Share

Part 58 Pragmatis

Kesalahanku berlapis tak sanggup kutepis

Dalam barisan hari aku diselimuti pesimis

Penyesalanku berawal bagai gerimis

Kecil rintiknya semakin kuat mengikis

Berharap dosa dibasuh hujan tangis

Maaf dan pengampunan… aku mengemis

Ditatap binar mata mereka bagai pelangi yang terlukis

Egoiskah keputusanku yang pragmatis

Ardan termenung setelah membaca bait puisi yang ditulis putranya. Ia tahu jika Akram sering menyalurkan hobinya menulis puisi atau syair saat senggang. Sejak kecil, menjadi penulis memang menjadi impiannya.

Ardan kembali fokus pada putranya. Akram tertidur dengan kepala yang bertumpu di lengannya yang ditopang di permukaan meja, sedangkan tangan kanannya masih memegang pulpen. Ardan tersenyum karena tumpukan map cukup tinggi di sisi kanan meja kerja itu pertanda pekerjaan putranya sudah selesai. Putranya sepertinya kelelahan menyelesaikan semua itu setelah beberapa hari menyelesaikan pekerjaan di Pulau Jawa.

Tidak dipungkiri beberapa hari ini Akram memang menemaniny
Rat!hka saja

Sudah lumayan panjang kan? Kalau ngeles, otaknya punya sistem otomatis. Di part ini, ketahuan kan DNA sastranya Akram itu dari papanya...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status