"Sudah berapa lama kau bekerja sebagai asisten?" tanya Emma lagi."Belum lama," jawab Ethan asal-asalan.Emma berhenti bertanya dan mulai sibuk dengan telepon genggamnya. Ethan merasa lega karena akhirnya dia lolos dari pertanyaan-pertanyaan Emma yang menyudutkan."Aku sedang mencari pemilik Empire, ternyata Empire adalah bagian dari Atlantis Grup dan aku tidak menduga kalau ternyata perusahaan ini sangat besar. Pantas saja kau diperbolehkan membawa mobil sebagus ini. Siapa nama bosmu?"Pertanyaan Emma membuat tenggorokan Ethan tercekat. Dia pikir Emma sudah tidak tertarik dengan latar belakangnya, ternyata sebaliknya."Ngomong-ngomong aku lupa menanyakan namamu, Nona ....""Emma. Namaku Emma Cruz. Jadi siapa nama bosmu?" jawab Emma lalu melanjutkan pertanyaannya."Namanya Tuan Francis Lucero," jawab Ethan cepat.Francis Lucero adalah nama paman Ethan, adik ibunya. Tadinya dia ingin menyebutkan nama ayahnya, tapi jika Emma mencari tahu tentang ayahnya maka kebohongan Ethan pasti ketah
"Membersihkan rumahmu?" ulang Ethan masih tidak percaya dengan apa yang di dengarnya."Sudahlah, jangan terlalu banyak berpikir. Aku tahu kau kelaparan. Ayo," ajak Emma sambil menarik tangan Ethan.Ethan mengikuti Emma dengan patuh, dia benar-benar tidak menyangka kebohongannya akan membuat keadaannya memburuk. Dia datang hanya untuk memeriksa proyek yang dia buat dan berakhir membersihkan rumah seorang gadis asing yang akan membayarnya dengan makanan."Ayo masuk."Ethan masuk perlahan, dia melihat sekelilingnya. Rumah sederhana namun sangat apik. Halamannya terlihat tidak terlalu kotor, hanya beberapa tanaman yang tampak layu karena tidak disiram dan beberapa rumput liar yang tidak terlalu mengganggu pemandangan. Ethan merasa tidak akan terlalu masalah membersihkan rumah yang sedikit kotor.Memasuki rumah barulah Ethan melihat debu yang cukup tebal. Ethan adalah penggila kebersihan dan semua orang disekitarnya tahu itu. Dia tidak tahan melihat debu yang memenuhi rumah Emma. Dia mulai
Emma menatap Ethan dengan mata membesar. Ethan membalas tatapan Emma dengan senyum lembut. "Wah, kekasihmu tampan sekali!" seru wanita lain sambil tertawa senang. Emma benar-benar putus asa karena tahu kali ini dia tidak akan lolos dari gerombolan pemangsa gosip ini. 'Ethan bodoh!' maki Emma dalam hati. "Anak muda, dari mana asalmu? Apa kau seorang mahasiswa di Universitas Calamba?" tanya wanita termuda di antara mereka. "Apa wajahku terlihat seperti mahasiswa?" tanya Ethan sambil tersenyum manis. "Ya, kau terlihat sangat tampan dan muda. Aku menduga kau berumur 22 tahun," jawab wanita itu malu-malu. "Nyonya, anda benar-benar berlebihan. 22 tahun? Apa anda tidak melihat keriput di wajahnya? Aku hampir memanggilnya paman, ketika kami baru pertama kali bertemu," sahut Emma yang merasa tersinggung karena para wanita itu menduga dirinya lebih tua dari Ethan. Mendengar kata-kata Emma semua orang tertawa mereka pikir Emma hanya bercanda. "Apa kalian mau makan?" tanya salah satu wan
"Mengapa kau harus melakukan itu, Emma?" tanya Ethan mulai marah."Ini adalah tanah kelahiranku. Kewajibanku melindunginya dari orang-orang yang akan merusaknya!" tegas Emma tidak peduli dengan nada suara Ethan."Lalu apa kau tidak peduli dengan keuntungan yang akan didapat oleh tanah kelahiranmu ini? Oleh orang-orang yang kesejahteraannya akan meningkat karena pembangunan itu?" tanya Ethan mencoba mempengaruhi Emma."Keuntungan? Apa menurutmu mereka mau, tanah tempat mereka hidup dijadikan tempat perzinahan?" "Darimana kau tahu hotel itu akan dijadikan tempat perzinahan? Kalau orang mau melakukan hal itu, maka hotel bukan satu-satunya tempat! Apa di Calamba tidak ada prostitusi? Apa tidak ada yang berzinah disini? Apa hanya orang-orang suci yang hidup disini?" bentak Ethan tidak tahan lagi dengan Emma yang sangat keras kepala.Emma menatap Ethan dengan tajam. Dia tidak suka dengan kata-kata Ethan tapi tidak dapat membantahnya."Kau benar-benar anjing penjaga yang setia. Pantas saja
Emma dan Ethan baru saja tiba di alun-alun ketika sekelompok wanita meneriaki mereka."Itu Emma dan kekasihnya!""Hei, kalian berdua, cepat ke sini!" panggil wanita keriting yang tadi mereka temui di rumah makan.Emma dan Ethan segera berjalan ke arah para wanita itu."Selamat malam nyonya. Kami mau menemui kepala desa, tadi dia meminta bantuan kami," ucap Emma sopan."Dia sudah memberitahu kalau kalian akan datang membantu. Sekarang kalian berdua tolong bantu kami untuk membereskan semua meja ini. Acaranya akan mulai setengah jam lagi," perintah Nyonya pemilik rumah makan.Mereka segera bergerak dengan cepat. Ethan lega karena sebenarnya tidak terlalu banyak hal yang harus mereka lakukan, sebagian besar sudah dibereskan oleh para warga. Dia masih tidak mengerti mengapa Emma merasa sangat tertekan datang ke acara ini, padahal Ethan merasa baik-baik saja.Kepala desa mulai menyalakan mikrofon dan memberitahu semua warga yang hadir bahwa acara akan segera dimulai."Bersiaplah!" ucap Emm
"Sepertinya anda menerima laporan palsu, Tuan," jawab Emma sambil tersenyum sinis, lalu menarik Ethan untuk meninggalkan pria tua yang tampak marah itu."Emma!" bentak pria itu dengan suara menggelegar.Emma membalikkan badannya lalu menatap pria tua itu tanpa minat."Aku bersyukur kau dan Oliver putus, karena kau benar-benar tidak memiliki sopan santun!" hina pria tua itu sambil menatap Emma dengan kebencian."Saya juga bersyukur karena tidak jadi memiliki mertua seperti anda," balas Emma lalu segera meninggalkan tempat itu dengan cepat."Apa dia ayah dari mantan pacarmu?" tanya Ethan setelah mereka berjalan dengan santai dan Emma tampak lebih tenang.Emma menggangguk pelan sambil terus menatap ke depan. Dia adalah wanita yang berani dan menggebu-gebu. Meski begitu dia selalu menghormati warga senior dan tidak pernah memiliki keberanian untuk melawan mereka. Tapi entah bagaimana, setiap kali Ethan ada di sisinya, Emma seperti memiliki keberanian yang ajaib untuk membalas orang-orang
"Aah!" teriak Emma yang tidak percaya dengan apa yang dia rasakan terhadap Ethan."Mungkin ini cuma perasaan sementara yang muncul karena aku baru saja kehilangan ibuku, lalu aku bertemu dengan Oliver dan aku dikhianati oleh paman Mike. Dia datang memberikan perhatian yang aku butuhkan jadi aku merasa senang!" ucap Emma kepada dirinya sendiri. "Ditambah lagi dia cukup tampan. Bukan, dia bukan cukup tampan. Tapi dia adalah pria paling tampan yang pernah aku temui di dalam hidupku," guman Emma lalu kembali menyadari kalau dia sedang membayangkan Ethan dengan perasaan berbunga-bunga."Emma berhenti! Dia dan kau terlalu berbeda. Bahkan pria seperi Oliver saja mencampakkanmu, apalagi pria dengan penampilan sesempurna Ethan. Emma kau harus berhenti!" perintah Emma kepada dirinya sendiri.Emma melemparkan tubuhnya ke atas ranjang dan mencoba untuk tidur, namun bayangan Ethan yang sedang membersihkan lukanya kembali melintas. Emma segera menutupi kepalanya dengan bantal dan memaksa dirinya u
"Tapi kenapa, Tuan?" tanya Tony bingung. Ethan diam. Dia tidak tahu apa rencana Emma hingga melamar pekerjaan ke perusahaannya. Tapi yang dia tahu Emma menolak pembangunan hotel di Calamba. Ethan curiga Emma sengaja melamar ke EN Company untuk menghancurkan proyeknya dari dalam. "Karena mungkin saja dia punya niat terselubung," jawab Ethan setelah berpikir sebentar. "Maaf Tuan, tapi sepertinya Nona Emma tidak memiliki niat jahat. Menurut saya dia sangat membutuhkan pekerjaan ini. Dia tampak putus asa ketika datang dan langsung bersemangat ketika saya mengatakan dia pasti diterima," ucap Tony yang untuk pertama kalinya mencoba membantah perintah bosnya. "Apa kau merasa lebih tahu dari aku?" Ethan tidak suka dengan jawaban Tony, meski dia mendengarkan dengan seksama. "Tidak Tuan, saya tidak merasa seperti itu. Saya akan segera mengatakan kepada Nona Emma bahwa dia tidak bisa diterima disini. Maafkan saya, Tuan." Ethan diam lalu tiba-tiba menghentikan Tony. "Tidak, jangan kataka