Bab37
"Aku tidak tahu, dan aku pun sedang mencarinya," jawab Case.
"Brengsek! Jika sampai kutemukan Ibu, maka akan kupastikan, kamu tidak akan bisa bersamanya lagi," ancam Jeremy.
"Apakah ini didikan Ayah? Atau wanita jalang itu?" bentak Case.
Jeremy terkejut, melihat keberanian Case padanya.
"Kau pikir dirimu hebat? Memperlakukan aku serendah ini? Jangan karena kamu difasilitasi segala kemewahan dan kekuasaan, sehingga membuatmu lupa cara memperlakukan manusia layaknya manusia. Ingat Jeremy, yang menderita dalam hal ini bukan cuma kamu! Tapi aku juga brengsek," teriak Case.
"Lancang sekali bicaramu, kau tidak tahu siapa aku? Aku pewaris tunggal perusahaan dan kekayaan Giant Company Group. Aku tidak perduli siapa kamu, bagiku, kamu dan ibu adalah manusia paling jahat," hardik Jeremy.
"Oke, Jeremy. Kupikir karena aku adalah wanita, maka aku tidak perduli dengan harta dan kuasa. Tapi melihat kamu begitu angkuh, maka jangan salahkan aku,
Bab38Melihat srigala ini nampak buas dan berlari cepat ke arah mereka, Case mendorong kasar tubuh Joe agar menjauh."Pergilah! Dan tinggalkan aku, selamatkan dirimu, Joe," teriak Case panik.Joe tersungkur lumayan jauh dari Case. Namun lelaki itu bergegas meraih kayu besar dan berlari ke arah srigala yang siap menerkam Case."Selamatkan diri kita berdua bodoh! Mau sejauh apalagi kita lari? Dia akan terus mengejar. Cepat lepaskan kakimu dari tanaman sialan itu," teriak Joe, sembari menghalau srigala itu.Case pun tidak menyia-nyiakan kesempatan, dia berusaha kuat melepaskan lilitan tanaman berduri itu dari kakinya, meski sakit sekali, ketika dia harus memaksa tanaman yang menancap kuat di kakinya itu harus terlepas.Darah memang semakin mengucur, namun Case tidak tinggal diam. Dia pun meraih ponsel dan melihat ada sebatang sinyal, untuk dia melakukan panggilan telepon ke nomor ayahnya."Astaga Joe," teriak Case, yang melihat Joe tersu
Bab39"Ketua," gumam Joe."Apa?" Case dan Joe terkejut."Tuan, mereka di sana ...." terdengar suara seseorang menunjuk mereka."Joe ...." Case terkejut, melihat Joe kini tiba-tiba pingsan.Rombongan Wiliam berlari ke arah Case dan Joe.Melihat kondisi Joe yang pingsan, Wiliam bergegas meminta anak buahnya membantu Joe. Dan dia sendiri meminta Mantako Jordan untuk menggendong Case.Melihat kondisi Case yang sangat memprihatinkan, Wiliam sangat merasa marah dan juga kasihan dengan kemalangan anak dan menantunya itu.Kedua pasangan suami istrinya itu dibawa ke rumah sakit, untuk mendapatkan perawatan terbaik. Mantako Jordan melaporkan hasil penyelidikannya, terhadap masalah yang menimpa Case dan suaminya.Mantako Jordan juga menyerahkan 1 unit handphone milik Case pada Wiliam."Gudang besar di tengah hutan itu telah hangus kami bakar, Tuan. Kami melakukan tugas sesuai perintah. Kemungkinan, gudang besar itu
Bab40Perlahan Case membuka mata. Tubuhnya semua terasa sakit, terutama pada bagian kakinya yang terluka parah."Case ...." wanita itu menoleh, wajah sang ayahlah yang pertama dia lihat."Ayah ...""Bagaimana keadaanmu? Mengapa kamu bisa berada di dalam hutan itu?" tanya Wiliam, sembari memberikan ponsel milik Case.Case meraih benda pipih miliknya itu. "Kami diculik orang bodoh," jawab Case sedikit kesal. Mata wanita itu terlihat tajam dengan ekspresi marah yang sangat nampak."Siapa? Apakah kamu mengenali penculiknya? Biar ayah selesaikan orang itu," sahut Wiliam."Tidak, aku akan membalasnya sendiri, Yah. Oh iya, terimakasih sudah mau mencariku," kata Case terdengar pilu.Wiliam hanya mengelus tangan anaknya. Lelaki itu terdiam sesaat, sembari berpikir keras mengenai kejadian yang menimpa Case."Setelah sembuh, kau harus ikut berlatih ilmu bela diri tingkat tinggi yang ada di Monarki. Ayah yakin, sudah beberapa orang
Bab41Di ruangan Joe dirawat, lelaki itu sangat kesal pada Ibunya."Apa yang Ibu lakukan ke kamar Case?" tanya Joe dengan kesal."Ibu cuma mau ngasih pelajaran pada wanita pembawa sial itu," jawab nyonya Sabhira tanpa rasa bersalah."Apakah Ibu tidak bisa menahan diri? Ini rumah sakit dan yang Ibu lakukan tadi, itu sangat keterlaluan. Case sedang mengalami luka parah, bahkan lebih parah dari Joe," kata Joe tegas. Nyonya Sabhira hanya mendengkus."Iya nih, Ibu nyaris membuat rusak nama keluarga di depan Ketua besar," timpal Elvina."Kalian brisik sekali," sahut nyonya Sabhira."Joe ...." Terdengar suara panik Mary White. Wanita itu tertatih, masuk ke dalam ruangan Joe."Apa yang terjadi?" tanya Mary seraya mendekati kekasihnya."I'm oke, tidak perlu dibahas lagi.""Tapi kamu baik saja kan?" Mary menggenggam tangan lelaki itu."Tidak apa-apa, oke." Joe tersenyum dan membuat Mary merasa tenang."Makanya
Bab42"Joe ...." nyonya Sabhira menyambut kedatangan anaknya di depan pintu rumah mereka, ketika Joe dan Mary sudah tiba memasuki gerbang rumah.Sepanjang perjalanan pulang, Mary hanya diam, sehingga tanpa mereka sadari, kini mereka sudah tiba di tujuan."Sehat, Nak?" tanya nyonya Sabhira, sembari menggandeng lengan Joe."Ya." Joe menyahut seadanya.Mary terdiam, sembari ikut masuk ke dalam rumah."Ada apa, mengapa wajah kakak kusut sekali?" tanya Elvina, menatap Mary penuh curiga."Kalian pasti sedang bertengkar," kekeh Elvina, merasa lucu dengan tampilan galau wajah Mary."Tidak," jawab Joe. Lelaki itu pun duduk di sofa, diikuti mereka bertiga."Joe, kapan kamu resmikan Mary? Ibu sangat ingin memiliki menantu cantik dan pintar seperti dia," rengek nyonya Sabhira, menciptakan senyuman kecil dibibir Mary."Kalau warisan Kakek sudah menjadi milikku," jawab Joe tenang."Jika aku bercerai dengan Case lebih awa
Bab43Usai pemeriksaan, besok Case sudah di perbolehkan pulang. Case meminta ponsel miliknya dan mulai menggeser smart phone tipe sederhana itu.Sebuah pesan dari Mary White, dan foto mesra wanita itu dan Joe sedang terlelap berdua.Hati Case semakin sakit dan terasa patah. Hinaan berbagai hinaan Case terima dari Mary. Rasanya, Case tidak tahan lagi terus bersabar.Namun apalah daya, dia bahkan belum mendapatkan yang dia cari di rumah Joe, sehingga memaksanya untuk lebih bersabar lagi.Wiliam memasuki ruangannya, melihat binar mata Case berkaca-kaca, Wiliam pun mulai bertanya."Apa yang terjadi, Nak?" tanya Wiliam pada Case dengan suara pelan. Lelaki itu pun duduk di kursi samping tempat Case berbaring."Ayah, aku ingin melanjutkan pendidikanku," ungkap Case dengan suara pelan."Oh ya, tentu saja anakku! Ayah akan berikan apapun yang kamu mau," jawab Wiliam dengan senyuman. "Asalkan misimu selesai, oke."_________Kepulangan Case bersama Khan Wilson mengundang amarah di hati Jos dan k
Bab44"Mary ...." Joe mendekati wanita yang sedang emosi itu.Khan Wilson menghentakkan kasar tangan Mary White."Pulanglah," bisik Joe. Wajah Mary kini terlihat masam, dan semakin menatap benci kepada Case.Tanpa banyak bicara, wanita itu pergi begitu saja dari rumah Joe. Ada perasaan sedikit bersalah di hati Joe, namun lelaki itu mencoba diam dan tenang."Tuan Khan, anda bisa pulang sekarang! Biarkan Case istirahat," pinta Joe juga.Khan menoleh ke arah Case, dan wanita itu mengangguk kecil."Aku pulang dulu," ucap Khan Wilson, sembari meraih lembut tangan Case. "Cepat sehat ya!" lirihnya. Case tersenyum. "Tentu saja," jawabnya ramah.__________Pikiran Joe kini sangat terusik dengan kehadiran Khan Wilson di hubungan Joe dan Case. Entah mengapa, kejadian siang tadi begitu mengganggu pikiran Joe.Lelaki itu termenung duduk di depan jendela kamarnya, sembari menikmati minuman beralkohol.Hati Joe terasa pilu, dan pikirannya semakin kalut, membayangkan sikap Case yang semakin berani m
Bab45"Nyonya muda! Nyonya muda!" pekik pelayan itu panik."Brisik!" teriak nyonya Sabhira, yang asik dengan tontonan tivinya."Nyonya Sabhira, nyonya muda kini pingsan," pekik pelayan itu, membuat nyonya Sabhira sedikit terkejut."Panggilkan Dokter! Aku tidak mau wanita miskin itu tiba-tiba mati nggak jelas di rumah ini," bentak nyonya Sabhira pada pelayan itu.Pelayan pun mengangguk, dengan sigap memanggilkan Dokter.Dokter muda tampan itu tersenyum, kala selesai memeriksa Case. "Selamat nyonya! Nona muda tengah hamil," ucap sang Dokter, membuat nyonya Sabhira kesal."Hamil? Dasar sialan, pake acara hamil segala," ketus nyonya Sabhira. Case hanya menghela napas lemah, tidak ada tenaga rasanya dirinya kini."Sudah selesai kan? Pergilah dari rumahku," ucap nyonya Sabhira lagi pada sang Dokter.Dokter tampan itu hanya tersenyum kecil, sembari memberikan vitamin untuk Case.Sepeninggal Dokter tampan itu, nyonya Sabhira meminta pelayan keluar dan membiarkan dia dan Case hanya berdua."A