Bab 40) Pengakuan Riko"Saya memang diminta Nyonya Kalina untuk membubuhkan semacam serbuk di sambal terasi itu." Riko menundukkan wajahnya dalam-dalam. Perasaannya campur aduk. Mungkin inilah akhir dari pekerjaannya di restoran ini."Dan kamu bersedia?" potong Nicko."Tidak, Tuan. Saya lebih baik mati daripada mengkhianati Tuan Hendra dan Nona Aira," jawab Riko.Seulas senyum terlukis di bibir Nicko. Pengakuan Riko sama seperti video yang berhasil ia dapatkan dari Beni."Baiklah, teruskan, Riko," titahnya."Saat saya tengah menuju area depan, tiba-tiba Nyonya Kalina mencegat, mengajak saya ngobrol dan meminta kesediaan saya sekali lagi, tetapi saya masih tetap menolak. Hanya itu yang saya alami saat akan mengantarkan makanan untuk nona Aira. Saya juga tidak tahu kapan persisnya sambal terasi itu menjadi beracun," ucap Riko lugas.Sejauh ini dia pun juga bingung, bagaimana bisa makanan itu sampai kemasukan racun. Walaupun Kalina mencegat dirinya, bahkan sempat ngobrol, tetapi ia bisa
Bab 41) Pertemuan Di Kantor Polisi"Karena aku mencium hal yang tidak beres dari chef Arnold belakangan ini, tentang hubungannya dengan Mama Kalina yang kurasa tidak wajar. Hanya saja aku tidak punya bukti untuk menuduhnya terang-terangan. Lagi pula setelah kita menikah, aku melupakan soal itu, kemudian malah menghilangkan kewaspadaan. Bukankah selama ini kita hanya fokus dengan Kiara yang memaksa ingin kembali kepadamu?"Athar membenarkan. Energi mereka memang habis terkuras menghadapi ulah Kiara yang memaksa untuk kembali, satu hal yang tidak pernah Athar pikirkan sebelumnya. Bahkan setelah menjalani pernikahan dengan Aira pun, Athar berpikir untuk menjaga gadis itu untuk sementara sebelum akhirnya menemukan jodohnya yang lain. Toh, pada kenyataannya dia tak bisa. Dia sendiri yang melanggar perjanjian itu dan hubungan mereka bisa berkembang seperti sekarang.Lelaki itu beringsut mengecup kening Aira, lalu pamit meninggalkan tempat itu setelah dua orang bodyguard-nya datang. Gavin da
Bab 42) Akting Kalina "Ya, memang akan kulakukan, tapi tidak perlu tergesa-gesa karena sebelumnya aku harus mengirim kalian berdua ke hotel prodeo lebih dulu." Hendra membalas seraya menyeringai. "Apa?!" pekik Kalina histeris. "Kamu berani memenjarakan istri sendiri?" "Apa yang mesti aku takutkan? Kalian sekarang tak ubahnya seperti sampah di dalam kehidupanku, jadi harus aku singkirkan." "Kurangnya aku sama kalian itu apa?! Aku sudah memberikan apapun yang kalian inginkan. Namun kalian mengkhianati kepercayaan yang kuberikan. Sudah bagus aku tak membunuh kalian." Hendra mendengus kesal. "Kalau aku masuk penjara, bagaimana dengan Kiara? Dia pasti akan sedih." "Kiara itu sudah besar. Dia bisa mengurus dirinya sendiri. Bukankah selama ini dia jarang pulang?" sinis Hendra. "Iya, Pa. Mama tahu. Tapi Kiara akan malu kalau mamanya masuk penjara..." "Berani berbuat harus berani pula bertanggung jawab. Bukankah begitu, Athar?" Kata-kata Hendra yang di tanggapi anggukan lelaki muda it
Bab 43) I Love You, My Wife "Sudahlah, Pa. Soal itu tidak perlu dipikirkan saat ini. Urusan cabut mencabut laporan itu gampang. Selama berkas belum dilimpahkan ke kejaksaan, kita masih bisa mencabut laporan. Yang penting Papa sudah bikin keputusan untuk chef Arnold. Alia Resto and Cafe juga butuh perhatian Papa. Sekarang kita harus menormalkan kegiatan operasional di restoran pasca chef Arnold diberhentikan dari jabatannya," saran Athar buka suara. Dia merangkul hangat pundak mertuanya. "Ah, bener juga kamu, Athar. Ya sudahlah. Sebaiknya Papa kembali ke restoran. Papa harus segera membenahi semua kekacauan di sana." Tanpa berpikir panjang, lelaki itu segera berdiri. Athar mencium tangan mertuanya sebelum lelaki paruh baya, tapi terlihat masih gagah itu pergi meninggalkan kantor polisi. Lelaki itu menghela nafas panjang. Dia menoleh kepada Nicko. "Kamu pun boleh meninggalkan tempat ini, Nicko. Terima kasih atas segalanya. Sisanya biar aku sendiri yang mengurus," titah Athar. "Tapi
Bab 44) Aku Sudah Lihat Semuanya "Kamu sudah bangun, Sayang?" tegur Athar saat wanita itu membuka mata. Lelaki itu tampak segar dengan penampilannya yang hanya mengenakan baju kaos dan celana pendek. Rambutnya pun terlihat masih lembab. Susah payah Aira berusaha menggerakkan tubuh, persendiannya terasa remuk redam. Aktivitas yang barusan mereka lakukan cukup melelahkan juga. Menyakitkan, tapi juga membuatnya bahagia. "Iya." Aira tersenyum malu. Seharusnya ia yang bangun lebih dulu dan menyiapkan keperluan Athar. Nyatanya ia tertidur begitu pulas efek kelelahan. "Kamu sudah mandi?" Athar mengacungkan sepasang jempolnya, lalu duduk di pinggir pembaringan. Dia membantu istrinya untuk duduk. Darahnya kembali berdesir saat melihat bagian atas tubuh Aira saat selimut yang menutupinya melorot. Refleks Aira menarik selimut, menahannya dengan tangannya. "Tidak usah di tutupi juga nggak papa. Aku sudah lihat semuanya." Athar tersenyum devil. "Ish..." Athar terkekeh. Dia melepas selimut
Bab 45) Video ViralGadis itu berusaha untuk tidak hilang kesadaran. Tangannya bergerak-gerak, memungut ponselnya yang sempat terjatuh, lalu mendorong pintu lift dan segera keluar.Kiara berdiri di depan pintu lift. Menghirup udara sebanyak-banyaknya dan menghembuskannya perlahan. Dia tak menyangka efek perbuatan ibunya begitu besar. Kini video berisi insiden di restoran itu viral di media sosial dan ditonton oleh banyak orang."Mama, kamu benar-benar ceroboh. Ceroboh sekali!" maki gadis itu dalam hati. Ini adalah tindakan terbodoh ibunya selama kurun waktu mereka bersama. Mengapa juga ibunya bertindak secepat itu? Apakah demi mencegah supaya Aira dan Athar tidak jadi berbulan madu?Kini ibunya harus berurusan dengan pihak berwajib, sementara Aira dan Athar tetap melenggang ke Bali. Bahkan mungkin sekarang mereka tengah memadu cinta di atas ranjang hotel.Tak cukup itu. Bahkan kelangsungan restoran pun terancam. Entah siapa yang merekam dan mengunggah pertama kali ke media sosial, yan
Bab 46) Apalah Artinya Sebuah Video Dari bandara tempat pesawat pribadinya mendarat, mereka langsung tancap gas menuju Alia Resto and Cafe. Setelah berkendara selama satu jam penuh, akhirnya mereka sampai juga di tempat tujuan. Athar dan Aira seolah berlomba mencapai bangunan restoran sekeluarnya mereka dari mobil. Di belakang, Nicko mengiringi dengan langkah-langkahnya yang panjang. Suasana restoran sangat sepi. Tak ada satupun pengunjung, hanya para karyawan yang terlihat. Beberapa diantaranya malah asyik mengobrol karena tidak ada yang bisa dikerjakan. Tampaknya video yang sedang viral itu berdampak sangat besar bagi jumlah pengunjung. "Pa...." Aira menghambur ke pelukan sang Papa saat ia mendapati lelaki paruh baya itu di ruang kerjanya. "Sayang, kamu sudah pulang?" Hendra mengusap lembut kepala putrinya seperti tidak terjadi apa-apa. "Kenapa sampai begini, Pa?" cicit Aira lirih. "Tidak apa-apa, Sayang. Melihatmu pulang dengan sehat dan selamat, Papa sudah bahagia...." "Tapi
Bab 47) Saat Yang Tepat Untuk Berubah"Pa!" pekik Kalina. Oh, my God! Dia harus mengembalikan semua fasilitas yang didapatnya dari sang suami? Ah, yang bener aja!Hendra sudah menduga ini. Namun dia berusaha untuk tetap tenang. Ekor matanya melirik menantunya yang sontak menepuk bahu lelaki separuh baya itu."Asal Mama tahu, akibat dari perbuatan Mama itu sangat merugikan kita semua. Oke, Mama bisa keluar dari kasus ini karena Athar dan Papa sudah mencabut laporan. Tapi Alia Resto and Cafe terlanjur kehilangan kepercayaan pelanggan, tak ada orang yang bersedia mengunjungi restoran kita. Semua aktivitas restoran macet. Padahal Mama tahu, kan, sumber keuangan keluarga kita berasal dari mana?" Hendra menghela nafas setelah menjeda ucapannya. "Sekarang Mama harus terbiasa hidup sederhana. Ini demi kebaikan Mama sendiri. Sekarang juga kembalikan semua kartu dan kunci mobil. Kalau Mama mau pergi keluar rumah, Mama bisa minta sopir untuk mengantar. Kalau Mama butuh uang, bisa minta langsung