“Baiklah kalau begitu, apa kamu sanggup Zac?” tanya Pak Arsene penuh harap.
Zac mengangguk, “Aku akan berusaha sebisa mungkin dan terus belajar pi, aku juga sudah meninggalkan dunia keartisan untuk bisa menjalankan bisnis keluarga kita,” jawabnya penuh keyakinan membuat Pak Arsene tersenyum lalu mengangguk tanda setuju.“Kamu mau membuka bisnis apa sayang?” tanya Pak Arsene kini beralih pada putrinya.“Kalau papi izinkan, aku mau membuka butik dan memulai bisnis desain apa boleh pi?”“Apa kamu akan senang menjalaninya sayang? Kalau itu memang membuat kamu senang papi tidak mungkin akan melarang, lakukan hal yang membuat kamu bahagia ya,” ujar Pak Arsene tersenyum.April memeluk papinya, “Terima kasih ya pi, sudah selalu mengerti yang aku mau,” ujarnya, “Andai papi juga setuju dengan lelaki pilihanku, tapi nyatanya tidak seperti keinginan hatiku,” batinnya seraya melirik ke arah Andrew.Semuanya turut berbahagia dengan rencana yang akan di jalani oleh ApMiquel sedang berlarian di ruang tamu, lalu tanpa sengaja tubuh mungilnya menabrak Pak Arsene yang lewat di depannya.“Maaf.. maaf, Miq tidak sengaja,” lirih Miquel dengan menunduk takut dimarahi oleh Pak Arsene.Pak Arsene berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Miquel, lalu ia meraih dagu anak itu agar menatapnya, “It’s oke sayang, kamu tidak perlu takut pada kakek ya,” ujarnya lembut.“Kakek?” tanya Miquel mengernyitkan keningnya.“Iya sayang, kamu boleh panggil aku kakek. Anggap saja aku ini kakekmu ya,” sahut Pak Arsene dengan tersenyum.“Boleh Miq peluk kakek?” tanya Miquel hati-hati.“Tentu saja,” jawab Pak Arsene tersenyum ramah lalu merentangkan tangannya, kemudian Miquel memeluknya.“Terima kasih kakek,” ujar Miquel tersenyum senang dalam pelukan Pak Arsene yang memang kakek kandungnya.“Kenapa hatiku terasa nyaman saat memeluk anak ini ya, dia seperti Zac saat masih kecil. Apa mungkin... ah tidak mungkin, sepertinya ini hanya p
Luna mulai memijat dengan memutar jarinya di sekitar pelipis Andrew, ia melakukannya dengan gerakan yang sangat lembut namun bisa membuat bosnya itu memejamkan mata karena kenikmatan pijatan yang di berikan Luna.Tak terasa lima belas menit berlalu, Andrew sudah tertidur lelap dengan posisi duduk di sofa. Luna memandangi wajah lelaki yang sudah satu bulan ini ia temui hampir setiap hari yaitu bosnya, Andrew.“Kalau di perhatikan lebih dekat seperti ini, tampan juga dia. Sangat tampan malah,” batin Luna tersenyum seraya mengagumi wajah tampan pria di hadapannya.*Jam makan siang telah usai, seorang wanita berkaca mata hitam dengan rambut pendek sebahu memasuki “Aprilia’s Boutique”. Para karyawan butik menyambutnya dengan senyuman ramah dan pelayanan mereka sebaik mungkin.“Selamat siang Ibu, selamat datang di Aprilia’s Boutique. Ada yang bisa kami bantu?” tanya Bila, seorang karyawan April dengan sopan.Wanita itu melepas kaca mata hitam yang bertengger
“Apa kamu mau bertemu dengan Alan?” tawar Clara seakan paham dengan yang ada di pikiran sahabatnya.“Apa kamu bisa mengantarku?”“Tentu saja, kebetulan aku juga akan mengunjungi Dafa calon suamiku. Biasanya jam sekian mereka masih di kantor,” sahut Clara melirik jam di pergelangan tangannya.“Baiklah, tolong antarkan aku ke sana,” pinta April segera menutup laptopnya dan mengambil tasnya, lalu beranjak meninggalkan ruangannya bersama Clara.*Tak butuh waktu lama untuk sampai di tempat yang Clara maksud, yaitu kantor Alan dan Dafa yang diberi nama “AD93 CORPORATION”. Segera Clara mengantar April ke ruangan Alan yang berada di lantai 2.Tok.. tok... tok...“Ya masuk,” seru Alan dari dalam ruangannya.Clara membuka pintu ruangan Alan, “Hai Alan, sedang sibuk?” tanyanya dengan menyeringai.“Oh hai Ra, tidak juga. Silakan masuk, Dafa sedang keluar sebentar lagi juga kembali. Tunggu saja disini,” tawar Alan.Clara masih berdiri di ambang
Andrew masuk ke dalam ruangan Alan, “Benar yang dikatakan mama, tolong jangan temui April sampai lengan kamu terlepas dari penyangga itu,” katanya melipat tangan di depan dada.“Aku hanya ingin melihatnya, sebentar saja ma,” ucapnya tak menghiraukan perkataan Andrew.“Biarkan saja Alan menemui April sebentar, tapi setelah dokter memeriksa jahitan di lengan kamu ya,” ujar Pak George menengahi perdebatan anak-anak dan istrinya.“Terima kasih pa,” sahut Alan tersenyum senang, ia melirik Andrew yang terlihat kesal lalu keluar dari ruangannya.Sebelum menemui April, Alan telah berkonsultasi dengan dokternya. Ia tidak ingin April mengetahui bahwa ia mengalami kecelakaan dan harus melakukan operasi kecil, akhirnya ia di izinkan pergi sebentar namun tidak boleh lebih dari tiga puluh menit. Untuk itu saat Andrew mengusirnya dari ruangan April ia terpaksa pergi karena harus kembali mendapat perawatan untuk lukanya pasca operasi. *Satu bulan setelah merasa ceder
April baru menyadari satu hal, jika ia tidak bisa bersama Alan maka tidak seharusnya ia menerima Andrew. Ia tidak boleh membuat permusuhan di antara kakak beradik ini, ia harus mendamaikan mereka. Segera ia menelepon Andrew untuk datang ke kantor Alan.“Yes sweety,” sahut Andrew begitu ia menerima telepon dari April.“Apa kamu bisa menjemputku?” tanya April tanpa basa basi“Di butik kan? Tunggulah aku akan segera ke sana.”“Tidak, aku sedang berada di luar. Akan aku kirim lokasinya padamu ya.”“Baiklah sweety, i love you.”“Ok,” sahut April singkat lalu mengakhiri teleponnya dengan Andrew.Segera ia mengirim lokasi pada Andrew agar segera datang menemuinya di kantor Alan. Andrew mengernyit begitu melihat alamat yang di berikan April padanya, “Ini kan kantor Alan, untuk apa April memintaku ke sana,” gumam Andrew.Segera Andrew menutup laptopnya, mengambil kunci mobil lalu berangkat menuju kantor Alan.*“Untuk apa kamu menelepon Kak A
“Aku pun sudah rela Pril, kalau kamu memang mau memutuskan pertunangan kita. Aku tahu kamu tidak mencintaiku,” kata Andrew lirih sambil menunduk.April diam, ia menatap Alan dan Andrew bergantian. Ia menghirup napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan, “Aku sudah memutuskan,” katanya.Alan dan Andrew serempak menatap pada April, menunggu jawaban yang akan keluar selanjutnya dari gadis itu.“Aku sudah memutuskan untuk tidak memilih siapa pun di antara kalian berdua. Aku ingin kita semua berteman saja, biarkan perasaan kita mengalir seiring berjalannya waktu. Saat ini aku hanya ingin fokus pada bisnis yang baru aku rintis, untuk itu lebih baik saat ini kita berteman,” ucap April menjelaskan.Alan dan Andrew mencoba memahami dan menerima keputusan April, meski berat mereka harus menjalaninya.“Baiklah, aku akan bicara pada orang tua kita untuk membatalkan rencana pernikahan kita. Dan... memberi tahu bahwa pertunangan kita telah berakhir,” ujar Andrew dengan l
“April, apa kamu yang meminta Andrew memutuskan pertunangan kalian?” tuding Pak Arsene pada putrinya.April baru akan membuka mulutnya sebelum Andrew lebih dulu mewakilinya untuk menjawab pertanyaan dari Pak Arsene, “Tidak om, ini semua murni kesepakatan kami berdua. Jadi tolong jangan salahkan April tentang kandasnya hubungan kami, saya yang telah gagal membuatnya mencintai saya. Saya tidak akan memaksa lagi, saya tidak ingin April terus-terusan tertekan hanya karena menjalani pertunangan ini. Biarkan dia yang menentukan pilihan hatinya, saya harap semuanya mau menerima dan mendukung keputusan kami,” pinta Andrew.Semuanya terdiam mencoba mencerna setiap perkataan Andrew. April menggenggam jemari Andrew, merasa sangat berterima kasih karena Andrew sudah membela dirinya di depan papinya. Andrew membalas perlakuan April dengan senyuman tipis dan tatapan sendu di matanya.Pak Arsene sangat tahu jika putrinya masih mencintai Alan sehingga meminta Andrew untuk memutus per
“Maksudnya itu aku dan Alan yang ingin papi merestui kami, lalu kakak kesini karena ingin memesan seragam untuk acara gathering karyawan ya kan kak?” tanya April seraya memberi kode pada Zac untuk menyetujui perkataannya.“Ah iya benar pi, benar yang di bilang April hehe, oh ya papi sendiri ada perlu apa?” sahut Zac seraya terkekeh pelan lalu ia balik bertanya.“Oh begitu rupanya, papi kesini karena ingin mengantar ponsel kamu yang tertinggal di rumah keluarga Dawson tadi,” kata Pak Arsene sambil memberikan ponsel April.“Pantas saja aku tidak menemukannya di tasku, aku kira tertinggal di rumah. Terima kasih ya pi,” ucap April lalu mengambil ponselnya.“Sama-sama sayang, oh ya apa kalian sudah selesai membahas desain seragamnya?”“Belum pi, ini baru saja akan di mulai. April kan baru datang, papi di sini saja sampai jam makan siang. Nanti kita makan bersama bagaimana?” tanya Zac mengusulkan.“Sebenarnya papi mau saja, tapi papi kasihan dengan Miquel yan