“Lepaskan aku, Devano Lepaskan!” Aku meronta mencoba melepaskan pegangan tangannya yang begitu kuat membuat pergelangan tanganku begitu sakit kenapa dengan suamiku? Padahal aku ingin mengantarkan makanan untuknya di kantor sebagai rasa perhatianku sebagai seorang istri. Devano membawaku ke sebuah ruangan yang begitu luas, aku yakin ini adalah ruangannya, dia membanting pintu dengan keras membuatku tertegun dan mengunci pintu ruangannya. Aku bingung. Rasanya aku ingin menangis sekencangnya. Aku menatap horor ke arahnya.Devano mengambil sesuatu dan melemparkannya kearahku. “Lihat itu!” Devano menyuruhku melihat sebuah majalah yang dia lempar tepat di depanku. Aku jongkok dan mengambilnya sebuah majalah dari Liberty. Lalu apa hubungannya?“Buka halaman enam belas. Cepat!” Katanya dengan nada marah. Aku langsung membuka halaman yang dia suruh. Ada apa dengannya. Rasa takut melandaku saat ini. Aku membuka halaman pertama betapa terkejutnya aku. Ada berita tentangku dan kali ini bersama
Lumatan bibir itu membuatku melayang. Ditengah hujan deras di sebuah Castil. Aku memakai baju layaknya cinderella dan dia bagaikan pangeran. Castil sangat hening tidak ada siapa pun. Hanya bunyi hujan deras, dia tidak henti-hentinya memainkan bibirnya. Lelaki ini membuatku candu. Ketampanannya yang sempurna. Tidak heran banyak wanita tergila-gila kepadanya, dia membelai wajahku yang basah karena hujan. Bajuku cinderella yang lumayan tipis basah memperlihatkan lekuk tubuhku termasuk buah dadaku. Aku tidak memakai breast horder. Tangan nakal lelaki itu tidak henti-hentinya meremas dadaku yang menyembul besar. Aku terbuai oleh cumbuan lelaki ini.KRING ....Tiba-tiba suara jam weker berbunyi keras. Aku dengan malas meraihnya dan mematikannya dan aku kembali tidur lagi. Sial, jam weker itu telah mengganggu mimpiku yang indah bersama Devano Aku senyum-senyum sendiri. Indahnya mimpi itu. Terlihat sangat nyata bagiku. Aku terbangun ketika merasakan cahaya matahari yang menyilaukan mataku. As
Wajahnya membuatku semakin kagum dan terpesona. Aku tersenyum tipis. Devano hanya mengernyitkan keningnya. Aku masih berdiri di di luar mobil Ferari merah yang terpampang di depan teras. Devano mendekatiku dan merapatkan tubuhnya. Astaga, makin lama aku makin jatuh cinta sama suamiku ini. Namun, aku harus bersikap dingin dan cuek. Devano memegang daguku. Jangan sampai dia mau menciumku kembali.“Kenapa kau buat aku makin jatuh cinta dan tergila-gila, Raina? Kenapa sikap cuek dan dingin mu membuatku gemas? Jangan ketus seperti itu? Kau membuatku makin penasaran. Kau mau ... ke mana? Apakah ada pemotretan yang spesial?” Tanyanya dengan nada yang lembut. Bau parfumnya begitu maskulin dan menenangkan dalam indra penciumanku. Paras dan pesona Casanova ini bak dewa Yunani.“Pergilah ... aku ada urusan penting dibandingkan harus mengurusimu.” Aku mendorong sedikit tubuh Devano agar aku bisa menjauh dari tubuh Sean."Kau mengusirku, Raina?" ujarnya. “I ... Iya, tentu saja. Aku mengusirmu. S
Sang Casanova kali ini kharismanya benar-benar membuatku tergila-gila, dia seperti magnet dalam hidupku. Kami hanya hening tidak ada suara. Aku melihat dia dari kaca cermin dari tadi tak berkedip sama sekali. Apakah dia terpesona juga dengan kecantikanku. Aku menghela nafas panjang. Lama-lama ditatap olehnya ini jantungku berdetak tidak karuan.“Hai ... Devano! Jangan menatapku terus! Aku jadi malu. Tatapanmu membuatku makin tidak karuan.” Kataku dengan ketus. Devano hanya tersenyum kepadaku tanpa berkata sepatah kata apa pun.“Apakah kau tidak bisa memanggilku dengan kata Sayang? Raina, kau adalah istriku sekarang. Kenapa, susah sekali memanggil kata Sayang. Apakah aku tidak berarti lagi bagimu?” Kedua mata toscanya menginginkan harapan dariku.“Sangat susah sekali jika memanggilmu kata Sayang. Hem ... Butuh waktu yang cukup lama.” Sindirku. Aku memang sedikit cuek dengannya.“Hati perempuan sulit sekali dimengerti.” Devano sedikit kecewa. Aku hanya tertawa kecil melihat tingkah laku
Aku mengemudikan mini cooperku dan aku bingung mau ke mana. Setelah beredar fotoku dengan Devano yang sangat intim. Pasalnya tanteku sangat menyayangkan pose tersebut. Hinaan dan cacian aku terima. Aku kali ini ingin menyendiri dulu. Kali ini tidak ada tujuan hidup. Devano, apakah aku minta bantuan kepadanya. Aku benci semuanya. Aku menghentikan mobilku di dekat taman dan melihat di sekeliling menara Eiffel. Aku harus ke mana? Semuanya, tidak ada tujuan hidup saat ini. Ke hotel? Oh tidak bisa-bisa tabunganku ludes hanya untuk menginap. Iya, salah satu jalan ke rumah Sean. Menginap beberapa hari saja. Aku sudah pasrah dia melakukan apa saja untukku.Saat berhenti di parkirkan rumah. Aku melihat Sean sedang berbincang-bincang dengan gadis yang cukup cantik dan seksi. Gadis itu sedikit menggoda Devano. Devano, menanggapinya dan mereka masuk kedalam rumah sambil saling merangkul. Aku sedikit cemburu kepadanya. Bagaimana dia memasukkan wanita kedalam rumahnya sedangkan Ronald masih ada kli
Aku masuk ke rumah kecil yang tak jauh dari pantai Paloma. Kehidupan baru sudah aku mulai sekarang. Tanpa ada tante, suami, iya aku mencoba hidup sendiri tanpa mereka. Aku merasa sedih karena Tante yang aku anggap orang tua telah mengusirku dari rumahku dan tidak menganggap aku anak lagi. Hanya karena poseku yang intim berciuman dengan Devano. Ah, aku tidak peduli yang jelas aku berciuman kepada suamiku sendiri. Devano. Kenapa aku rindu dengannya. Aku memegang ponselku dan aku menamatinya. Aku sudah ganti kartu seluler jadi tidak ada orang yang tahu nomor baruku.Rumah kecil ini. Aku sudah membelinya dua tahun yang lalu meskipun tidak ditempati aku membayar seseorang untuk membersihkannya. Tidak ada yang tahu aku membeli rumah ini.“Permisi, Nona apakah ada yang bisa saya bantu?” Seorang wanita berusia kepala empat puluh datang menghampiriku. Dialah yang selalu membersihkan rumah kecilku ini. “Maaf jika saya kurang bersih.” Wanita itu tertunduk.“Tidak apa-apa, justru saya berterima k
07.00. pagiAku menyiapkan makan untuk Devano pagi ini. Mulai kemarin sore menginap di rumah kecilku yang dekat dengan pantai Paloma. Hari ini aku membuat omelette dan spaghetti dan tak lupa susu terhidang di atas meja. Aku ingin bertugas menjadi istrinya. Aku sudah selesai menyiapkan semua. Ponselku bergetar ada sebuah email masuk dari Leo kenapa dia mengirim email tumben sekali? Astaga aku lupa jika aku sudah mengganti nomor selulerku. Leo pasti bingung kenapa aku harus menghilang.✉️Honey, Minggu depan ada pemotretan produk kecantikan. Aku harap kau bisa. Where are you? Kau membuatku panik.Sebenarnya aku bersyukur jika mendapat banyak job. Namun, aku masih trauma dengan perkataan tanteku. Aku menghela nafas panjang. Aku tidak membalas email Leo yang jelas aku tahu kalau minggu depan ada pemotretan. Jam menunjukkan pukul 07.00 aku harus segera membangunkan suamiku.Aku membuka pintu kamar perlahan. Devano tidur di kamar tamu, dia masih terlelap. Aku melihatnya sekilas. Jika tidur d
Devano membanting pintu ruangan milik papanya, dia geram sekali dan tak lupa tangannya mengepalkan tangannya. Devano melihat majalah yang dipegangnya senyum-senyum. Devano sangat senang akhirnya cintanya dan Raina ter-publisih. Sepasang mata dari tadi menatapnya dengan tajam. Devano tidak menyadarinya, dia langsung menyahut majalahnya dan menjatuhkan serta menginjak-injak bagian sampulnya.“Ini tidak adil bagiku ...!” Natasya masih menginjak-injak majalah yang dibawa Devano. “Aku tidak terima jika harus seperti ini, dia bukan sainganku. Seharusnya dia tidak pantas untukmu.” Natasya masih saja menginjak-injak sampulnya. “Harusnya dia tidak ada di dunia ini!” Natasya kali ini menatap Devano“Kau ini mau apa Natasya. Jangan gila kamu!” Devano langsung merebut majalah yang di injak Natasya. Sampulnya sudah hancur. Devano sangat geram sekali dengan tingkah lakunya.“Kau mau apa katamu ...? Aku ingin merusak majalah ini dan melemparkannya ke wanita murahan itu. Enak sekali dia harus merebut