Attar begitu sangat bahagia ketika menyambut kelahiran cucunya. Berulang-ulang kali Attar mencium pipi cucunya.
"Mau lagi yang seperti ini by, Isa masih bisa nambah." Alisa berbisik di telinga suaminya.
Attar yang sejak tadi fokus dengan cucunya, tertawa saat mendengar bisikan istrinya. Ia memandang istrinya dan menarik hidung mancung milik istrinya. "Masih sanggup?"
Alisa menganggukkan kepalanya.
"Pikir nanti ya," Attar mengusap kepala istrinya. Ia begitu sangat tidak tega bila melihat istrinya kesakitan, dan karena alasan ini Attar masih mempertimbangkan untuk menambah anggota baru di keluarganya.
"Iya by." Alisa tersenyum dan mencium pipi cucunya.
“Mau coba gantian bang?" Tanya Attar. Ia memandang Abangnya yang saat ini menggendong bayi Zikra.
"Mau lah," Jawab Andi.
"Sini pa, Zikra aku yang pegang," Ferdi mengambil bayi perempuan dari tangan papanya.
"Sama Daddy dulu ya cu." Andi memberikan Zikra Ke tangan Ferdi
Azahra bangun dan memandang Daddy, mommy, Mama serta papa mertuanya sedang berada di dalam kamarnya."Sayang, Daddy sudah bangun?" Attar tersenyum. Pria itu beranjak dari duduknya. Ia berjalan mendekati Azahra dan duduk di tepi tempat tidur. Sejak tadi Attar sudah sangat tidak sabar menunggu Putri kesayangannya bangun.Azahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya."Apa mau makan?" tanya Attar dengan tersenyum. Attar sangat memahami bahwa wanita yang baru selesai melahirkan, selera makan akan naik. Pada umumnya mereka akan kuat makan."Iya, Rara mau makan." Azahra tersenyum memandang Daddynya."Daddy suapin, ini Daddy sudah siapkan bubur ayam." Attar mengambil bubur ayam yang berada di atas nakas. Pria yang baru saja menyandang status kakek itu, terlihat sedang membujuk putri kesayangannya.Dengan cepat Azahra menganggukkan kepalanya. Dirinya selalu manja dengan Daddy nya, apalagi bila sedang sakit, maka Daddynya akan menyuapinya makan.
"Fer ini sudah sore, coba lihat Azahra di kamar, apa sudah bangun? Kalau belum, bangunin lagi, nanti malah kesorean mandinya." Indah mengingatkan Ferdi."Iya ma, ini mau ke kamar," jawab Ferdi."Kalau kamu nggak bisa mandiin, Zavier dan juga Zikra biar aja mama atau perawat yang mandiin." Indah tersenyum memandang Ferdi. Indah tidak yakin, bahwa Ferdi bisa mandikan kedua cucunya."Enggak usah ma, aku aja. Aku sudah bisa kok mandiinnya, tadi pagi sudah belajar," jawab Ferdi yakni."Ya sudah kalau gitu, nanti kalau butuh kasih tau aja Mama." Meskipun Indah tidak yakin, namun ia tetap tidak melarang putranya untuk mandikan anak-anaknya sendiri."Aku mau ke kamar dulu lihat Azahra ya ma." Ferdi tersenyum dan kemudian pergi ke kamarnya.Ferdi masuk ke dalam kamar, ia tersenyum ketika melihat Azahra yang sedang tidur dengan kedua anaknya. Saat ini sudah sore dan istrinya masih tampak tertidur lelap."Hai mommy, ayo bangun ini sudah sore, ma
Setelah kelahiran anaknya, Ferdi selalu pulang ke rumah tepat waktu. Pria itu selalu merasa rindu terhadap kedua anaknya. Apalagi saat ini kedua anaknya sudah mulai pandai tersenyum."Assalamualaikum," ucap Ferdi yang membuka pintu kamarnya."Waalaikumsalam, lihat Daddy sudah pulang." Azahra tersenyum memandang suaminya. Ia beranjak dari duduknya dan mendekati Ferdi yang saat ini sudah berdiri di belakangnya. Disalaminya tangan suaminya dan mencium punggung tangan tersebut. Azahra mengambil tas yang dipegang suaminya dan meletakkan tas itu di tempatnya."Mommy sudah mandi?" Ferdi mengusap kepala istrinya dan mencium bibirnya."Sudah dad," jawab Azahra dengan tersenyum."Ini anak-anak Daddy, apa sudah mandi juga?" Ferdi tersenyum memandang kedua anaknya yang sedang bermain di lantai yang beralas karpet bulu tebal"Sudah dad, kami sudah wangi semua," jawab Azahra."Daddy mandi dulu ya, nanti setelah mandi kita main-main." Fe
Ferdi berbaring di atas tempat tidur dengan nafas yang naik turun begitu juga dengan Azahra. Apa yang mereka lakukan saat ini mereka sedang mengatur pernafasannya yang seperti orang selesai berlari.Berulang kali Ferdi mencium bibir istrinya. Pria itu juga mencium bahu istrinya. "Terimakasih sayang." Ferdi tersenyum."Iya," jawab Azahra yang menatap wajah tampan milik suaminya."Sepertinya kurang kalau hanya 1 kali." Ferdi mengusap pipi milik Azahra.Mata Azahra terbuka lebar saat mendengar apa yang dipinta oleh suaminya. "Abang kurang terus." Azahra memajukan bibirnya."Mau gimana lagi dek, soalnya enak." Ferdi mengulum senyumnyaAzahra tertawa Ketika mendengar jawaban suaminya. "Nanti Rara kasih bonus dua, tiga bahkan lima." Azahra tersenyum lebar dan memperlihatkan deretan gigi putih miliknya. Ia berkata dengan sangat yakin.Ferdi membesarkan matanya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh istrinya. "Adek gak sedang bercanda
Azahra diam memandang Pendi dan juga Mala. "Rara datang kesini bukan untuk mencari Dina.""Begitu ya, kami kira datang ke sini untuk mencari Dina." Mala sedikit tersenyum.Azahra menggelengkan kepalanya. "Tujuan Rara dan suami datang ke sini, untuk berjumpa dengan bapak dan ibu," jawab Azahra kemudian.Azahra memandang pasangan suami istri yang duduk di depannya. Pasangan suami-istri itu hanya diam dan sedikit menundukkan kepalanya."Sebenarnya kami malu untuk cerita sama Azahra tentang Dina, namun daripada nanti dengar dari orang lain, lebih baik kami yang memberitahu," ucap Mala."Iya Bu," jawab Azahra."Beberapa bulan yang lalu, Dina mengaku hamil dengan kami, sedangkan laki-laki yang menghamilinya, ternyata sudah kabur. Pada waktu itu kami sangat marah, kami sangat malu dan kecewa terhadap Dina, sehingga kami mengusirnya dari rumah. Setelah itu, kami sudah tidak ada lagi komunikasi dengan Dina. Terakhir dia datang kesini untuk mengambil
Apa yang terjadi seakan masih tidak bisa dipercayanya. Namun bukti nyata yang dilihatnya memang benar, anak yang sudah dibesarkannya sudah tiada. Air matanya seakan tidak ada henti-hentinya menetes ketika menyesali apa yang telah diperbuatnya. Hanya rasa menyesal yang saat yang dirasakan Mala.Pendi hanya diam, menahan rasa sesak di dadanya. Apa yang dilakukannya terhadap Dina, kini terbayang dalam pandangannya. Ia mengingat saat Dina masih berusia 2 tahun, hampir setiap malam ia menggendongnya, dan membawanya keluar untuk melihat bintang bila Dina sedang menangis. Pendi terbayang mengantarkan Dina ke sekolah. Semua kenangan kembali melintas di pandangannya.Selama di perjalanan menuju rumahnya, ia hanya diam dan mengingat kenangan-kenangan ketika Dina masih bersamanya.Mobil yang mereka tumpangi berhenti di halaman rumahnya. Pendi dan juga Mala turun dari dalam mobil, mereka berjalan ke rumahnya.“Assalamualaikum." Ucap Mala, Pendi dan Ferdi.
Azahra sudah mulai sibuk dengan rutinitas kuliahnya. Ia datang ke rumah mamanya dengan membawa 2 orang anaknya dan juga dua orang baby sister untuk mengasuh anak-anaknya. Jadi Mama mertuanya hanya sekedar melihat cucunya saja."Assalamualaikum nenek, Atuk, Zavier dan Zikra datang." Azahra masuk ke dalam rumah, ia menyalami tangan mama dan papa mertuanya."Waalaikumsalam, cucu-cucu atuk sudah datang." Andi tersenyum. Pria yang memakai baju kaos putih tanpa kerah, dan kain sarung itu beranjak dari duduknya, ia mengambil 1 orang cucunya dan menggendongnya."Cucu-cucu nenek main di sini ya," Indah mengambil satu orang cucunya.Indah tersenyum ketika memandang wajah cucunya yang tersenyum memandangnya."Iya nenek, mommy kuliah nanti sampai jam 3," jelas Azahra."Biar aja mommynya kuliah ya cu, kita di sini aja sama nenek dan atuk. Biar mommy bisa cepat jadi sarjana." Indah tersenyum dan mencium pipi bulat milik Zikra. Tubuh Bayi berwajah ca
Kuliah sambil mengurus dua orang bayi memang bukanlah hal yang mudah, namun apa yang dijalaninya terasa begitu sangat membahagiakan meskipun terkadang lelah. Azahra bisa saja memaksa kedua bayinya untuk bermain bersama dengan baby sister. Namun dirinya tidak tega ketika mengingat dari pagi hingga sore, sudah berada di kampus untuk kuliah. Begitu sampai di rumah malah sibuk dengan tugas kuliahnya, bahkan anak-anaknya tidak disentuh. Pada akhirnya Azahra memutuskan untuk bermain bersama anaknya di kamar sambil mengerjakan tugas-tugas kampusnya."Apa nak?" Azahra menepuk tangannya sambil membunyikan mulutnya. Melihat dirinya seperti ini saja sudah membuat kedua anaknya tertawa."Zikra sama Zavier main ya, mommy mau buat tugas dulu. Nanti kalau tugas mommy sudah selesai, kita main lagi." Azahra mencoba untuk mengajak kedua anaknya bekerjasama. Hari ini, Azahra kuliah hanya sampai jam 2 siang, sehingga ia berada di rumah lebih cepat."Anak-anak mommy sangat pengertia