Lenny kembali menjelaskan pada Wailea apa yang sebenarnya ia tahu. Rezo memang mengajukan ijin di kantor untuk pergi ke luar kota, tepatnya Sumatera tempat dimana ibu Wailea tinggal. Alasan Rezo adalah untuk berlibur bersama keluarga untuk merayakan ulang tahun Wailea.
Mendengar semuanya seperti sangat aneh, Wailea mencoba untuk berfikir positif. Wailea meyakini dirinya jika sang suami sengaja membohonginya dan seolah tidak ingat akan hari ulang tahunnya agar semua rencana untuk memberikan kejutan padanya tidak gagal. Mungkin saja Rezo hendak mengajak mama untuk datang ke Jakarta, pikirnya dalam hati.
Setelah berbincang dengan Lenny, Wailea pun kembali ke dalam restoran melanjutkan makan siangnya yang tertunda.
“Kamu kenal Lenny, Hel?” tanya Wailea sambil mengunyah makanan di mulutnya. Helix pun tersedak. Hampir saja makanan di mulutnya lompat keluar mengenai wajah Wailea. Wailea menepuk punggung Helix, mencoba membantunya mengeluarkan makanan pada tenggorokkannya. Helix mengambil gelas dan meneguk air berulang kali.
“Dia mantanku” kata Helix.
***
“Wailea, tolong ke ruang meeting sekarang ya. Biar Jenny saja yang stand by di depan” kata salah seorang staff yang ditugaskan oleh owner.
Wailea berjalan memasukki ruang meeting. Dilihatnya beberapa orang penting yang sudah duduk disana. Robin sebagai direktur utama, beberapa manager dari setiap department dan juga tidak ketinggalan Helix sebagai Leader Entertaiment. Namun, Brandon tak terlihat ada disana. Ada apa ya, tanya Wailea dalam hati.
“Berhubung Brandon telah meninggalkan perusahaan ini tanpa ada rasa terima kasih sedikitpun, jadi kami sudah bersepakat dengan satu suara memilih orang yang tepat menggantikan posisinya” kata Robin. Wailea semakin bingung dibuat. Dia tidak mengerti mengapa dia dilibatkan dalam rapat ini.
“Jadi kami sudah memilih kamu, Wailea. Untuk menggantikan jabatan Brandon sebagai general manager” lanjut Robin diiringi suara tepuk tangan dari semua orang yang ada di dalam ruangan. Perasaan Wailea kini bercampur aduk. Apakah yang sebenarnya terjadi? Mengapa aku yang dipilih? Apa yang harus aku lakukan? Semua pertanyaan berkumpul jadi satu dalam kotak pikirannya.
"Kamu sudah bekerja cukup lama di perusahaan kami. Tidak pernah berontak atau berargumen ketika diminta mengerjakan sesuatu bahkan yang bukan tugasmu. Itu yang menambah nilai positif dari diri kamu, Wailea. Sebagai general manager, harus memiliki loyalitas yang tinggi. Terutama, bisa menjaga kepercayaan dan menjaga nama baik perusahaan. Semua disini sudah setuju ketika saya memilih kamu menggantikan Brandon" Robin mencoba menjelaskan.
“Ada apa dengan pak Brandon? Kemarin saya masih bertemu dengan dia” tanya Wailea penasaran"
“Brandon menjual informasi penting mengenai perusahaan kepada perusahaan saingan kita. Jadi rapat besar kemarin untuk membahas hal itu. Kami memberi dia kesempatan, tetapi dia malah lebih memilih untuk keluar tanpa perasaan bersalah sama sekali” Robin mencoba menjelaskan.
“Tapi, saya takut mengecewakan anda pak" kata Wailea merendah.
"Saya yang akan bimbing kamu sampai sukses" sahut Robin mencoba meyakinkan Wailea. "Acara pengangkatan akan kita lakukan bersamaan dengan ulang tahun perusahaan 3 hari lagi. Jangan lupa ajak suamimu nanti ya" lanjut Robin.
Wajah Wailea yang kebingungan kini digantikan senyum yang begitu merona. Matanya berkaca-kaca karna harunya yang tak tertahankan. Belum pernah dia memimpikan hal itu, tetapi malah dia dapatkan kesempatan ini bertepatan pada hari spesialnya.
Sore harinya, saat Wailea sedang sibuk dengan kegiatan rumah tangga, ponselnya pun berdering.
“Happy birthday anakku sayang” suara itu terdengar begitu lembut dan lemas.
“Terima kasih, ma. Suara mama kenapa lemas sekali? Mama sakit?” tanya Wailea khawatir. Suara lembut dari seberang telepon adalah suara dari seseorang yang amat Wailea cintai. Dia adalah Weni, ibu kandung Wailea. Weni bagaikan batu karang di tepi pantai. Beribu kali dihantam gelombang tetapi tetap berdiri dengan tegar. “Biasa, Lea. Kurang enak badan” sahut Weni. “Mama sudah ke dokter?” tanya Wailea lagi dengan suara yang mulai panik. “Sudah sayang, jangan khawatir ya. Rezo mana, Lea?” tanya Weni. Wailea tersentak, dia terdiam sejenak. Mengapa mama bertanya soal Rezo, tanyanya dalam hati. Hal ini cukup membuat Wailea lemas hingga membuatnya duduk di sofa merahnya. Tanpa Wailea sadari, dia melamun cukup lama. Weni yang menunggu jawaban Wailea sempat memanggilnya beberapa kali hingga akhirnya Wailea tersadar dari lamunannya. “Oh, Rezo masih lembur, ma” suara Wailea terdengar sedikit bergetar. Ia terpaksa harus membohongi orang tuanya karen
Kaki Wailea mendadak lemas dan dahinya dipenuhi dengan keringat. Jantungnya berdegup begitu kencang. Panik, ya memang Wailea sedang panik saat ini. Kenapa kamu tega membohongiku, jerit hati Wailea. Sesaat setelah Wailea merasa lebih baik. Dia pun langsung berjalan menuju ruang kerja Robin, sang direktur utama. “Silahkan Wailea, ada apa?” tanya Robin. Robin memang sosok direktur yang sangat disegani banyak orang. Karena kewibawaannya dan juga rasa pengertian dia yang begitu besar pada karyawan. Robin adalah anak dari sang presiden direktur. Itu sebabnya ketika dia menunjuk Wailea sebagai pengganti Brandon, semua menyetujuinya karena percaya akan pilihannya itu. Wailea mencoba menjelaskan titik permasalahannya dan memang seperti biasa Robin langsung mengerti posisinya. “Silahkan selesaikan dulu masalahmu. Saya mau kamu tampil dengan baik ketika pengangkatan nanti” kata Robin dengan sangat bijak. Kini terlihat wajah Wailea yang kembali dihiasi se
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Wailea kini sudah berada di dalam pesawat kelas ekonomi. Wailea memang terlahir bukan dari keluarga kaya raya. Gajihnya pun tidak terbilang besar. Sangat berbeda dengan Rezo yang memang sudah terlahir dari keluarga kaya raya. Bisnis orang tuanya cukup untuk beberapa generasi. Namun, menikah dengan Rezo bukanlah sesuatu yang dapat merubah kebiasaan hidup Wailea yang sederhana dan mandiri. Bahkan kekayaan Rezo bukan menjadi peluang bagi Wailea untuk hidup enak tanpa bekerja. Berkali-kali Wailea diminta untuk bekerja di perusahaan sang ayah mertua, tetapi Wailea tetap ingin bekerja di tempat ia bekerja saat ini. Sudah terlanjur nyaman dan tidak ingin pindah lagi. Di dalam keramaian, Wailea tetap merasa sepi. Dia menerka-nerka apa yang akan terjadi setelah ini. Tangan kirinya menopang dagu sambil memandangi pemandangan yang semakin jauh terlihat dari atas pesawat. Tanpa disadari, lamunannya membawa Wailea kepada satu tahun yang lalu.
“Sudah siap?” tanya Rezo sambil tersenyum dan terlihat begitu tulus. Wailea hanya memandangnya sambil mencoba menerima kenyataan. Rezo mengambil kedua tangan Wailea sambil berkata “Kamu tenang ya, aku akan selalu ada di samping kamu”. Itu adalah kalimat yang sangat membantu Wailea dalam menghadapi serangan panik yang ia alami saat ini. Wailea yang gugup perlahan mulai merasa nyaman. Wailea mencoba mengikhlaskan akan semua ini. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa memang Rezo adalah orang yang tepat dikirimkan Tuhan untuk menemaninya seumur hidup. Wailea yang berdiri di lantai dua gedung melihat ke arah bawah dan memandang sekelilingnya. Gedung yang luas dipenuhi dengan dekorasi super indah dan elegan. Kemudian ia juga memandangi kursi para tamu yang tertata rapi dengan hiasan bunga dan pita menambah kesan romantis. Lalu matanya menatap ke arah yang lebih jauh yaitu bagian prasmanan, terlihat sejumlah hidangan yang sangat menggiurkan dan melimpah di atas meja
Momen itu cukup memalukan, menyebalkan dan juga menguntungkan. Semuanya bercampur menjadi satu dan membuat Wailea kebingungan, apakah dia harus bahagia atau malah sedih. Jika memikirkan tentang statusnya sebagai istri, Wailea merasa sedih. Mengapa hal yang tak terduga malah datang di saat yang tidak tepat. Tetapi disisi lain, Wailea merasa lega karena dia tidak harus merasa terpaksa. Apalagi Rezo dalam keadaan tidak sadar, entah memang itu karna dasar Rezo menyukainya atau hanya karena pengaruh alkohol saja. Keesokkan paginya, Wailea sudah sibuk di dapur dari jam setengah enam pagi. Menyiapkan sarapan mulai dari roti hingga nasi goreng. Minumannya pun beragam, ada kopi dan juga jus buah. Wailea memang tidak tahu apa yang biasa di makan oleh Rezo untuk sarapan paginya. Jadi Wailea memutuskan untuk membuat beberapa menu. Ia sengaja tidak membuat sarapan untuk dirinya sendiri, Wailea berfikir untuk memakan makanan yang tidak dipilih oleh Rezo. Dengan begitu tidak ada maka
Mengingat kejadian itu membuat Wailea tersadar dari lamunannya. Dia segera mengambil botol air mineral yang disediakan dari pihak maskapai. Wailea meneguk air tanpa berhati-hati, membuatnya tersedak dan batuk berkali-kali. Apa karena ini Rezo berselingkuh? pikirnya. Hatinya kini semakin terasa kacau, ia mencoba untuk berfikiran positif namun sungguh sulit, mengingat sikap yang selama ini dia rasakan di dalam rumah tangganya. Selalu sendirian karena harus ditinggal tugas ke luar negeri hampir setiap bulan dalam waktu yang lama pula. Setelah turun dari pesawat, Wailea berjalan menuju toilet untuk membasuh wajahnya. Wailea menatap cermin di depannya dengan pandangan yang kosong. Ia pun tak mengerti mengapa kegundahan hatinya tak kunjung usai. Padahal belum tentu semua yang di dalam kepalanya sesuai dengan kenyataan. Mungkin saja aku salah, katanya dalam hati. Setelah menarik ribuan nafas masuk dan keluar dalam paru-parunya, kini Wailea siap menghadapi apapun yan
Suasanya berubah menjadi penuh haru. Wailea dan Ketty saling berpelukkan untuk melepas rasa rindu di hati mereka masing-masing. Ini adalah pertemuan tak terduga setelah sekian lamanya mereka terpisah jarak dan waktu. Wailea merasa sangat lega karena akhirnya memiliki orang yang ia kenal di kota ini. “Kamu apa kabar?” tanya Wailea dengan mata berkaca-kaca. Ketty menjawab pertanyaan Wailea sambil meneteskan air mata. Wailea mengajak Ketty untuk mencari tempat duduk. Pertemuannya dengan Ketty membuatnya lupa akan rasa lapar dan kekhawatiran yang sedari tadi menyelimuti hatinya. Ketty yang terlihat amat rindu akan saudara tirinya itu tak henti-hentinya memeluk Wailea sambil menangis bahagia. “Maafkan aku Lea. Sejak pindah ke Tokyo, aku mengganti nomor dan tidak menggunakan sosial media lagi. Bukan tanpa maksud, tetapi agar mereka tidak bisa menemukanku” Ketty mencoba menjelaskan. Wailea hanya tersenyum dan mengerti situasi yang dialami Ketty memang tidak mudah, i
Melihat Wailea yang terlihat begitu sedih membuat Ketty tidak tega, ia pun mencoba mengalihkan perhatiannya. “Oke, jangan sedih lagi ya. Sekarang lebih baik kita cari hotel tempat suami kamu menginap” kata Ketty dengan semangat. “Dia menginap di hotel tepat di samping restoran ini” kata Wailea sembari mengusap mata. “Loh, aku juga menginap disana. Wah, kebetulan sekali ya” kata Ketty yang terlihat semakin bersemangat. Hati Wailea pun semakin lega. Dia berfikir jika terjadi sesuatu padanya saat bertemu dengan Rezo, ada Ketty di gedung yang sama dan bisa menolongnya. “Kalau begitu, kamu ikut aku ke kamar dulu ya. Untuk taruh belanjaanku ini” kata Ketty sembari mengumpulkan setiap gagang tas belanjaannya yang sangat banyak. “Kamu belanja sendiri? Pacar kamu dimana?” tanya Wailea penasaran. “Dia pergi ngegym. Katanya daripada aku bosan menunggunya, lebih baik dia memberiku credit card untuk shopping. That’s why I love him so much, Lea” kata Ketty