Pov Tina
Sudah hampir tiga puluh menit kita mengobrol bersama. Tante Lily pun berpamitan untuk pulang.
“Jeng, saya pamit pulang dulu, ya! Uda siang, nih. Bentar lagi Papa nya Reo pasti pulang! Jeng, kan' tau Papanya Reo gak pernah makan siang diluar, dia lebih senang makan siang dirumah, katanya gak cocok kalau harus makan siang diluar,” ucap Tante Lily pada Mama.
“Iya, Jeng lagian, kan' kantornya juga dekat dengan rumah Jeng Lily, jadi walaupun tiap hari makan siang dirumah gak masalah,” jawab Mama menepuk pundak Tante Lily.
“Oh, iya Re, sebentar!” ucapku pada Reo, lalu berlari ke dapur untuk menemui Bi Rum, ingat janjiku tadi pada Reo untuk membungkuskan lauk kesukaannya.
Setelah selesai aku pun bergegas kembali ke ruang tamu untuk memberikan lauk pesanan Reo tadi.
“Ini Re pesanannya!” ucapku sambil menyod
Setelah mendengar ocehanku, Ayu beranjak dari duduknya, dia mendengus kesal lalu pergi meninggalkan aku dan Anto.“Rasain kamu, Yu! dipermalukan di depan laki-laki selingkuhanmu”“Kamu kenapa sih, sayang? ko ngomong gitu sama Ayu? kan dia jadi malu!” ucap Anto seketika membuatku mengerutkan dahi, aku benar-benar tidak percaya jika dia segitu pedulinya pada Ayu.“Loh, emang kenapa? aku kan cuma bercanda! lagian aku sama Ayu 'kan uda biasa becanda seperti itu!” sahutku lalu meletakkan kopi di atas meja.Karena terlalu asik mengejek Ayu, aku sampai lupa tidak segera meletakan kopi yang panas ini.“Oh, ya. Mama mana? ko' sepi?” tanya Anto sambil menyeruput kopi susu buatanku.“Ada, dikamar sama Papa!” sahutku pada Anto, membuat dia terkejut.“Pa-papa?”
Di tengah kepanikan aku berusaha untuk tetap tenang, aku tidak boleh membuat Anto semakin curiga padaku. “Ya, ampun, Yu! thanks banget ya, akhirnya gelang yang aku cari-cari ketemu juga, aku sampai bingung loh nyari gelang ini. Jadi gelang ini jatuh di kantor Gery? Pantesan aja dirumah aku cari-cari gak ada!” ucapku sesantai mungkin, membuat wajah Ayu yang semula tersenyum licik berubah menjadi kesal. “Ko, bisa jatuh di kantor Gery? Emangnya kamu ngapain pergi kekantor si Gery?” tanya Anto dengan raut wajah tak suka. “Jadi gini, sayang. Waktu itu Ayu sedang ada masalah sama si Gery. Dan dia minta aku untuk mengantarnya ke kantor untuk bertemu Gery, tapi-karena waktu itu kita terburu-buru, jadi aku gak sadar kalau gelang aku jatuh disana. Kamu tau sendiri kan, Gery itu kalau lagi berantem sama Ayu kayak apa? Kalau kamu gak percaya, tanya aja langsung sama Ayu, iya 'kan Yu?” ucapku dengan pasti.
Walaupun terus menolak, Anto tetap tidak menghiraukanku. Dia terus saja melancarkan aksinya. Berkali-kali kutepis. Namun, Anto tetap berhasil melucuti seluruh bajuku hingga aku dan dia sama-sama polos tanpa sehelai benangpun.Nampaknya Anto sudah tidak bisa menahan hasratnya untuk bercinta, pada akhirnya aku harus mengalah pada kenyataan, aku tidak bisa menolak Anto untuk menuntut nafkah batinnya. Walau dalam hati kecilku sudah tak ada rasa sedikitpun untuk bercinta dengannya.Aku akan pastikan ini adalah yang terakhir untuknya, karena setelah ini, aku akan segera membongkar perselingkuhannya dengan Ayu. Dan aku akan segera mengurus surat perceraian.Malam semakin larut, kulihat Anto sudah tertidur nyenyak di sampingku. Sepertinya dia sangat kelelahan setelah menyalurkan has
“Ya tuhan, Ger! Terus apa yang harus kita lakukan?” “Aku juga bingung, Tin! Tapi kamu jangan khawatir, aku sudah suruh orang untuk mencari siapa pencuri rekaman CCTV itu!” jawab Gery berusaha menenangkanku. Aku benar-benar tidak habis pikir, kenapa ini bisa terjadi disaat aku akan membongkar semua kejahatan si Ayu, gak bisa aku bayangkan bagaimana jika Papa dan Mama melihat video CCTV itu? apa yang harus aku katakan pada mereka? Walaupun pada akhirnya mereka akan tahu bahwa Ayu lah yang menjebak aku saat itu. Tapi—perusahaan mereka bisa hancur jika video itu tersebar di media. Bisnis yang suda Papa bangun dari nol bisa bangkrut. Dan Anto, dia pasti akan menjadikan video itu alasan sebagai pembelaannya nanti saat aku bongkar semua tentang perselingkuhannya dengan Ayu. Ya tuhan, aku benar-benar bingung harus berbuat apa?
Ayu berlari menghampiri Papa, dia memeluk Papa lalu bersembunyi di belakang Papa seolah ketakutan dan meminta perlindungan. "Sial! Melihat Ayu terus menangis pasti Papa akan salah paham padaku." "Kamu kenapa sih, Tin? Ko' sampai nampar Ayu? Papa gak pernah ngajarin kamu untuk kasar sama orang lain! Apalagi sama sahabat sendiri!" bentak Papa padaku. "Jangan salah paham, Pah! Ini tidak seperti yang Papa liat, Tina bisa jelasin semuanya!" ucapku membela diri. "Aduh Pah, sakit Pah!" Teriak Ayu meringis memegangi pipinya. Aku yakin dia pasti hanya pura-pura kesakitan agar Papa bisa semakin iba padanya. Papa menelpon sekretarisnya dan menyuruhnya untuk membawakan alat kompres dan kotak P3K. Sepertinya Papa benar-benar khawatir dengan Ayu yang terus meringis kesakitan. &n
Benar saja dugaanku, Ayu lah yang mencuri CCTV itu, ternyata dia bersekongkol dengan satpam dan pembantu di rumah Gery. Gery harus tau semua ini, aku harus segera memberi tahunya, jangan sampai Ayu berhasil menyebar video CCTV itu ke media social.“Tin! Ko malah main HP? Cepat habiskan makannya! kita harus segera ke dealer, Papa gak enak sama Om Surya jika sampai telat,” tegur Papa padaku yang sedang sibuk membaca setiap chat yang dikirim Ayu pada seseorang.“I-iya, Pah! ini uda hampir habis, ko!” jawabku sambil memasukan sushi ke dalam mulut.Selesai makan kita pun bergegas pergi ke dealer Om Surya untuk mengecek mobil baru yang akan aku beli. Anggap saja ini sebagai hadiah dari Papa untuk menyambut calon cucu yang ada di dalam peru
“Lepasin, Ger! jangan macem-macem, jangan cari-cari kesempatan!” ucapku langsung menarik tangan yang sedang di sentuh Gery.Beberapa kali ponsel Gery berdering. Namun, Gery tidak menghiraukannya, dia pun tidak menjawab saat aku tanya panggilan itu dari siapa, dia terkesan acuh dan tak peduli.Hari semakin sore, aku harus segera pulang ke rumah Mama. Aku harus segera menyiapkan segala sesuatunya untuk acara besok malam.“Ger! aku pamit pulang dulu!” ucapku berpamitan pada Gery.“Biar aku antar kamu, Tin!” jawab Gery sambil beranjak dari kursinya dan berdiri tepat disampingku.“Gak usah, Ger! aku gak
Pagi hari>>>> Sebelum semua orang dirumah ini bangun, aku sudah terlebih dulu bangun, aku bergegas mandi dan sarapan sepotong roti gandum dengan selai stroberi. Aku juga telah mengirim pesan pada Gery agar menyuruh Ayu pulang, aku tidak ingin rencanaku gagal karena keberadaannya disini. “Selamat ulang tahun sayang!” ucap Mama yang baru turun dari kamar, ia memeluk dan menciumku, lalu menyodorkan sebuah paper bag berisi ponsel keluaran terbaru. “Makasih, Ma!” jawabku lalu mempererat pelukanku. Tak lama kemudian, Papa dan Alika turun membawa kue tart kecil di tangannya. “Selamat ulang tahun, Kak Tina!” ucap Alika memelukku.