Sudah seminggu Emma bekerja di EN Company. Dia merasa sangat bersemangat namun juga kelelahan. Beban pekerjaan yang dia miliki benar-benar berbeda dengan perusahaan sebelumnya, untung gajinya juga berbeda jauh. Hari ini Emma berencana mengambil gambar lokasi proyek. Dia ingin menyelesaikan pekerjaannya hari ini, karena besok akhir minggu dan dia ingin bersantai di rumah. Dia harus pergi sendirian ke bukit yang terletak cukup jauh dari kota. Emma yakin semua orang terlalu sibuk dan tidak bisa menemaninya."Jose, aku akan pergi ke bukit siang ini, mengambil foto lokasi proyek kita untuk dimasukkan ke dalam video promosi yang aku buat," ucap Emma kepada Jose."Apakah bukitnya jauh?" tanya Jose yang tidak mengenal Calamba karena dia berasal dari ibukota."Apa kau tahu hutan pinus yang berada di belakang proyek yang kita kerjakan?"Jose mengangguk."Dia berada di situ," jawab Emma sambil tersenyum."Itu cukup jauh. Apa kau akan pergi sendirian kesana?" "Apa kau mau menemaniku?" Jose ter
"Halo Emma," ucap pria yang berpakaian serba hitam, menggunakan masker dan topi hitam dengan tenang, kali ini dia memegang pisau di tangannya.Emma mengenali suara itu. Dia adalah pria yang mendorongnya di malam perayaan ulang tahun Calamba."Siapa kau sebenarnya? Mengapa menutupi wajahmu?" teriak Emma panik sambil melangkah mundur dengan perlahan.Pria itu lagi-lagi tidak menjawab dan hanya berjalan mendekati Emma yang semakin ketakutan. Namun belajar dari pengalamannya, sebelum jarak mereka terlalu dekat dan Emma kesulitan melarikan diri. Maka Emma segera meletakkan tasnya dan membalikkan tubuhnya lalu lari sekencang-kencangnya ke arah hutan pinus.Pria itu juga ikut berlari mengejar Emma. Namun Emma yang mengenal hutan pinus itu segera menghilang di dalam hutan."Emma, dimana kau? Keluarlah!" panggil pria itu dengan suara mengejek.Mendengar suara pria itu, sekilas Emma teringat akan seseorang. Namun dia terlalu panik untuk memikirkannya. Emma bersembunyi di semak-semak yang besar
Ethan yang juga melihat bayangan Andry segera menarik tubuh Emma. Tony segera berbalik lalu menendang Andry dengan sangat keras hingga Andry terjatuh dan batu yang dia pegang menimpa kakinya sendiri."Brengsek!" maki Ethan melepaskan Emma dan hendak menendang wajah Andry."Jangan! Berhenti!" teriak Emma menghentikan Ethan lalu segera mendekap tubuh Ethan kembali.Ethan diam menatap kepala Emma yang tersandar di dadanya yang naik turun, karena menahan emosi. Lalu dia melirik Tony dan memberi kode agar Tony membereskan masalah Andry. Tony mengangguk dengan cepat, menendang batu yang masih berada di atas kaki Andry lalu menarik pria itu agar berdiri. Andry berdiri dengan terpaksa sambil meringis karena kesakitan.Tony menariknya dengan keras lalu memaksanya tengkurap di tanah. Emma menyaksikan semua yang dilakukan Tony. "Apa yang dia lakukan?" tanya Emma sambil menatap Ethan, namun Ethan tidak menjawab.Tony mengeluarkan tali dari bagasi mobil lalu mengikat tangan Andry, kemudian kembal
"Emma," guman Ethan lalu segera berlari ke dalam rumah.Dia menyaksikan Williams yang sedang berdiri di hadapan Emma yang sedang dipegangi oleh dua orang pria. Ethan bisa melihat pipi Emma yang merah entah bekas tamparan atau pukulan."Apa yang kalian lakukan disini?" teriak Ethan langsung mendorong Williams hingga pria tua itu terjatuh. Kedua pria yang sedang memegangi Emma segera berlari dan berusaha menolong Williams. "Usir dia!" perintah Williams dengan suara berat sambil menunjuk ke arah Ethan. Kedua pria itu langsung menyerang Ethan, namun Ethan bukan pria sembarangan. Dia memiliki ban hitam karate, dia juga mempelajari judo dan kendo. Ethan juga pernah berlatih tinju dengan petinju profesional dan sempat beberapa kali bertarung di ring, sebelum ketahuan ibunya yang menghentikan semua pertarungannya.Kedua anak buah Williams yang hanya mengandalkan keberanian itu tentu saja jatuh dengan sangat mudah. Ethan bahkan tidak memerlukan terlalu banyak gerakan untuk menjatuhkan kedua
"Apa?" tanya Emma terkejut."Hanya untuk sementara sampai Williams dan antek-anteknya dibereskan oleh polisi!" tegas Ethan sebelum Emma melanjutkan perkataannya."Sudah aku katakan, polisi tidak akan pernah bisa membereskannya. Kalau menunggu itu terjadi maka aku tidak akan pernah bisa kembali ke Calamba," jawab Emma putus asa.Emma tidak tahu bagaimana lagi caranya memberitahu Ethan bahwa dia Calamba, Williams adalah penguasa. "Ini bukan ibukota, ini hanya kota kecil dengan penduduk yang saling terikat satu dengan yang lain," lanjut Emma dengan mata berkaca-kaca."Tenanglah, aku tahu Williams berkuasa di Calamba karena itu aku akan meminta bantuan kantor polisi pusat. Jadi jangan khawatir, aku akan membereskannya," sahut Ethan mengerti kekhawatiran yang muncul di pikiran Emma."Baiklah, aku berharap kau berhasil membuat Williams membayar semua perbuatan jahatnya," ucap Emma pelan."Jadi ... kapan aku-" lanjut Emma.Ethan langsung memotong perkataan Emma."Hari ini juga. Kita akan ke
"Mama tidak boleh melakukannya. Aku mendirikan EN Company tanpa menggunakan sepeserpun uang kalian. Aku membangunnya sendiri, jadi mama tidak boleh menghancurkannya apapun alasannya," balas Ethan sambil menutup kopernya. "Tidak menggunakan sepeserpun uang kami? Jadi maksudmu kau memiliki kecerdasan yang ada sekarang itu karena sejak kecil kau bisa menyekolahkan dirimu sendiri? Kau bisa berdiri tegak seperti ini karena sejak dilahirkan kau memberi makan dirimu sendiri? Kau-" "Baiklah, baiklah. Aku tahu ada andil mama dan papa disana. Tapi kali ini, aku benar-benar tidak bisa datang ke kencan buta yang mama atur. Bagaimana kalau lain waktu, mamaku yang cantik? Aku pasti akan menyediakan waktu," bujuk Ethan sambil merangkul pundak ibunya. "Lepaskan, mama tidak akan termakan rayuannmu. Kau selalu membuat alasan untuk menolak semua kencan buta yang mama atur. Kau tahu mama tidak akan melakukan semua ini, seandainya kau segera menikah, tahun ini kau akan berusia 30 tahun, apa lagi yang ka
"Kau pernah melihatnya? Dimana?" tanya Emma penasaran."Entahlah aku tidak bisa mengingatnya, tapi sepertinya wajahnya tidak asing. Apakah dia pernah bermain film atau meliris album?" tanya Alice mencoba mengingat dimana dia pernah bertemu Ethan."Aku tidak yakin, tapi sepertinya tidak. Nanti aku akan menanyakan kepadanya. Apa mungkin kau pernah bertemu dia di restoran tempat kau bekerja saat dia kesana menemani bosnya?""Mungkin saja," jawab Alice tidak yakin."Sudahlah, tidak usah berusaha terlalu keras untuk mengingatnya. Sebaiknya aku pergi bersamanya," ucap Emma sambil menarik tangan Alice."Uh, sekarang aku tidak khawatir lagi tapi iri melihatmu bisa memandangi wajah sesempurna itu setiap hari," guman Alice pelan. Emma tertawa mendengar kata-kata Alice."Tuan, aku titipkan sahabatku padamu. Tolong jaga dia baik-baik," ucap Alice dengan sangat sopan kepada Ethan.Emma tertawa mendengar permintaan Alice, namun Ethan mengangguk dengan sopan dan menjawab dengan serius."Saya akan m
"Lea? Apa yang kau lakukan disini?" tanya Ethan tampak sangat terkejut."Apakah ibumu tidak memberitahu kalau aku adalah teman kencan butamu?" tanya wanita cantik dengan pakaian mewah itu."Tapi-""Duduklah dulu, mari berbicara sebentar," ajak wanita itu sambil menarik lengan Ethan.Ethan segera menepis tangan wanita bernama Lea itu, lalu duduk dengan enggan."Lea, untuk apa kau melakukan semua ini? Bukankah ini akan berbahaya untuk karirmu?" tanya Ethan menyindir Lea. "Ethan, sepertinya kau masih marah karena masa lalu kita. Waktu itu aku masih terlalu muda dan ambisius, mengapa kau terus mengingatnya?""Aku sudah tidak marah. Hanya penasaran saja, saat ini kau adalah Lea sang diva, untuk apa kau melakukan kencan buta denganku?" tanya Ethan dingin."Aku merindukanmu, merindukan kita. Aku berpikir kencan buta ini akan menjadi momen yang pas untuk kita menjadi dekat lagi," jawab Lea yang sama sekali tidak terganggu dengan sikap dingin Ethan."Setelah delapan tahun? Kau tiba-tiba merin