"Iya," jawab Azahra dengan tersenyum memandang suaminya. Ia berangsur duduk dan beranjak dari atas tempat tidur. Ia berjalan menuju ke lemari dengan memegang perut bagian bawahnya. Azahra mengambil pakaian untuk dipakai suaminya ke masjid.
Diletakkannya baju koko, peci, kain sarung serta pakaian dalam untuk dipakai suaminya di atas tempat tidur. Ia kemudian duduk di tepi tempat tidur dengan tersenyum memandang Zikra. "Alhamdulillah, Daddy bisa terima Zikra dengan baik. Daddy juga sayang Zikra. Mommy gak sangka, Daddy bangun tengah malam, buka pampers, walaupun gak bisa pasang lagi ya nak." Azahra tertawa dan menutup mulutnya. "Rara yakin, Dina di sana sudah tenang, melihat anaknya di sini tidak kurang kasih sayang. Nanti bila Zikra sudah besar dikit lagi, Rara akan bawa Zikra ke makam Dina." Ia berkata di dalam hati. Apa yang terjadi dengan sahabatnya di akhir hidupnya, sungguh membuat Azahra prihatin. Hanya kepada Azahra, Dina berani menitipkan anaknya, karena Dina yang tida
Azahra terbangun ketika perutnya terasa sakit. Dilihatnya Ferdi yang sedang terbangun di tengah malam. Meskipun perutnya sakit, namun Azahra tidak ingin mengadu. Ia memilih untuk pura-pura tidur, dan melihat bagaimana cara suaminya mengurus Zikra bila tengah malam. Selama bayi Zikra bersama dengan Azahra, Ferdi tidak pernah membangunkan Azahra di tengah malam."Mau minum ya nak, kita hangatkan susu dulu." Ferdi tersenyum. Sebelah tangannya menggendong Zikra, sedangkan satu tangannya lagi mengambil susu di dalam kulkas dan menghangatkannya.Setelah susu selesai dihangatkan, Ferdi berjalan ke arah tempat tidur. Ia naik ke atas tempat tidur dengan pelan-pelan. Diletakkannya Zikra di samping Azahra. Ferdi kemudian memasukkan kepala kompeng ke dalam mulut Zikra.Rasa sakit perutnya semakin terasa. Azahra sudah tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya, ia akhirnya membuka matanya dan memandang suaminya."Mommy bangun?" Tanya Ferdi.Azahra mengangg
"Apa sudah sakit sekali sayang?" Tanya Indah."Iya ma, sakit ma, sakit kali." Azahra menangis.Indah memegang bagian perut menantunya. Ia sedikit menekan-nekan bagian atas perut tersebut.Ferdi duduk di tepi tempat tidur dan mengusap-usap kepala istrinya."Sebentar ya dek, Abang buka pintu dulu," ucap Ferdi yang beranjak dari duduknya dan membuka pintu kamarnya."Ini pak Ferdi alat medis ibu," ucap ART di rumahnya.Ferdi menganggukkan kepalanya. "Terima kasih bik," ucapnya yang mengambil tas yang diberikan bik Mun. Ferdi dengan cepat masuk ke dalam kamarnya. "Ini ma." Ferdi memberikan tas yang berwarna hitam itu kepada mamanya.Indah mengambil sarung tangan berwarna putih dan mengoleskan sarung tangan itu dengan gel. "Kakinya dibuka sayang," ucapnya.Azahra menggelengkan kepalanya."Kenapa nggak mau?" tanya Indah."Rara malu ma," jawab Azahra yang menutup wajahnya. Meskipun perutnya saat ini terasa begitu am
Rasa bahagia tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Rasa sakit yang tadi dirasakannya kini terganti sudah dengan rasa bahagia, ketika mendengar suara tangis putranya. Azahra menangis saat menyadari bahwa sang buah hati sudah terlahir di dunia."Terima kasih ya dek, terima kasih." Ferdi mencium kening istrinya berulang-ulang kali. Pria itu mencium pipi kiri dan kanan, serta bibir.Azahra tersenyum saat mendengar ucapan terima kasih dari suaminya. "Abang masih punya janji sama Rara?" ucapnya."Janji apa?"Ferdi berpura-pura lupa."Tadi katanya Rara boleh minta apa aja." Azahra memajukan bibirnya. Dirinya sudah memiliki sesuatu permintaan yang ingin dimintanya."Apa?" tanya Ferdi."Nanti Rara kasih tahu kalau sudah lewat 40 hari." Azahra tersenyum."Kenapa harus nunggu sampai 40 hari? Minta sekarang juga, Abang akan kasih." Ferdi menarik hidung istrinya."Setelah 40 hari permintaannya baru bisa dilakukan."Ferdi
Attar begitu sangat bahagia ketika menyambut kelahiran cucunya. Berulang-ulang kali Attar mencium pipi cucunya."Mau lagi yang seperti ini by, Isa masih bisa nambah." Alisa berbisik di telinga suaminya.Attar yang sejak tadi fokus dengan cucunya, tertawa saat mendengar bisikan istrinya. Ia memandang istrinya dan menarik hidung mancung milik istrinya. "Masih sanggup?"Alisa menganggukkan kepalanya."Pikir nanti ya," Attar mengusap kepala istrinya. Ia begitu sangat tidak tega bila melihat istrinya kesakitan, dan karena alasan ini Attar masih mempertimbangkan untuk menambah anggota baru di keluarganya."Iya by." Alisa tersenyum dan mencium pipi cucunya.“Mau coba gantian bang?" Tanya Attar. Ia memandang Abangnya yang saat ini menggendong bayi Zikra."Mau lah," Jawab Andi."Sini pa, Zikra aku yang pegang," Ferdi mengambil bayi perempuan dari tangan papanya."Sama Daddy dulu ya cu." Andi memberikan Zikra Ke tangan Ferdi
Azahra bangun dan memandang Daddy, mommy, Mama serta papa mertuanya sedang berada di dalam kamarnya."Sayang, Daddy sudah bangun?" Attar tersenyum. Pria itu beranjak dari duduknya. Ia berjalan mendekati Azahra dan duduk di tepi tempat tidur. Sejak tadi Attar sudah sangat tidak sabar menunggu Putri kesayangannya bangun.Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Apa mau makan?" tanya Attar dengan tersenyum. Attar sangat memahami bahwa wanita yang baru selesai melahirkan, selera makan akan naik. Pada umumnya mereka akan kuat makan."Iya, Rara mau makan." Azahra tersenyum memandang Daddynya."Daddy suapin, ini Daddy sudah siapkan bubur ayam." Attar mengambil bubur ayam yang berada di atas nakas. Pria yang baru saja menyandang status kakek itu, terlihat sedang membujuk putri kesayangannya.Dengan cepat Azahra menganggukkan kepalanya. Dirinya selalu manja dengan Daddy nya, apalagi bila sedang sakit, maka Daddynya akan menyuapinya makan.
"Fer ini sudah sore, coba lihat Azahra di kamar, apa sudah bangun? Kalau belum, bangunin lagi, nanti malah kesorean mandinya." Indah mengingatkan Ferdi."Iya ma, ini mau ke kamar," jawab Ferdi."Kalau kamu nggak bisa mandiin, Zavier dan juga Zikra biar aja mama atau perawat yang mandiin." Indah tersenyum memandang Ferdi. Indah tidak yakin, bahwa Ferdi bisa mandikan kedua cucunya."Enggak usah ma, aku aja. Aku sudah bisa kok mandiinnya, tadi pagi sudah belajar," jawab Ferdi yakni."Ya sudah kalau gitu, nanti kalau butuh kasih tau aja Mama." Meskipun Indah tidak yakin, namun ia tetap tidak melarang putranya untuk mandikan anak-anaknya sendiri."Aku mau ke kamar dulu lihat Azahra ya ma." Ferdi tersenyum dan kemudian pergi ke kamarnya.Ferdi masuk ke dalam kamar, ia tersenyum ketika melihat Azahra yang sedang tidur dengan kedua anaknya. Saat ini sudah sore dan istrinya masih tampak tertidur lelap."Hai mommy, ayo bangun ini sudah sore, ma
Setelah kelahiran anaknya, Ferdi selalu pulang ke rumah tepat waktu. Pria itu selalu merasa rindu terhadap kedua anaknya. Apalagi saat ini kedua anaknya sudah mulai pandai tersenyum."Assalamualaikum," ucap Ferdi yang membuka pintu kamarnya."Waalaikumsalam, lihat Daddy sudah pulang." Azahra tersenyum memandang suaminya. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Ferdi yang saat ini sudah berdiri di belakangnya. Disalaminya tangan suaminya dan mencium punggung tangan tersebut. Azahra mengambil tas yang dipegang suaminya dan meletakkan tas itu di tempatnya."Mommy sudah mandi?" Ferdi mengusap kepala istrinya dan mencium bibirnya."Sudah dad," jawab Azahra dengan tersenyum."Ini anak-anak Daddy, apa sudah mandi juga?" Ferdi tersenyum memandang kedua anaknya yang sedang bermain di lantai yang beralas karpet bulu tebal"Sudah dad, kami sudah wangi semua," jawab Azahra."Daddy mandi dulu ya, nanti setelah mandi kita main-main." Fe
Ferdi berbaring di atas tempat tidur dengan nafas yang naik turun begitu juga dengan Azahra. Apa yang mereka lakukan saat ini mereka sedang mengatur pernafasannya yang seperti orang selesai berlari.Berulang kali Ferdi mencium bibir istrinya. Pria itu juga mencium bahu istrinya. "Terimakasih sayang." Ferdi tersenyum."Iya," jawab Azahra yang menatap wajah tampan milik suaminya."Sepertinya kurang kalau hanya 1 kali." Ferdi mengusap pipi milik Azahra.Mata Azahra terbuka lebar saat mendengar apa yang dipinta oleh suaminya. "Abang kurang terus." Azahra memajukan bibirnya."Mau gimana lagi dek, soalnya enak." Ferdi mengulum senyumnyaAzahra tertawa Ketika mendengar jawaban suaminya. "Nanti Rara kasih bonus dua, tiga bahkan lima." Azahra tersenyum lebar dan memperlihatkan deretan gigi putih miliknya. Ia berkata dengan sangat yakin.Ferdi membesarkan matanya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh istrinya. "Adek gak sedang bercanda