Brak!Yutta yang baru saja memejamkan matanya terlonjat kaget saat mendengar suara pintu kamarnya terbuka dengan cukup keras. Wanita itu bangkit dari tempat tidur mendapati Davin yang sudah berdiri diambang pintu dengan wajah penuh amarah. “Davin ...” lirihnya. “Apa yang kau katakan pada Mamah, hah?” tanya Davin menghampiri wanita itu setalah menutup pintu kamar tersebut. Tak ingin pembicaraannya terdengar keluar, apa lagi sampai terdengar oleh kedua orang tuanya. Yutta mengerutkan keningnya, kebingungan, tidak mengerti dengan pertanyaan pria yang berstatus suaminya itu. “Apa maksudmu?” “Jangan sok polos! Kau yang sudah mengadu perbuatanku tadi pada Mamah, ‘kan?” tuduhnya penuh penekanan. Sontak Yutta langsung menggelengkan kepalanya cepat, menyangkal tuduhan suaminya itu. Dirinya tidak berkata apapun soal kejadian tadi di hotel pada mamah mertuanya.Tidak ada obrolan panjang antara dirinya dan Mamah Adelia tadi, Mamah Adelia hanya bertanya apakah Yutta ingin istirahat di kamar
"Bagaimana, apa ada kabar bagus hari ini?" tanya Davin, kepada sekertarisnnya yang bernama Keenan, atau sering di panggil Ken. Davin baru saja sampai di ruangan kerjanya."Maaf bos, orang-orang kita belum mendapatkan informasi tentang nona lagi," jawab sekertaris Ken, sambil membungkuk hormat.Davin menghelai napasnya, sebelum ia duduk di kursi kebesarannya itu. Wajahnya terlihat frustasi."Apa kalian sudah mengunjungi panti asuhan itu lagi?" tanya Davin."Sudah bos, namun tetap sama. Pengurus panti bilang mereka tidak tau keberadaan nona sekarang," jawab Ken.Davin mengusap wajahnya dengan kasar."Sudah, kamu keluar!" titahnya, mengusir Ken, sambil menggubiriskan tanganya.Sekertaris Ken mengangguk, lalu ia berlalu dari ruangan Davin.''Harus kemana lagi aku mencarimu? Apa kamu baik-baik saja di sana? Bagaimana
Lama termenung dengan kekalutan yang membuat pikiranya Davin kacau balau, ia sudah tidak bisa berkonsentrasi lagi berkerja.Davin berajak dari kursi kebesarannya.Davin berjalan mendekati ding-ding yang terbuat dari kaca, dimana ia bisa melihat luasnya kota dari ruangan kerjanya itu.Davin teringat kembali pada gadis di masa lalunya, andai saja Davin tau akan sesulit ini menemukan gadis di masa lalunya itu. Davin pasti tidak akan pernah ikut bersama oma dan opa-Nya. Tinggal bersama mereka, andai saja waktu bisa di ulang kembali. Davin hanya bisa berandai-andai, karna waktu yang sudah berlalu tidak mungkin bisa di putar kembali.Tak lama kemudian, terdengar seseorang mengetuk pintu ruangan Davin.Tok tok tok"Masuk..."Pintu ruangan terbuka, sekertaris Ken terlihat masuk ke dalam ruangan tersebut."Ada apa Ken?" tanya Davin.
"Kemana sih Pah anak itu, selalu saja begini. Apa dia udah gak mau lagi ketemu sama orang tuanya lagi?" gerutu Adelia, Mamahnya Davin. Wajah wanita itu terlihat kesal."Sabar Mah, lagian nanti juga ketemu di Hotel. Davin 'kan bilang, kalau dia mau istirahat dulu di Apartemen-nya!" sahut Pak Wijaya, lembut. Ia mencoba menenangkan sang istri yang sadari terus mengoceh."Di sini juga bisakan Pah? Sama aja. Mamah yakin Davin pasti sengaja menghindar dari kita," ketusnya."Jangan bicara seperti itu Mah, Mamah harus mengerti posisi Davin, mungkin dia cepek. Hari-harinya sibukkan dia!""Lagian jarak kantor dengan Apartemen Davin lebih dekat dari pada kesini," lanjut Wijaya."Papa selalu saja belain Davin." Adelia menekuk wajah kesal. Suami sama anaknya sama sekali tidak bisa mengerti dirinya."Sudah ah, sebaiknya kita siap-siap. Malam inikan pesta Anniversary
Yutta terisak tangis, dengan tubuh yang di balut selimut, menutupi tubuhnya yang polos. Hancur berkeping-keping rasanya, ia merasa jijik dengan tubuhnya sendiri. Merasa terhina. Mengapa? Mengapa, semua jadi seperti ini, hidupnya sudah cukup sulit dan sekarang Yutta harus merasakan masalah yang sangat-sangat berat. Mahkota yang selama ini ia jaga, di renggut begitu saja oleh laki-laki yang tidak ia kenal sama sekali. Yutta menoleh kearah Davin, laki-laki yang sudah merenggut mahkotanya itu, nampak tertidur pulas. *** Sementara itu, di pesta yang masih berlangsung. Orang tua Davin mencari-cari sosok putranya itu. Davin tidak terlihat batang hidungnya, usai Davin memberi selamat dan memberikan kado untuk mereka. Hingga pesta hampir usai, Davin masih tak terlihat lagi di sana. Adelia dan Wijaya pun me
Davin membulatkan matanya, ia terkejut mendengar ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita yang sudah melahirkannya itu."Tidak Mah, aku tidak mau," tolak Davin dengan cepat."Apa kamu bilang tidak mau? Apa kamu tidak sadar apa yang sudah kamu lakukan kepada Yutta hah?" bentak Adelia. Ia tidak terima dengan penolakan Davin."Tapi Mah, Mamah taukan? Aku tidak mencintainya. Semua ini hanya kecelakaan mah. Dan Mamah juga tau kalau aku hanya ingin menikah dengan gadis di masa laluku," jelas Davin. Ia masih mencoba memberikan penolakan, berharap Mamahnya mengerti posisinya sekarang."Tidak Davin, lupakan Lian, lupakan wanita itu. Bagaimana kamu bisa menikah dengan dia, sedangkan sampai saat ini kamu masih belum menemukannya. Mamah tidak mau tau kamu nikahi Yutta, kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatan kamu."Yutta hanya menyaksikan perdebatan antara anak dan Ibunya itu. Entahlah, jika boleh jujur Yutta juga tidak mau menikah denga
Beberapa hari berlalu, Yutta kini sudah tinggal di rumah calon mertuanya itu. Yutta diperlukan sangat baik di sana, kedua orang tua Davin sangat menyayangi Yutta, bahkan mereka menganggap Yutta sudah seperti anak mereka sendiri. Entah mengapa Wijaya dan Adelia seperti sudah mengenal Yutta sejak lama, jelas-jelas kenyataan mereka baru bertemu dengan gadis itu saat sang putra—nya Davin melecehkan gadis itu.Sementara itu sejak Yutta tinggal di rumah orang tuanya itu, Davin tidak pernah datang sama sekali. Tapi Wijaya dan Adelia tidak mempermasalahkan semua itu, sebelum Yutta tidak tinggal di sana pun. Anak laki-lakinya jarang sekali berkunjung ke rumah, hanya seminggu sekali itu pun jarang. Yang terpenting saat ini Wijaya dan Adelia bisa melihat Davin menikah, calonnya sudah ada di depan mata, Wijaya dan Adelia pun yakin jika Yutta itu gadis baik-baik. Beberapa hari tinggal di rumahnya, Wijaya dan Adelia memperhatikan sikap Yutta, gadis itu seperti gadis pekerjaan keras, santun dan ca
Davin dengan cepat melajukan mobilnya meninggal kantornya, apa pun caranya ia harus bisa membatalkan pernikahannya dengan Yutta. Ia harus menemui orang tuanya.“Jangan harap pernikahan ini akan terjadi! aku sama sekali tidak sudi menikah dengan wanita itu. Asal-usulnya saja tidak jelas!” geram Davin.Sesampainya di rumah, Davin langsung bergegas masuk. “Mamah ... Papah ... ” teriaknya, namun tidak ada sahutan dari kedua orang tuanya itu.“Kemana Mamah dan Papa?” gumamnya.“Bi, Mamah sama Papah kemana?” tanya Davin pada Bibi asisten rumah tangga di rumah tersebut.“Nyonya gak ada, Den. Tadi pergi keluar sama Non Yutta,” jawabnya.“Kalau Papah?” “Tuan tadi seperti ada, mungkin di halaman belakang, kalau tidak ada biasanya ada diruangan kerjanya, Den.” Setalah mendapatkan jawaban dari Bibi, Davin segara mencari keberadaan sang Papah, pertama ia berjalan menuju ruangan Papahnya, akan tetapi di sana tidak ada siapa-siapa. Davin pun bergegas menuju halaman belakang.Dan benar saja, Papah