Share

PERHATIAN SANG CASANOVA

Hawa dingin menusuk kalbu. Rintik hujan masih membasahi. Senja melukiskan keindahan di langit sore. Menyalakan api di tungku perapian yang nantinya aspanya di keluarkan melalui cerobong asap di atas. Penduduk di sekitar sini kebanyakan membaut perapian untuk menghangatkan ini adalah cara terbaik untuk menghangatkan badan. Berpuluh tahun baru kali ini Devano merasakan api di dalam tungku rumah. Sesekali dia mengusap tangannya karena dingin. Sweaternya bahkan tidak mampu menampung dinginnya tubuh.

Devano melirik ke belakang. Dari tadi Raina membuatkan teh lemon hangat belum juga selesai padahal sudah lima belas menit dia di dapur. Tidak ada suara dari arah dapur.

“Raina.” Panggil Devano dan menuju dapur. Betapa kagetnya tubuhnya tergeletak di dapur dengan kedua mata terpejam. Devano langsung lari menghampirinya. “Raina, bangun!” Devano menepuk pipinya berkali-kali tetapi tidak ada sahutan. “Raina, kamu kenapa?” tanyanya sekali lagi.

Dengan sigap Devano menggendong tubuh Raina dan mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status