Aku mengemudikan mini cooperku dan aku bingung mau ke mana. Setelah beredar fotoku dengan Devano yang sangat intim. Pasalnya tanteku sangat menyayangkan pose tersebut. Hinaan dan cacian aku terima. Aku kali ini ingin menyendiri dulu. Kali ini tidak ada tujuan hidup. Devano, apakah aku minta bantuan kepadanya. Aku benci semuanya. Aku menghentikan mobilku di dekat taman dan melihat di sekeliling menara Eiffel. Aku harus ke mana? Semuanya, tidak ada tujuan hidup saat ini. Ke hotel? Oh tidak bisa-bisa tabunganku ludes hanya untuk menginap. Iya, salah satu jalan ke rumah Sean. Menginap beberapa hari saja. Aku sudah pasrah dia melakukan apa saja untukku.Saat berhenti di parkirkan rumah. Aku melihat Sean sedang berbincang-bincang dengan gadis yang cukup cantik dan seksi. Gadis itu sedikit menggoda Devano. Devano, menanggapinya dan mereka masuk kedalam rumah sambil saling merangkul. Aku sedikit cemburu kepadanya. Bagaimana dia memasukkan wanita kedalam rumahnya sedangkan Ronald masih ada kli
Aku masuk ke rumah kecil yang tak jauh dari pantai Paloma. Kehidupan baru sudah aku mulai sekarang. Tanpa ada tante, suami, iya aku mencoba hidup sendiri tanpa mereka. Aku merasa sedih karena Tante yang aku anggap orang tua telah mengusirku dari rumahku dan tidak menganggap aku anak lagi. Hanya karena poseku yang intim berciuman dengan Devano. Ah, aku tidak peduli yang jelas aku berciuman kepada suamiku sendiri. Devano. Kenapa aku rindu dengannya. Aku memegang ponselku dan aku menamatinya. Aku sudah ganti kartu seluler jadi tidak ada orang yang tahu nomor baruku.Rumah kecil ini. Aku sudah membelinya dua tahun yang lalu meskipun tidak ditempati aku membayar seseorang untuk membersihkannya. Tidak ada yang tahu aku membeli rumah ini.“Permisi, Nona apakah ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita berusia kepala empat puluh datang menghampiriku. Dialah yang selalu membersihkan rumah kecilku ini. “Maaf jika saya kurang bersih.” Wanita itu tertunduk.“Tidak apa-apa, justru saya berterima k
07.00. pagiAku menyiapkan makan untuk Devano pagi ini. Mulai kemarin sore menginap di rumah kecilku yang dekat dengan pantai Paloma. Hari ini aku membuat omelette dan spaghetti dan tak lupa susu terhidang di atas meja. Aku ingin bertugas menjadi istrinya. Aku sudah selesai menyiapkan semua. Ponselku bergetar ada sebuah email masuk dari Leo kenapa dia mengirim email tumben sekali? Astaga aku lupa jika aku sudah mengganti nomor selulerku. Leo pasti bingung kenapa aku harus menghilang.✉️Honey, Minggu depan ada pemotretan produk kecantikan. Aku harap kau bisa. Where are you? Kau membuatku panik.Sebenarnya aku bersyukur jika mendapat banyak job. Namun, aku masih trauma dengan perkataan tanteku. Aku menghela nafas panjang. Aku tidak membalas email Leo yang jelas aku tahu kalau minggu depan ada pemotretan. Jam menunjukkan pukul 07.00 aku harus segera membangunkan suamiku.Aku membuka pintu kamar perlahan. Devano tidur di kamar tamu, dia masih terlelap. Aku melihatnya sekilas. Jika tidur d
Devano membanting pintu ruangan milik papanya, dia geram sekali dan tak lupa tangannya mengepalkan tangannya. Devano melihat majalah yang dipegangnya senyum-senyum. Devano sangat senang akhirnya cintanya dan Raina ter-publisih. Sepasang mata dari tadi menatapnya dengan tajam. Devano tidak menyadarinya, dia langsung menyahut majalahnya dan menjatuhkan serta menginjak-injak bagian sampulnya.“Ini tidak adil bagiku ...!” Natasya masih menginjak-injak majalah yang dibawa Devano. “Aku tidak terima jika harus seperti ini, dia bukan sainganku. Seharusnya dia tidak pantas untukmu.” Natasya masih saja menginjak-injak sampulnya. “Harusnya dia tidak ada di dunia ini!” Natasya kali ini menatap Devano“Kau ini mau apa Natasya. Jangan gila kamu!” Devano langsung merebut majalah yang di injak Natasya. Sampulnya sudah hancur. Devano sangat geram sekali dengan tingkah lakunya.“Kau mau apa katamu ...? Aku ingin merusak majalah ini dan melemparkannya ke wanita murahan itu. Enak sekali dia harus merebut
Terdiam sambil menatap Devano. Tidak ini mustahil bagiku. Ayo ... Raina jangan dibodohi oleh suatu keadaan. Berdua di Villa yang belum menikah secara sah. Mana prinsipmu sebagai perempuan yang harus menjaga martabatmu kenapa sekarang kau serahkan semuanya kepada Devano? Di satu sisi, Devano melihat Raina bengong malah gemas melihatnya. “Sayang, apa yang kau pikirkan?” Devano menatapku gemas dan ingin menggodaku.“Devano, bisakah kita tidak usah berdua di dalam Villa? Jujur, aku masih takut denganmu. Maafkan aku. Aku masih belum bisa menerima keadaan ini dan ...”“Dan itu semua karena aku mantan Casanova?” Devano langsung memotong pembicaraanku. Kedua mata indahnya menatapku tajam. Apakah aku salah berkata seperti itu? Aku melakukan ini karena ingin menjaga harkat dan martabatku tapi semua sudah sirna, semua yang ada pada diriku sudah kuserahkan kepadanya. ”Kenapa kau masih ragu denganku, Raina? Kamu seharusnya mengerti. Aku sudah mengorbankan semuanya hanya demi kamu. Namun, kalau
Aku masuk kedalam Villa. Di mana Devano? Mobilnya masih terparkir rapi di depan. Aku pergi pun dia tidak ada. Natasya perempuan itu masih terngiang-ngiang di kepalaku. Perempuan gila. Berani sekali dia menamparku. Seumur-umur baru kali ini aku ditampar. Mantan kekasih Devano. Pantas saja Devano sangat tidak menyukai perempuan itu. Kelakuannya saja jelek. Aku memegang pipiku yang masih sakit. Ini semua gara-gara wanita itu. Aku menyelusuri ruangan. Belum ada keberadaannya. Ah, lama-lama aku kesal. Aku benci. Lebih baik aku pulang saja. Aku berdiri di dekat jendela sambil melihat pemandangan pantai. Hari ini cukup cerah. Sebuah tangan melingkar di pinggangku dan memelukku. Aku tersenyum siapa pemilik tangan ini.“Raina, kenapa kau membuatku jadi seperti ini? Aku ingin menjauh darimu tapi aku tidak bisa.” Dia mencium pipiku dari belakang. Segera aku menjauh dari pelukannya. Devano melihatku bingung dengan kelakuanku. Aku langsung berlari ke luar Villa. Sudah cukup dengan kegilaan ini.
Aku duduk di tepi ranjang. Devano menyuruhku untuk menunggu di kamar. Pikiranku sudah kacau ke mana-mana yaitu mesum. Iya aku berpikir Devano akan melakukannya lagi. Gairah suamiku itu benar-benar tinggi. Namun, aku merasakan nyaman yang luar biasa dekat dengannya. Aku jatuh cinta dengan suamiku tersebut. Roland Orlando. Kenangan itu sudah hilang. Bagaimana keadaan rumah? Aku diusir dari rumah. Bagaimana aku kembali? Tante sudah tidak memedulikan aku lagi. Sedih rasanya harus kehilangan semua. Ponselku bergetar1 pesan masuk✉️Hey, Raina di mana kau? Namun, jangan jawab. Aku sudah tahu keberadaanmu. Kau baik-baik saja bukan?Aku langsung mengernyitkan keningku. Ternyata Devano memberi tahu dimana keberadaanku. Aku tertunduk lesu. Aku harus keamanan? Di ujung dunia pun Casanova itu tahu. Seolah dalam satu negara dia mempunyai mata-mata. Di mana aku sembunyi jika di tahu keberadaanku.Pintu tiba-tiba di buka. “Selamat malam, Nona.” Sapa dua orang perempuan membawa tas koper Siapa merek
Mobil Ferrari merah sampai di sebuah restourant yang cukup mewah dengan bagian depan dihiasi lampu klasik yang menabjukan. Ternyata dekat dengan pantai ada juga restourant sebagus ini. Aku takjub dengan desain restourant ini. Dilihat dari depan saja susah bagus apalagi di dalam. Devano membukakan pintu mobil. Aku melepas selt beltku dan membawa tas kecil berwarna hitam merek Dior.“Silahkan, Tuan putri.” Devano menunduk dan menyampingkan tangannya. Astaga aku memang di buat sebagai ratu hari ini. Aku melingkarkan tanganku di lengan sampingnya. Badannya berjalan tegak. Devano malam ini beda dari. Bisanya terlihat maskulin. Lelakiku ini bagai dewa Yunani. Aku tidak bosan untuk memujinya. Waiters mengantar kami ke ruangan yang di reservasi Devano. Namun entah kenapa tidak ada pengunjung sama sekali. Restoran semewah ini hanya aku dan Devano saja.“Devano, apakah ini private restoran?” bisikku sambil melihat tidak ada satupun pengunjung yang datang. “Apakah kau memesan ini buat kita?” Tan