Seorang perempuan masih terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. Devano terpaksa membawa Raina kemari karena kondisinya yang kritis. Morgan dan yang lainnya menghajar habis-habisan komplotan Natasya dan menjebloskan mereka ke tempat penjara. Kepala Devano sedikit pusing atas apa yang dia jalani saat ini mulai dari pekerjaan dan asmara. Devano berdiri di dekat jendela dan fokus melihat Raina yang masih terbaring lemah. Devano menyerahkan semua kepada Morgan. Natasya datang dengan Morgan sebelum di bawa ke penjara. Ini sudah kelewat batas Natasya melakukan hal yang keji dan kejam. Terdengar suara langkah kaki sedang menghampirinya. “Tuan Devano saya datang membawa nona Natasya.” Ucap Morgan sambil memborgol tangan Natasya. Devano ingin naik pitam .Urat nadinya terlihat jelas dan raut wajahnya sudah memerah. Kedua tangannya mengepal dengan sangat kuat. Melihat Devano muka seram seperti itu Natasya hanya bergidik ngeri. Perlahan Devano mengatur nafasnya. Secepat kilat dia membawa N
19.00 at Hospital... Roland masih terjaga menunggu Raina sampai sadar dari tidur panjangnya. Untuk klinik dia serahkan sama temannya sesama dokter. Sementara ini Roland ingin fokus menjaga Raina terlebih ada kabar dari Chris jika Devano sudah kembali ke Paris. Otomatis Devano mendengarkan perkataannya. Ini semua untuk kebaikan mereka berdua terutama Raina. Mata indah dari dokter muda tak henti-hentinya menatap Raina yang masih tertidur teringat cerita putri salju. Sekelebat dia ingin melakukan hal yang sama dengan pangeran, dia menghela nafas panjang dan mulai bangkit dari duduknya. Perlahan dia mendekatkan wajahnya ke arah Raina. Kali ini dia memakai oksigen nasal. Roland mencondongkan wajahnya dan bibirnya mulai menyentuh bibir Raina. Dan...“Devano.” Ucapnya lirih. Seketika Roland langsung menghentikan aksinya dan menjauh dari Raina kembali duduk di samping ranjang. Kata yang terucap pertama kali membuat Roland tertegun. Seharusnya bukan nama itu melainkan namanya yang pertama k
Duduk di kursi pesawat sambil melihat pemandangan di udara memang sangat menyenangkan. Birunya langit dan gumpalan awan terlihat indah dalam balutan lukisan langit biru. Cuaca hari ini cukup cerah tapi tidak secerah dengan hatiku. Disampingiku ada sang Casanova, dia tidak henti-hentinya menggenggam tanganku dengan erat. Aku melepaskan tanganku tapi dengan sigap tangannya membawaku lagi dalam genggamannya.Setelah Raina menandatangani surat cerai, entah kenapa Devano tidak bisa lepas dari Raina. Saat itulah dia kembali lagi ke desa tersebut dan menyatakan cinta kepada Raina. “Biarkan seperti ini, Sayang. Aku ingin selamanya tangan ini ada di genggamanku. Biarkan seperti ini.”Katanya sambil memejamkan matanya dan menggenggam erat tangan Raina. Kali ini Devano tidak mau jauh dari Raina. Dasar masih tidur saja pria ini bisa menggombal. Rain pasrah saja Devano melakukan hal ini. Bagaimana dengan nasibku kelak. Apakah dia akan terus menjaga? Sang Casanova ini memang membuat Raina dilanda
“Rumah siapa ini?” Devano bingung. Dari balik dalam jendela mobil Devano melihat Raina keluar dari taksinya, “Oke, kita pulang Morgan. Aku lega di mana dia berada.” Ucapnya dengan puas. Morgan melajukan mobilnya dan pergi. Raina langsung memencet bel. Semoga Jessy ada dirumah dan benar dia ada dirumah.“Raina.” Jessie langsung memeluk sahabatnya itu. “How are you, Raina? Aku benar-benar merindukanmu. Sudah lama kita tidak bertemu. Oh, Raina! Aku rindu denganmu.” Jessie memeluk Raina dengan erat sebagai rasa rindunya.“Jessie ...” Raina sedikit bingung mau mengatakan kepada sahabatnya karena Raina sungkan harus merepotkan sahabat terbaiknya ini.“What Raina. Duduklah ... sebentar!” Jessie mempersilahkan Raina duduk di teras rumahnya. Raina menghela nafas panjang.“Boleh aku menginap di rumahmu untuk sementara waktu ...?” Tanyaku sedikit takut. Jessie hanya terdiam. “Kalau memang tidak boleh, aku tidak apa-apa, Jessie. Aku pergi saja.” Raina mulai tidak enak dengan Jessie meskipun dia
Aku benar-benar tidak bisa menyangka, Devano membuatku merasa kenyamanan. Devano melepaskan ciumannya dan memandang kearahku sambil mengelus pipiku dengan lembut dan langsung memeluk ku dengan erat. Aku mulai nyaman dekat dengannya. Sepertinya aku sudah mulai membuka hatiku untuknya.“Raina, aku pulang saja. Maaf kalau aku menginap disini bakal ada sesuatu hal yang tidak di inginkan. Aku tahu aku egois, tidak mementingkan perasaanmu tapi kamu harus tahu, aku benar-benar mencintaimu.” Bisik Devano manja. Aku menggelinjang geli. Iya meskipun kita sudah menikah tapi rasanya kita masih kaku dalam sebuah pernikahan. Aku mendorongnya sampai dia terjatuh ke ranjang. Astaga, aku bingung dengan apa yang ada di posisiku saat ini.” Aku pulang, Raina.” Devano mencium keningku dan tiba-tiba saja petir berbunyi dengan keras. Aku langsung memeluk Devano dari belakang. Devano terdiam sejenak melihat tingkah lakuku.“Aku takut, Devano. Aku memang trauma dengan suara petir yang cukup keras.” Kataku ke
Aku dan Devano malam ini akan menghadiri pesta pernikahan Rose sekalian kita akan reuni satu sekolahan bagi yang diundang. Nanti bakal ada heboh dengan gosip-gosip dari mereka. Bagaimana tidak, aku dan Devano akan datang bersama. Mantan gadis cupu dan polos harus berpasangan dengan Casanova yang terkenal di sekolahan. Aku senang nanti bakal ada yang iri kepadaku. Ah, biarkan saja itu sebagai bentuk balas dendamku kepada mereka karena telah merendahkan aku.Devano mengajakku untuk make up dengan penata riasnya. Sebenarnya dia ini model atau Casanova banyak sekali orang yang dikenalnya di sini.Devano tak henti-hentinya memegang tanganku sambil menyetir mobil. Aku merasakan nyaman yang luar biasa. Itu berarti aku jatuh cinta dengannya. Namun, aku gengsi untuk mengatakan cinta kepadanya. Sekali-kali jadi perempuan harus jaga diri.“Sayang, kau belum menjawab cintaku. Apakah ... kau mencintaiku?” Ternyata Devano masih saja penasaran dengan jawabanku. Aku hanya tersenyum.Aku hanya diam. M
Rasa sakit dan kesal dirasakan oleh Belinda. Devano menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Belinda hanya cuek, dia sudah puas bisa memperlakukan Raina dan menceburkan dia ke kolam renang. Devano melihat Raina masih pingsan, dia segera menggendongnya. Sebelum pergi Devano menatap Belinda lagi dengan penuh kebencian.“Mau sampai kapan kamu memperlakukan orang seperti ini? Dengar baik-baik, Belinda yang terhormat jika, Raina terjadi apa-apa atau dia sampai meninggal kamu harus bertanggung jawab jangan sampai kamu kabur, jika kabur aku akan mencarimu ke seluruh dunia dan asal perlu tahu. Aku tidak Sudi lagi bersamamu dan dengarkan baik-baik, Raina adalah istriku. PAHAM!” Devano membentak Belinda. Semua orang yang ada di acara resepsi Rose tersentuh mendengar kata-kata Devano. Devano menggendong Raina dan semua mata tertuju kepada dua sejoli ini. Hatinya sakit istrinya diperlakukan seperti ini. Baginya, gadis ini adalah nyawanya. Devano langsung pergi ke rumah sakit sepertinya Raina t
“Lepaskan aku, Devano Lepaskan!” Aku meronta mencoba melepaskan pegangan tangannya yang begitu kuat membuat pergelangan tanganku begitu sakit kenapa dengan suamiku? Padahal aku ingin mengantarkan makanan untuknya di kantor sebagai rasa perhatianku sebagai seorang istri. Devano membawaku ke sebuah ruangan yang begitu luas, aku yakin ini adalah ruangannya, dia membanting pintu dengan keras membuatku tertegun dan mengunci pintu ruangannya. Aku bingung. Rasanya aku ingin menangis sekencangnya. Aku menatap horor ke arahnya.Devano mengambil sesuatu dan melemparkannya kearahku. “Lihat itu!” Devano menyuruhku melihat sebuah majalah yang dia lempar tepat di depanku. Aku jongkok dan mengambilnya sebuah majalah dari Liberty. Lalu apa hubungannya?“Buka halaman enam belas. Cepat!” Katanya dengan nada marah. Aku langsung membuka halaman yang dia suruh. Ada apa dengannya. Rasa takut melandaku saat ini. Aku membuka halaman pertama betapa terkejutnya aku. Ada berita tentangku dan kali ini bersama