Keesokkan hari pukul 08.30 WIB“Mas, hari ini kan hari libur, aku harap kamu cepat pulang setelah menemani Papah dari bandara,” ucap Febby di telepon.“Iya Sayang, aku juga ingin langsung pulang nanti. Aku ingin istirahat di rumah.”“Baiklah. Aku senang kalau Mas Kenny ada di rumah. Waktunya kita menghabiskan waktu bersama.”“Iya sayang. Mas juga senang ada didekatmu.”“Bagaimana kalau sorenya kita makan di luar? Sudah lama kita tidak jalan-jalan ke mall,” pinta Febby bersemangat.“Makan di mall? Masakan di rumah juga enak. Kamu mau makanan apapun tinggal minta sama pelayan kan bisa. Aku ingin istirahat dan malas keluar rumah,” Kenny menanggapi.“Yah Mas. Kapan lagi kita bisa jalan-jalan berdua kalau bukan hari libur. Sudah lama sekali kita tidak menghabiskan waktu bersama.”“Tapi aku sedang lelah. Kau kan tahu setiap hari kerjaanku banyak.”“Hmm.. ya sudah kalau begitu. Ga apa-apa deh makan di rumah, yang penting kali ini makan bareng Mas Kenny.”“Gitu dong. Sudah dulu ya, aku dipang
"Hallo, Febby. Apa kamu sedang sibuk? Ada sesuatu yang ingin aku katakan,” tanya Maya kalut.“Ngga kok. Kenapa memangnya May? Kok seperti orang dikejar hantu,” jawab Febby ditelepon.“Aduh Feb, gimana ya aku ngomongnya. Umm..”“Ada apa sih May? Ngomong aja. Jangan buat aku penasaran.”“Aku melihat suamimu berduaan dengan wanita lain di restoran tempat kerjaku.”“Mas Kenny? Agh mana mungkin. Kamu salah lihat kali,” respon Febby sambil menelan ludah.“Gak mungkin aku salah, Feb. Aku sudah memastikan, sampai aku pura-pura berjalan melewatinya hanya untuk memastikan wajah Kenny. Aku juga tidak mau salah memberikan informasi kepadamu.”Sejenak Febby terdiam. Dia tidak tahu harus melanjutkan kata-kata penyangkalan untuk suaminya atau percaya begitu saja pada Maya, sahabat karibnya.“Nah, ini dia aku foto Feb. Silakan kamu pastikan sendiri. Maaf ya Feb, aku harus memberitahumu info ini. Aku hanya ingin kamu sadar bahwa kita memang beda kasta dengan orang kaya raya semacam suamimu itu. Mereka
Seketika bola mata Kenny terbelalak melihat foto tersebut. Tubuhnya mematung, namun tidak dengan isi kepalanya yang langsung berputar.“Kamu dapat foto ini dari mana Sayang?” Kenny mencoba menguasai diri.“Udahlah jawab saja pertanyaanku, Mas. Ternyata ada wanita lain yang lebih penting dari aku? kenapa Mas Kenny tega banget sih?” air mata Febby sudah tidak bisa dibendung lagi.“Sayang, kamu jangan salah sangka dulu. Kamu kan tahu kalau aku sayang dan cinta sama kamu, Feb. Masa sama foto seperti ini kamu langsung goyah dan berburuk sangka sama aku,” terang Kenny sambil menatap bola mata Febby yang basah.“Terus kenapa Mas Kenny pegang tangan wanita itu. Kalau dia gak spesial harusnya gak ada pegang-pegangan tangan.”“Seperti ini doang kamu bilang pegangan? Febby, Febby.. dengar ya, saat itu ada binatang kecil di tangannya. Aku refleks menyentuh untuk mengusir binatang itu.”“Binatang apa, nyamuk, lalat, atau tawon? Perhatian sekali Mas Kenny sama cewek cantik. Harusnya Mas beritahu sa
Setelah Dena turun dari mobil, Kenny segera menginjak pedal gas untuk meluncur menuju kantornya. Kenny sangat berbangga hati dengan apa yang dia dapatkan saat ini. Jabatan dalam karir, para wanita yang tergila-gila padanya, harta berlimpah, serta istri yang selalu percaya dengan ucapannya. Itu adalah pencapaian terbesar bagi seorang pria.Sesampainya di kantor, Kenny langsung masuk ruang kerjanya. Menyalakan komputer dan memeriksa beberapa dokumen yang ada di meja kerja.“Huftt.. klien tidak tahu diri. Sudah sepakat pembagian persentase keuntungan project, masih minta bonus. Mereka pikir bisnis di bidang property tidak memiliki risiko? Justru di sini tempatnya high risk. Salah perhitungan dan salah memanfaatkan momentum sedikit saja, bisa rugi besar. Dasar dungu semua!” oceh Kenny suntuk.“Hallo, Arga bisa kau ke ruanganku?” ucap Kenny ditelepon.“Baik, bisa Pak.”Kemudian, sambungan telepon berakhir. Kenny segera merapikan semua dokumen di meja yang baru saja dia lihat. Tidak lama ke
Sudah tidak dapat lagi ditolerir. Perkataan Tantri dan Aurel berbau sindiran pedas. Febby tidak bisa mendiamkan hal ini.BraakkSekeras mungkin Febby menggebrak meja. Setika Aurel terkejut menoleh kearahnya, Febby segera menyiram wajah Aurel dengan air teh yang dia bawa dari mejanya.“Apa-apaan kau ini, dasar perempuan kampuuungg!” ucap Aurel shock sambil mengusap wajahnya yang basah.“Febby! Apa kau sudah kehilangan akal?” imbuh Tantri yang langsung melotot.“Seharusnya aku yang bertanya, apa kepentingan kalian berkata kasar padaku? Menyindir dan mengejek orang seenaknya. Membuat ribut di rumah orang.”“Heh.. Kau ini hanya menantu, Febby. Ini bukan rumahmu! Kalau saja Kenny tidak menikahimu, siapa dirimu? pelayan restoran rendahan,” ucap Tantri emosi.“Aku sudah cukup bersabar dengan Kak Tantri selama ini, tapi Kakak tidak pernah menghargai aku. Padahal level kita sama di keluarga ini, me-nan-tu! Kalau saja Bang Ronald tidak menikahi Kakak, sekarang mungkin Kak Tantri masih menjadi t
‘Seharusnya sejak awal aku tidak peduli dengan dompet ini. Sial sekali sekarang apa yang harus aku lakukan?’Arga semakin gundah dengan posisinya. Klien perusahaan macam apa yang dijemput secara private seperti itu. Belum lagi gesture perempuan yang baru keluar dari gedung itu terlihat sangat menggoda.“Ahh sudah terlanjur. Lebih baik aku ikuti saja mobilnya, sebelum aku kembali ke kantor.”Tanpa berpikir panjang, Arga menancapkan pedal gas dan mengikuti kemana saja arah mobil Kenny melaju. Batinnya penasaran dengan apa yang dilakukan seorang CEO perusahaan tempatnya bekerja.Arga tahu betul bahwa Kenny seorang pria yang senang dikagumi oleh wanita, karena dia telah bekerja di perusahaan keluarga Maharendra sudah lama. Dia kira Kenny sudah sadar karena dirinya telah menikah, tetapi perkiraannya bertolak belakang dengan kenyataan.Setelah beberapa saat berlalu, akhirnya mobil mereka memasuki area parkir sebuah restoran mewah bernuansa eropa yang terlihat sangat high class. Setelah turu
“Jawab sayang! Siapa yang melakukan ini padamu?” tanya Kenny penuh intonasi.Febby terdiam dan menundukkan kepala. Terlintas kembali di pikirannya tentang kejadian tadi siang. Dia dikeroyok oleh dua wanita yang tentu Kenny juga kenal.“Febby, kamu mendengarkan aku, kan?”“Sudahlah Mas, aku tidak apa-apa kok. Hanya kepentok meja dan kepleset tadi.”“Hmm..” Kenny mengerutkan keningnya.Sejurus kemudian, Kenny meraih dagu Febby dan memperhatikan wajah istrinya tersebut dengan detail.“Kamu mau jujur atau aku yang tanya orang rumah. Kalau tidak terjadi apa-apa, kenapa kamu begitu kuat ingin menyembunyikan wajahmu?”“I-itu karena aku tidak mau kamu khawatir. Sungguh aku tidak apa-apa, Mas.”“Apa orang rumah sudah tahu wajahmu bengkak dan luka begini?” tanya Kenny.Febby kembali mendadak diam mematung. Dia bingung apa yang harus dijawabnya.“Oke, sepertinya aku memang harus bertanya pada yang lain. Aku tidak mau ada orang berprasangka tentang rumah tangga kita,” terang Kenny sambil berjala
“Kenapa kamu diam saja, Bi? Ambil amplop ini. Memangnya kamu gak butuh uang, hah? Kamu bisa mendapatkan lebih banyak lagi jika mau mengikuti apa yang aku perintahkan,” Laras tersenyum sinis. “Ng-ngga Nyonya. Sa-saya tidak bisa menerimanya. Permisi,” ucap Bibi sambil mundur satu langkah. “Eh mau kemana? cepat ambil saja. Kita tahu yang kamu harapkan, Bi. Anggap saja ini bayaran karena kamu telah menjaga rahasia tentang kejadian tadi siang,” Tantri memanasi. “Tapi maaf, Bibi berkata seperti itu bukan untuk Nyonya Laras dan Non Tantri, apalagi Non Aurel. Bibi menjawab seperti itu karena permintaan Non Febby. Beliau yang meminta Bibi untuk tidak memberitahukan kejadian tadi siang. Non Febby juga tidak mau keluarga ini bertengkar makanya dia minta Bibi bilang kalau dirinya terjatuh di kamar mandi. Seharusnya Nyonya Laras dan Non Tantri berterima kasih pada Non Febby,” terang Bibi. “Apaaaa? Beraninya kamu berkata seperti itu.” “Maaf Nyonya. Non Febby minta Bibi untuk tidak memperpanjan