Bab 6
Jam sembilan malam, suasana Pantai Losari sudah sangat ramai. Pantai Favorit anak-anak muda Kota Makassar ini setiap malam Minggu pasti sangat ramai oleh pengunjung.
Kami kemudian mencari tempat parkir yang sudah penuh sesak.Aku mengambil ponselku ingin menelfon Indri ingin menanyakan lokasi nongkrong mereka"Halo Indri kalian dimana? Aku sudah di Panlos ini sama Kak Adit" kataku begitu ponselku tersambung"Aku di tempat biasa kita nongki, di Lego-lego yang paling ujung, Aya" kata Indri menyebutkan tempatnya."Oh okey baiklah, aku menuju kesana" jawabku seraya mengajak Kak Adit"Kak, mereka di Lego-lego yang paling ujung, kita jalan-jalan saja kesana yuk" dan kami menyusuri Panlos menuju pantai terapung Lego-Lego sembari berbincang-bincang Kak Adit menanyakan keadaanku "Aya, gimana keadaanmu? Maksudku apa kamu tidak mengalami morning sick atau mual di pagi hari sejak sebulan ini kamu gak haid lagi?" Kak Adit bertanya dengan pelan di tengah banyaknya orang yang lalu lalang di Pantai Losari.
"Please, Kak. Aku ingin membicarakan hal ini dengan serius bukan di tengah jalan seperti ini, Kak" aku tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut di tengah jalan seperti ini.
"Tapi kamu kan tahu aku sangat sibuk sayang. Okeylah nanti kita bicarakan yah." kata Kak Adit dan aku menganggukkan kepalaku.
Akhirnya setelah berjalan cukup jauh kami pun sampai di Lego-lego paling ujung tempatI Indri dan Lenny duduk lesehan di temani oleh dua orang pemuda.
" Itu mereka, Kak." kataku seraya menunjuk ke arah Lenny dan Indri.
"Pemuda yang dua itu mungkin pacar Indri dan Lenny, yah?" Kak Adit menanyakan kedua pemuda itu
"Iya itu pacar mereka." ujarku dan melambaikan tangan kepada Indri dan Lenny
"Hai, Lenny Indri!" seruku.
"Hai, Aya kesini!" Indri berteriak memanggil.Aku dan Kak Adit kemudian mendekat dan duduk disamping mereka yang sementara bersantai di Lego-lego yang merupakan hamparan papan kayu ulin yang di tata rapi di atas laut panlos. Tetapi karena tidak ada di sediakan kursi di hamparan papan ini sehingga semua pengunjung terpaksa memilih duduk lesehan di atas hamparan papan yang cukup luas itu.Cahaya lampu yang temaram dan deburan ombak pantai menambah syahdu suasana.
"Indri selamat ulang tahun, yah" dan aku menyalami dan memeluk sahabatku Indri.
"Makasih, Aya sayang" dan Indri balas memelukku.
"Oh yah Aya, pesanan kueku belum datang nih, sekarang kita pesan minuman dsitu dulu, yuk" Indri menunjuk ke sebuah kedai kopi yang tidak jauh dari kami.
"Ayo kutemani" dan akupun berdiri dan berjalan disamping Indri menuju ke kedai minuman. "Untunglah di sepanjang Lego-lego banyak terdapat kedai makanan dan minuman sehingga nongkrong di tempat ini sangat menyenangkan karena kita bisa memanjakan lidah kita dengan kuliner yang beraneka ragam" kata Indri saat kami berjalan menuju ke salah satu kedai minuman yang banyak berjejer di tempat ini.Tiba-tiba ponsel Indri berdering "Halo Mbak, ini saya sudah di Lego-lego membawa kue pesanan Mbak" rupanya telfon dari ojek online yang membawa kue pesanan Indri."Langsung kesini aja kak, Lego-lego yang paling ujung yah, Kak!" Kata Indri sembari melambaikan handphonenya agar terlihat oleh ojek yang membawa kue pesanannya.
Terlihat Kakak Ojek Online berjalan mendatangi kami dengan membawa sebuah bungkusan besar dan Indri segera berdiri menjemput kue kemudian membawa bungkusan itu kepada kami.
"Eng ing eng, Bismillah, kuenya kita buka dulu yah" kata Indri kemudian."Eng ing eng.. okeylah..!" seru aku dan Lenny berbarengan.Setelah bungkusan terbuka maka nampaklah sebuah kue ulang tahun yang sangat besar dan Indri nampak bahagia melihat kuenya."Alhamdulillahdan kami kemudian duduk bersila mengelilingi kue tart dan menunjuk Kak Adit untuk memimpin do'a.
"Kak Adit mimpin do'a yah, please!" pinta Indri
"Baiklah Indri, ayo kita semua berdoa, semoga di Hari Kelahiran kamu yang ke 23 tahun ini, Indri di beri kesehatan, umur yang panjang dan selalu dalam lindungan Allah SWT, berdoa di mulai" dan kami semua menundukkan kepala dan aku membaca doa di dalam hati."Berdoa selesai, amin" kata Kak Adit menutup doanya dan kami semua memberi selamat kepada Indri.
"Alhamdulillah teman-teman kalian semua sudah datang di acara sederhana ini, walaupun tidak bersama orang tuaku yang berada di Palu, tapi saya bahagia karena ada kalian semua disini" kata Indri membuat kami semua terharu.
"Ayo di nikmati kuenya" kata Indri dan Lenny mengambil inisiatif untuk memotong-motong kue tersebut dan kami menikmatinya di tengah hembusan angin laut dan temaram lampu membuat suasana pantai terapung Lego-Lego terasa syahdu dan romantis.
"Kita balik yuk, udah jam sebelas malam ini" Kak Adit melirik jam tangannya.
"Ayo deh kita pulang, sudah dingin juga ini" Kata Indri dan Lenny berbarengan.Kami kemudian berdiri dan melangkah ke tempat parkir dimana motor kami di parkir. Kak Adit merogoh koceknya dan membayar parkir lima ribu kemudian kami meninggalkan tempat itu.Terimakasih atas kunjungannya
Bab 7 "Emang dia sudah punya pacar?" Indri bertanya kepadaku "Dia pernah bilang kalau pacarnya anak Unhas" kataku "Iya sih aku juga pernah dengar dia punya pacar anak Unhas" kata Indri sambil menatapku lekat , dia kemudian melanjutkan "Tapi aku tak yakin mereka masih pacaran deh, sudah dua malam mingguan ini kalian jalan kan? Berarti mereka mungkin sudah tidak pacaran lagi Aya!" Tebak Indri. "Itulah Indri, aku juga bingung, sebenarnya perasaan Kak Adit itu seperti apa kepadaku, aku juga masih bingung!" kataku sambil memainkan handphone ditanganku seraya berfikir apakah kuceritakan saja kepada Indri tentang kehamilanku ini? Tapi tiba-tiba berdering ponsel Indri membuat aku mengurungkan niatku untuk bercerita tentang kehamilanku. "Telfon dari Lenny, katanya hari ini dia izin karena pesanan katering Mamanya lagi banyak" kata Indri begitu selesai berbicara di telepon. "Oh pantesan dia nggak masuk
Bab 8 Jam 7:00 malam, aku dan Kak Adit masih berada di kosan Indri, tugas ketikanku sudah selesai kukerjakan, dengan bantuan kakak terdahsyatku yang jago mengetik sepuluh jari membuat tugas ketikanku cepat selesai. "Capek juga yah, habis ini jalan cuci mata, yuk" ajak Indri. "Aku sih okey aja," jawabku cepat. "Kalau aku kayaknya gak bisa deh, soalnya masih ada tugas Lab malam ini," Kak Adit menjawab "Yah gitu deh, Kak Adit sibuk banget," kata Indri kemudian "Gimana dong,emang kayaknya gitu tugasnya," Kak Adit menjawab kemudian tersenyum "Iyadeh gak papa kalau Kak Adit gak bisa ikut, kita berdua aja Indri, aku juga mau tinta printer ini" kataku kepada Indri. "Iya kalian jalan berdua aja yah, nnti aja kita jalan lagi" Kata Kak Adit kepada ku. "Baiklah kak, siapp!" Kataku kepada Kak Adit. "Ayuh deh kalau Kakak mau pulang, aku antar dulu yuk" kataku kepada Kak Adit "Ayuh, Indri aku pul
Bab 9 Sejak Kakak Bermata Dingin bermalam minggu bersamaku saat syukuran ulang tahun Indri di Pantai Losari Lego-lego, setiap malam Minggu pasti aku akan menjemput Kakak Bermata Dingin di Kampus kemudian kami akan jalan untuk bermalam minggu berdua. Entah kami hanya sekedar nongkrong di Pantai Losari, atau hanya sekedar keluar makan kemudian pulang. Aku merasakan Kakak Bermata Dingin mulai menaruh perhatian kepada ku. Tentu saja aku bahagia dengan keadaan ini, tapi juga aku masih di liputi keraguan, bukanlah Kak Adit pernah mengatakan kalau dia sudah punya pacar? Lantas hubungan dengan aku, apa dong? Apakah hubungan kami bisa dikatakan pacaran? Sementara dia belum pernah mengatakan menyukai ku? "Halo, Kak Adit lagi dimana?" Aku menelepon Kak Adit. "Aku ada di Kampus,Aya. Kamu sendiri dimana?" Balik tanya Kak Adit. "Aku di kosan Indri ini Kak, Kakak kalau ada waktu kosong, Kakak kemari yah?" Sahutku kemudia
Hari ini aku bersemangat sekali mau ke kampus karena ada kuliah praktek sebentar, automatis akan bertemu dengan Kakak Bermata Dingin lagi di Laboratorium Sebelum berangkat aku mematut diriku di depan cermin dan memperhatikan perutku yang masih datar dan kemudian aku pamitan ke Mama "Ma, Aya berangkat dulu Mah!" Kataku sambil mencium tangan Mama. "Okey sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Mama sambil mencium pipiku. Aku mengangguk dan tersenyum kemudian ke Papa dan mencium tangannya juga " Aya berangkat dulu Pa!" "Oke sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Papa sambil mengelus rambutku. "Okey Assalamualaikum!" Jawabku sambil menuju keluar untuk mengambil motor dan langsung gas menuju ke kampus. Sesampai di kampus, aku langsung berjalan menuju ke lantai tiga tempat ruangan Lab Komputer. Sampai di atas ternyata ruangan Lab K
Ayo dong Lenny, jangan menangis, mari fikirkan bersama masalah mu ini!" Ujarku mencoba menghibur Lenny. "Gimana aku nggak sedih Aya, sudah 3 tahun aku gak bertemu Papaku, dan sekarang beliau sakit keras, apakah aku tega sebagai anak untuk tidak pergi menengoknya?" Kata Lenny lirih. "Kamu pergi aja nengok Papamu Len, kalau kamu gak pergi nanti kamu juga akan kepikiran, gimana dong?" Indri memberikan solusi. "Iya Len, kamu berangkat aja, gimana kalau kamu berangkat dengan aku? Aku kepengen lihat kampung, soalnya kampungku jauh sihh!" Aku tiba-tiba saja pengen ke kampung nya Lenny. "Beneran Aya kamu mau ke kampung aku?" Tanya Lenny gak percaya. "Iya bener Len, aku pengen ke kampung kamu, bentar kita izin dulu di kampus kalau kita mau izin 2 hari, gimana?" "Okeylah Aya, kalau aku mah seneng aja kalau kamu ikut, aku ada temen di perjalanan" sahut Lenny dengan gembira. "Iya Len, Insya Allah, semoga Mama dan Papaku juga mengizin
Oke baiklah, kamu siapkan semua yang mau kamu bawa, entar Papa panggil kalau Papa sudah mau berangkat, ok!" "Oke Pah, Aya siap-siap dulu yah!" Kataku sambil berlari ke kamar ku, dan memasukkan beberapa lembar pakaian ke dalam tas ransel yang akan aku bawa. Tiba-tiba Handphone ku berdering, aku lihat ada panggilan masuk dari Lenny "Halo Aya, gimana? Jadi nggak kamu?" Kata Lenny di telfon "Iya Len, jadilah. Papa dan Mama sudah ngizinin kok, ntar aku ke rumahmu sama Papa yah!" Kataku ke Lenny. "Oh syukurlah Aya, aku tunggu yah!" Kata Lenny kemudian. "Okey Len, sipp!" Kataku sambil menutup telfon. Akhirnya aku sudah siap berangkat, aku menuju ke teras untuk menunggu Papa yang lagi berpakaian mau ke kantor nya. Tidak lama kemudian Papa muncul "Ayo kita berangkat!" "Ayoh Pah, Mah Aya berangkat dulu yah!" Kataku sambil mencium tangan Mama. "Okey sayang, hati-hati di jalan yah!" Kata Mama sa
Aku memperhatikan keluar jendela mobil, ternyata kita melewati Kota Maros dan sedang memasuki Kota Pangkep atau Pangkajene Kepulauan. Jalur yang di tempuh berkelok-kelok melewati hutan dan bukit serta berhawa sejuk. Nampak bukit-bukit Karts atau bukit-bukit kapur menjulang tinggi di antara kendaraan yang melintas. Bukit-bukit kapur inilah yang di manfaatkan oleh Pabrik Tonasa untuk membuat semen di Pangkep ini. Setelah mendekati Soppeng, jalur sudah tidak berliku-liku lagi, jalur sudah mulai rata dengan latar gunung dan sawah dimana-mana. Maklumlah Bone dan Soppeng merupakan enam besar lumbung padi terbesar di Sulawesi Selatan sehingga sawah terlihat jelas di manapun. Aku melihat Lenny sudah tertidur di samping ku. Rupanya jalan yang lurus dan sudah mulus memasuki Kota Soppeng membuat dia terbuai di alam mimpi. Aku teringat kalau di Soppeng ini mempunyai tempat wisata menarik seperti Permandian Air Dingin Ompo dan Permandian Air Panas Lejja, dan t
Acin menemani kami menuju Taman Kalong yang jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah Lenny. Acin berjalan sambil menjelaskan kepada kami, bahwa di Kalong-kalong itu akan datang setelah Matahari terbenam dan akan pergi lagi pada keesokan harinya pada saat Azan Subuh mulai berkumandang. "Ohya Kak, disini ada mitos yang salah bahwa bila ada pendatang yang melintas di bawah pohon asam yang di tinggali Kalong kemudian tiba-tiba terkena kotoran Kalong, maka di yakini akan mendapatkan jodoh orang Soppeng!" Begitu katanya mitosnya Kak. Kata Acin sambil tertawa menatap ku. "Ah yang bener aja kamu Cin, emang beneran tuh mitosnya benar-benar terbukti?" Aku juga tertawa tapi masih kurang percaya dengan mitos tersebut. "Namanya juga mitos Kak, kadang bener kadang nggak" kata Acin kemudian. "Oh kirain beneran deh Acin. Ini kita udah sampai di Taman Kalong, Boleh kamu fotoin Kakak dulu disini yah?" Kataku sambil menyodorka HP ku ke Acin.