Share

BAB 7

Helix saat itu hanya tersenyum bangga melihat Wailea yang memiliki hati yang begitu baik. Sejauh Wailea tahu perasaan Helix, tak ada sekalipun ia memanfaatkan situasi. Bahkan Wailea selalu sungkan ketika hanya Helix yang bisa menolongnya dalam situasi apapun.

"Oke, kalau kamu merasa berat. Ada satu cara untuk membalasnya" kata Helix sambil tersenyum jahat.

Wailea mulai curiga akan kalimat yang akan dilontarkan Helix. "Ahh... Sudahlah, percuma bicara sama kamu" kata Wailea.

"Wanita ini sungguh membuatku gemas. Aku belum selesai bicara" sahut Helix.

"Aku tahu mau mu. Sampai kapanpun aku tidak akan bisa membalas perasaanmu" tegas Wailea.

"Mbak receptionist, jangan keGR-an. Cara membalasnya cukup dengan mentraktirku saja di restoran enak langganan kita" kata Helix sambil tertawa mengejek.

Wailea tersipu malu mendengarnya. Wajahnya memerah. Untuk menutupi rasa malunya, ia pun berpura-pura menatap layar komputer seolah-olah sibuk. 

"Ya... Walaupun memang itu salah satu kemauanku juga sih" Helix menggigit bibir lalu berlari kecil menjauhi Wailea.

Jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang, waktunya untuk beristirahat sejenak. Wailea mengambil ponsel yang sedari tadi berada di dalam tas, lalu berjalan kearah tangga hendak menuju kantin. Baru saja Wailea menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, kakinya terpeleset. Seseorang di belakangnya dengan sigap menarik tangan Wailea dan menahannya agar tidak sampai terjatuh. Lagi-lagi sang penolong adalah Helix.

"Thank you, Hel" Wailea menghela nafas.

"Bisakah kata terima kasihmu aku kumpulkan agar menjadi golden ticket dan ditukar dengan hatimu?" Helix menggoda. Wailea menatapnya sinis.

"Walaupun kamu jutek, judes, sinis, jahat dan lain sebagainya. Aku tetap cinta kamu, Lea" Helix tersenyum lebar.

Wailea yang kesal, berbalik berjalan ke arah meja kerjanya.

"Kamu lupa ya?" tanya Helix yang juga mengikuti Wailea dari belakang.

"Lupa apa?" tanya Wailea.

"Janjimu tadi pagi" jawab Helix mengingatkan.

Wailea diam sejenak dan berfikir. Tak lama, dia pun menutup wajahnya dengan tangan. Wailea ingat akan janjinya yang mau mentraktir Helix di restoran dekat tempat kerjanya itu. Wailea kembali berdiri dan berjalan keluar lobby. Helix hanya tersenyum kegelian.

Nasi goreng sapi dan telur ceplok dengan soda gembira. Itu adalah dua kombinasi makanan dan minuman yang selalu mereka pesan disana. Mereka pernah coba untuk memesan yang lain, tapi lidah mereka sudah terlanjur jatuh cinta pada dua menu itu. 

Sepuluh menit kemudian, makanan pun datang. Saat mereka sedang asik ngobrol dan menikmati sajian di atas meja. Seseorang datang menghampiri mereka. 

"Helix" sapa seorang gadis cantik bertubuh kutilang, dia adalah Lenny.

Setelah pandangan Lenny dan Helix bertabrakan, Lenny menoleh kearah Wailea. "Kamu istrinya Rezo kan?" tanya Lenny.

Wailea mencoba mengingat siapakah dia. Belum sempat Wailea menjawab, Lenny membantu Wailea untuk mengingat siapa dirinya. "Aku sekretaris di kantor pak Rezo" lanjut Lenny. Wailea tersenyum kecil pertanda kini dia sudah mengingatnya.

"Kenapa bisa kamu sama Helix? Pak Rezo mana?" tanya Lenny penasaran.

"Helix ini teman satu kantorku dan Rezo sedang ada tugas ke luar negri" sahut Wailea menjelaskan.

"Luar negri?" Lenny nampak terkejut. Wailea mengangguk dengan polosnya.

"Pak Rezo bukannya cuti keluarga? Beliau ijin di kantor dengan alasan akan pergi ke Sumatera" Lenny kembali bertanya. Wailea tercengang mendengar pernyataan Lenny. 

Melihat reaksi Wailea yang sepertinya sangat kaget, Lenny menghentikan pembicaraannya dan segera meninggalkan mereka. Wailea hanya terdiam dan berfikir. Apakah dia harus mempercayai ucapan orang yang tidak ia kenal sesungguhnya atau tetap percaya pada suaminya itu. Karena rasa penasaran yang mengganggu hatinya, Wailea segera berlari mengejar Lenny.

"Kasih tau aku, apa saja yang kamu tau!" pinta Wailea.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status