Share

40.Ternyata

Sepeninggal Mas Adit, Mas Banyu memapahku masuk ke dalam. Rasa sedih dan campur aduk, entah apa namanya, membuatku tak punya gairah untuk melakukan apapun. Bahkan makan pun juga malas.

Kubaringkan tubuh di kursi panjang ruang tamu setelah kutolak ajakan Mas Banyu untuk makan. Sedangkan Dinda main sama Embah di teras rumah.

Baru saja terlelap sebentar, Mas Banyu sudah duduk di kursi panjang tempatku berbaring lalu menaruh kepalaku di pangkuannya sambil tangannya mengusap rambutku dan tangan yang satu mengusap usap perut buncitku.

"Perutmu baik-baik saja kan, Syahdu? Sudah nggak kenceng lagi, kan?"

"Sedikit," jawabku.

"Makanya kamu jangan banyak pikiran biar nggak ngaruh ke anak kita ini, Syahdu. Dia bisa merasakan lho kalau Mamanya sedih." Mas Banyu terus mengusap lembut perutku.

"Le, nggak jadi ke pasar beli oleh-oleh?" teriak Simbah dari teras.

"Nggak, Mbah, Banyu nggak jadi pulang Bekasi besok. Nggak tega, Mbah, ninggalin Syahdu di sini dalam keadaan begini."

"Memangnya kenapa lag
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yanyan
haduhh dunia tdk seluas daun kelor syahdu sayang syahdu malang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status