Kiara sudah bersiap dengan pakaian kerjanya, lalu berpamitan setelah selesai sarapan. Taksi online sudah dia pesan, tetapi belum datang juga. "Ra, mau berangkat?" tanya Tere dari dalam mobil. "Iya," jawab Kiara sambil menganggukkan kepalanya. Tanpa sengaja tatapan perempuan itu beradu dengan Andra yang duduk di samping Tere, lebih tepatnya Andra yang akan mengantar Tere ke butik. "Kita berangkat bersama saja.""Tidak usah, Re. Aku sudah pesan taksi online. Sebentar lagi pasti datang."Kiara tidak mau jadi obat nyamuk pasangan itu. Meskipun sedikit sungkan menolak ajakan Tere. "Batalkan saja! Kamu ikut dengan kami!" seru Andra dengan nada tidak mau dibantah. "Abang, yang lembut dong kalau bicara sama Kiara!" terus Tere membuat suaminya menghela napas pelan. Tepat saat itu, taksi pesanan Kiara datang. Senyum tipis tercetak di bibirnya dengan perasaan lega. Dia tidak perlu membatalkan pesanan dan berangkat bersama pasangan di depannya. "Taksiku sudah datang, aku duluan ya," pamit
Andra memiliki perasaan pada Kiara? Apakah Tere bercanda atau hanya ingin menyenangkan dirinya? Semua orang sangat tahun kalau seorang Andra hanya mencintai dann melihat Tere sebagai wanitanya. Sedangkan Kiara, hanya bayangan di antara pasangan itu yang tidak mungkin telihat. "Kamu harus percaya padaku, Ra. Bang Andra ada rasa padamu, tapi dia bukan orang yang akan langsung menunjukkan perasaanya," seru Tere dengan penuh keyakinan. Kekehan ringan dikeluarkan oleh Kiara. "Jangan bercanda, tidak mungkin Mas Andra menyukaiku. Lagian, aku juga tidak berharap dia menyukaiku, Re. Apalagi pernikahan kami bukan atas suka seperti kamu dan dia."Sejenak Tere tidak menimpali perkataan Kiara. Dilihat dari sikap suaminya yang pendiam dan suka menyimpan rahasia, Kiara tidak mungkin percaya begitu saja. Namun, Tere sudah bertahun-tahun kenal dengan Andra, dia sangat tahu saat suami diam-diam menyimpan perasaan pada orang lain. Apakah Tere cemburu atau marah? Tidak, Tere tidak merasa demikian, just
Jika hari sabtu biasanya Kiara akan menghabiskan waktu bersama kakaknya, kini dia harus ke Bandung untuk menghadiri fashion show. Bukan untuk ikut memeragakan pakaian dari butik tempatnya kerja, melainkan untuk membeli salah satu pakaian paling baik. Kini dia berada di dalam mobil bersama Andra yang ada di sebelahnya. Seperti biasa, tidak akan ada percakapan dari mereka. Apalagi sudah beberapa hari ini Andra dan Tere bersikap aneh. Keduanya lebih banyak diam, tidak pula meminta Kiara datang ke rumah mereka untuk melakukan kewajibannya. Kiara berpikir kalau mereka sedang ada masalah, tetapi Kiara bingung bagaimana dirinya bisa membantu menyelesaikan masalah pasangan tersebut. "Kita akan menginap di hotel dan pulang besok sore," ucap Andra tanpa menoleh pada perempuan di sampingnya. "Iya, Mas," balas Kiara menoleh pada lelaki itu. "Oh ya, apa Mas ada masalah dengan Tere?"Andra melihat istri keduanya sekilas, lalu melihat kembali ke jalan di depannya. "Hanya masalah kecil."Kiara tid
Di dalam gedung sedang berlangsung acara pergelaran busana. Para model berlenggak-lenggok dengan pakaian dari brand terpilih. Kiara duduk di bagian depan berdasarkan undangan yang diberikan oleh Tere. Dengan begitu mudah baginya untuk memindai dan memilih pakaian mana yang akan dibeli sesuai dengan pesanan Tere. Sedangkan Andra berada di lain sisi tempat Kiara berada. Namun, lelaki itu masih bisa dengan jelas memperhatikan sang istri yang terlihat fokus pada acara yang berlangsung. Peragaan sudah selesai dilaksanakan, Kiara sudah menentukan pakaian mana yang akan dia beli. Selagi menunggu pesanannya disiapkan, dia menikmati minuman dan makanan yang disajikan oleh pembuat acara. "Minuman itu ada alkoholnya," gumam sebuah suara membuat Kiara menoleh. "Minum jus di sebelahnya."Tadinya Kiara mau mengambil minuman berwarna coklat, tetapi Andra datang dan menyuruhnya mengambil minuman berwarna orange. Tidak mau ambil risiko, Kiara menurut tanpa sepatah kata pun. Selesai mengambil minuma
Wanita cantik dengan pakaian yang modis memindai penampilan Kiara yang hanya mengenakan piayama. Tentu saja membuat perempuan itu merasa malu dengan penampilannya saat ini, tetapi mau bagaimana lagi Kiara tidak malas untuk ganti pakaian. "Bukannya kamu teman baik Kak Tere? Kenapa kamu malah mesra dengan Kak Andra? Kalian selingkuh di belakangnya?!" tanya beruntun wanita itu dengan mata memicing tajam. Kiara tidak menduga hal ini akan terjadi, di mana anggota keluarga Andra akan mengetahui hubungannya. Ya, wanita yang bertanya pada Kiara adalah keluarga Andra, lebih tepatnya adik dari suaminya. Kiara juga cukup mengenal wanita bernama Niken karena mereka pernah satu sekolah, namun Niken lebih muda dia tahun darinya. "Ya, aku teman dekat Tere dan kakak kelasmu waktu sekolah menengah atas," sahut Kiara sambil tersenyum, meskipun perasaannya tidak nyaman. "Terus kenapa kamu selingkuh dengan Kak Andra?""Soal itu-- ." Kiara menghentikan perkataan sejenak. "Tidak seperti yang kamu lihat
Niat hati ingin menikmati suasana Bandung walaupun cuma beberapa jam, Kiara malah terjebak dengan Niken yang mengajaknya keluar. Apalagi suaminya pergi sejak pagi tanpa memberitahunya. Bahkan tidak ada panggilan ataupun pesan, sehingga Kiara merasa kalau Andra memang belum menganggapnya. Sehingga hanya ada Niken di apartemen yang kemudian mengajak Kiara untuk pergi.Sebenarnya Kiara sedikit merasa was-was untuk pergi dengan Niken. Namun, dia akan bosan kalau hanya berasa di apartemen sambil menunggu Andra yang entah pergi ke mana, atau mungkin sudah meninggalkannya. "Kak Kiara tenang saja, Kak Andra tidak mungkin meninggalkan Kakak di sini," ucap Niken yang sedang menyetir mobil. "Kalaupun ditinggal, Kakak bisa pulang sendiri atau nanti aku antarkan. Kebetulan aku mau ketemu sama Kak Tere."Kiara menoleh pada Niken yang ada di sebelahnya. "Hm, mungkin setelah ini aku akan pulang sendiri saja.""Ya sudah, kalau begitu kita belanja, jalan, makan, lalu pulang ke Jakarta. Oh ya, boleh ak
Setelah mendapat telepon dari Andra, Niken membawa Kiara pulang lalu bergegas ke Jakarta bersama sopir yang sudah Andra sediakan. Selama perjalanan Kiara terus berpikir apa yang sebenarnya terjadi, apalagi Niken belum memberitahu dirinya. "Nin, apa yang terjadi? Mas Andra tidak apa 'kan?" tanya Kiara untuk kedua kalinya setelah sebelumnya tidak mendapat jawaban ataupun menjelasan. Niken yang duduk bersihkan dengan Kiara menoleh sambil menghembuskan napasnya. "Kak Andra tidak apa-apa.""Terus apa yang terjadi? Kenapa kamu terlihat khawatir dan segera mengajak balik ke Jakarta?" cecar Kiara masih membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap. "Sebenarnya Kak Andra pulang duluan karena Kak Tere masuk ke rumah sakit!"Mata Kiara melotot sekaligus menunjukkan raut khawatir. "Tere ... masuk ke rumah sakit?"Anggukan diberikan oleh Niken. Tadinya Kiara pikir kalau Andra pulang lebih dulu karena sengaja ingin meninggalkannya. Mendengar alasan yang sebenarnya, Kiara justru sangat khawatir denga
Keadaan Tere masih belum membaik, Kiara menggantikan Andra untuk menjaga Tere. Meski dia masih penasaran dengan ucapan Andra sebelum dia datang bersama Niken ke ruang perawatan. Ya, Kiara mendengar semua percakapan Tere dan Andra, namun Niken segera masuk tanpa memberitahunya, sehingga ucapan Andra menggantung begitu saja. Sekarang di ruang rawat itu, hanya ada Kiara dan Tere yang duduk di atas ranjangnya. Sedangkan Niken ikut dengan Andra pulang ke rumah untuk istirahat. "Ra, maaf ya, karena aku sakit jadinya Bang Andra meninggalkan kamu," ucap Tere dengan raut merasa bersalah. "Aku harap kamu tidak marah."Kiara tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku tidak marah kok, Re. Siapa lagi kalau bukan Mas Andra yang jaga kamu di sini?! Lagian, acaranya sudah selesai, jadi tidak masalah kalau Mas Andra mau pulang.""Padahal aku sangat ingin kalian menikmati waktu berdua," ucap Tere dengan sedikit nada kecewa. Kekehan dikeluarkan oleh Kiara. Kalaupun Andra tidak pulang, tentu saja mer