itu terjadi. Semuanya seolah-olah sudah direncanakan dengan matang." Alvaro mengangguk mengerti, karena semua yang dikatakan Zion benar adanya, mereka melihat sendiri cctv yang menampilkan semua aktivitas Leana sebelum kecelak
Derai air mata perempuan manis itu tak henti-hentinya mengalir dari netra beningnya. Di sisi kiri dan kanan-nya terdapat dua sosok mungil yang Tuhan anugerahkan untuknya. Leana Pramita, yang sekarang sudah menjadi seorang ibu. Dia tak pernah menyangka akan berada di titik ini. Tiga hari yang lalu, di mana dia bisa melahirkan kedua buah hatinya secara normal. Leana tentu shock karena setelah melakukan ultrasonografi pada usia kandungannya tujuh belas minggu, sang dokter mengatakan jika dirinya hamil anak kembar. Padahal sebelumnya, saat ia memeriksakan pada dokter pribadi keluarga Elvano. Tidak ada pembicaraan mengenai ini, sang Dokter hanya mengatakan Leana harus memperbanyak porsi makan serta menjaga kesehatan. Bunyi ketukan pintu disusul oleh eksistensi pria yang selama ini ada disisinya membuat Leana menerbitkan senyuman. "Hai, bagaimana perasaanmu." Pria itu mendekat seraya mengambil duduk didekat hospital bed. "Baik, apalagi melihat mereka berada di sisiku. Rasanya ini adala
"Aku menemukanmu, dan aku sangat merindukanmu, Sayang." Elvano berhasil, dia menemukan kembali rumahnya. Selama ini Elvano tidak pernah menduga jika Leana akan berada di pulau ini. Dan mengenai Sagara, awas saja duda yang satu itu. Elvano akan memberi pelajaran kepadanya. Selama ini dia yang ada di balik punggung Leana. Pria itu sangat tahu caranya memanfaatkan privilege yang dia punya. Ah, satu lagi, sepertinya Elvano harus berterima kasih pada sahabat Leana. Berkat pelacak serta penyelidikan dari detektifnya. Pada akhirnya dia bisa menemukan tempat Leana bersembunyi selama ini. Leana melepas pelukan Elvano kasar, lalu menatap pria itu tajam. "Aku tekankan sekali lagi untuk pergi dari sini, Mas!" Elvano terdiam, dia menatap Leana lekat. Perasaan yang dia sangkal selama ini ternyata adalah cinta. Apa yang Leana miliki sehingga dalam kurun waktu singkat bisa membuat dirinya merasakan jatuh sejatuh jatuhnya. Elvano tak tahu, apa alasan dia bisa menaruh hati pada Leana. Semua pe
Perkataan Leana mampu membuat tubuh Elvano menegang, pria itu menatap istrinya dengan tatapan sakit dan kecewa disaat yang bersamaan"Aku butuh waktu, Mas."Elvano mengusap wajahnya frustasi, Dia tahu kalau dirinya terlalu terburu-buru. Tetapi, dia juga membutuhkan Leana dalam hidupnya, dia tidak bisa jauh dari perempuan yang sudah ada dalam hatinya itu. Elvano menghela nafas berat seraya menatap wajah Leana lekat. "Baik, aku akan memberikanmu waktu, tapi aku harus tinggal di sini." Leana menggeleng ribut, mana mungkin Elvano tinggal di sini. Sedangkan ada Cila dan bi Mina ada di rumahnya. "Tidak, Mas. Tidak boleh! Aku perlu waktu, Jangan memaksa atau aku akan menjauh lagi dari hidup Mas Elvano!" ancam Leana, yang mampu membuat Elvano semakin dilanda kefrustasian."Baik, aku akan tinggal di daerah dekat sini, tapi kamu jangan ke mana-mana." Leana hanya bergeming, dia tak mengiyakan maupun menolak, setelahnya Elvano memeluk perempuan itu. "Aku pergi dulu, besok aku akan ke sini lagi.
Selang satu bulan kemudian, Leana kembali ke kediaman Elvano, dia tak menyangka jika para pekerja di sana menyambutnya begitu hangat. Leana juga bertemu dengan sahabat Elvano serta mertuanya saat di Lombok, dia terharu kala mereka ternyata masih sangat mempedulikannya. "Mas, aku tidak mau, ya. Kalau kamu sampai ngulang kejadian satu minggu yang lalu, aku tidak enak tahu! Padahal Kak Sagara sudah membantuku sejauh ini." Leana berucap kesal pada Elvano. Setelah dia menidurkan si kembar, Leana kembali berfokus kepada suaminya yang bak bayi besar itu. "Kenapa harus menyebutnya, kakak?! Memangnya kalian adik kakak?" Leana mendesah lelah, selalu ini yang Elvano perdebatkan. "Fine, tapi jangan seperti itu lagi. Kasihan tahu, dia capek-capek sehabis pulang kerja malah Mas kasarin. Padahal niatnya cuma ingin bertemu si kembar." Leana tak pernah menduga jika perubahan sikap Elvano sangat drastis, dia bahkan kewalahan menghadapinya. "Dia saja yang lebay. Padahal aku cuma memberinya salam per