Sore telah berlalu dan malam telah tiba. Menanti untuk dinikmati sampai matahari esok pagi menjelang datang.
Predi sudah pergi tadi sore setelah menjelaskan berbagai hal dan menyeruput habis teh manis yang kusuguhkan.
Ina juga sudah bangun dari tidurnya dan bahkan kini ia sudah mandi dan sudah kembali segar. Ina memang anak yang kuat dan tegar bahkan mungkin lebih tegar dariku.
Kata Ina, kehidupanlah yang membuatnya menjadi setegar itu.
Jika tidak tegar, maka penderitaan dan kesedihan akan menguasainya sehingga membuatnya kesusahan untuk merasakan arti kebahagiaan.
Ina juga berkata bahwa ia harus menjadi berani agar tidak ada yang memperlemahnya, yang membullynya maksudnya.
Memang benar, untuk mendapatkan kebahagiaan, kita harus melupakan kesedihan.
Bagi Ina, kehidupan hanyalah hari ini dan nanti. Tidak ada masa lalu. Sayangnya, Abay sudah berhasil membawa masa lalu Ina ke masa kininya dan membuat Ina kembali mengenang masa-masa sedih
Setelah kejadian semalam, aku semakin benci dan bahkan jijik kepada Abay. Menurutku, hal tersebut adalah hal paling memalukan yang pernah terjadi antara aku dan Abay.Selain tidak punya malu, Abay juga sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali.Abay tahu bahwa Ina ada disini,dirumahku, tapi ia tidak bergegas pergi, padahal Ina jelas-jelas tidak menginginkan kehadiran Abay, buktinya ia langsung masuk kamar dan tidak keluar-keluar lagi sampai Abay pergi.Aku tidak habis pikir apa yang Abay pikirkan dan apa yang akan ia lakukan malam tadi. Yang jelas, aku tidak menyukainya. Begitupun juga ibu. Setelah sesaat Abay pergi, ibu makan dengan muka yang sedikit murung. Bahkan sesekali beliau menarik nafas berat.Sepertinya organ-organ tubuh Abay sudah rusak saat ia mengenal dan bertemu Tasya lalu menjauh dariku. Hatinya menjadi hitam, urat malu nya sudah putus, dan tubuhnya sudah seperti robot yang bisa digunakan o
Pas sekali. Setelah kami selesai menyantap sarapan, terdengar suara deru mobil Predi.Alih-alih menyalakan klakson, Predi justru turun dari mobil dan menjemputku dengan masuk kedalam rumah.Tapi aku tahu bahwa ia memang sengaja turun karena ingin bersalaman dengan ibu terlebih dahulu. Tidak sopan menurutnya kalau main pergi begitu saja sekalipun aku, anaknya yang dibawa."Kalau ibu tidak mau bekerja. Mendingan ibu tidak usah bekerja, biar aku yang menelefon tante Juwita dan bilang kalau ibu sedang tidak enak badan." Ujarku. Aku masih mempertahankan pendapatku agar ibu tidak bekerja dulu di rumah Abay. Meski tadi ibu sudah mengatakan bahwa dirinya sanggup dan kuat.Ibu masih terlihat kebingungan memilih diantara harus bekerja ke rumah Abay atau sebaiknya dirumah saja setelah aku kembali memaksanya.Seperti yang aku perkirakan sebelumnya, ibu memang pastinya sakit hati kalau mengetahui kelakuan Abay yang seperti ini, Abay
Kami berhenti disekolah dengan memasang muka yang kebingungan seperti orang yang salah jalan.Ina, ia tampak geram sesekali tersenyum sendiri seolah memiliki sebuah rencana yang enggan diberitahukan kepada kami. Maksudku aku dan Predi.Predi, Predi terlihat tidak fokus menyetir. Ia seperti memikirkan sesuatu untuk membantuku membongkar identitas Tasya yang tidak jelas itu.Dan aku sendiri, alih-alih memikirkan soal Tasya. Aku malah memikirkan soal Predi, Ina dan juga Abay.Dalam hidupku, aku tidak pernah berpikir akan memiliki sahabat seperti mereka berdua yakni Predi dan Ina. Apalagi Ina, dia padahal masih memiliki masalah sendiri. Tapi dengan begitu antusias ia ingin membantuku menyelesaikan masalahku dan dengan suka rela ingin membuat Abay kembali menjadi milikku. Maksudku kembali menjadi temanku.Predi, padahal kami sudah lama tidak bertemu. Sekalipun kami berdua adalah saudara tak dekat, tapi hubungan kekeluargaan kami tida
Aku lalu bertanya kepada Ina bagaimana dirinya bisa melakukan hal tersebut. Maksudku, bagaimana bisa terpikirkan olehnya untuk menakut-nakuti Krystal dan mengatakan bahwa dirinya bisa menjadi pembunuh. Dan bagaimana Ina tahu bahwa cara tersebut ternyata berhasil dan membuat Krystal serta yang lainnya ketakutan lalu berlari menjauh."Itu mudah. Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan dan jangan biarkan kesedihan menguasai akal sehat kita. Enjoy lah, keep calm. Jika kita relax, otak juga mudah merefleks. Gue sendiri gak tau pasti dari mana ide itu berasal. Yang jelas, gue kepikiran menjadi pembunuh pada saat anak-anak menatap gue dan mengatakan bahwa ayah gue pembunuh. Saat itu, gue ingin membunuh anak-anak yang menatap gue dengan keji, tapi gue tau gue gak mungkin ngalakuin itu. Gue inget saat ayah ditakuti orang-orang karena dia pembunuh, maka dari itu gue berpikir aka berpura-pura menjadi pembunuh agar anak-anak takut. Entahlah, tapi yang jelas ke
Kami, maksudku aku dan Ina menjalani hari-hari yang bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya.Jika biasanya kami dirundung, maka hari ini kami merundung. Merundung dengan cara halus. Entah apa yang ada dipikiran Ina dan entah apa yang ada dipikiran anak-anak.Bisa-bisanya Ina menakut-nakuti mereka dengan mengatakan bahwa sang ayah pernah mengajarkan bagaimana cara membunuh yang baik dan Ina berani membunuh siapapun yang menganggunya dan mengggangguku.Ternyata, hal tersebut berhasil membuat nyali para murid-murid menciut dan tidak berani mengganggu salah satu diantara kami.Kebohongan Ina diperkuat saat dirinya mengatakan bahwa ia rela mendekap dipenjara karena penjara adalah tempat yang nyaman.Entahlah, aku tidak cukup dewasa untuk mengerti semua ini. Yang jelas, tidak ada lagi Krystal dan teman-temannya yang mengganggu kami.Bahkan, bukan hanya Krystal saja. Anak-anak lainpun ikut takut. Ada yang langsung kabur saat melihat k
Akhir pekan merupakan salah satu hari yang aku tunggu-tunggu. Meski terkadang disekolah menyenangkan, akan lebih menyenangkan jika berada dirumah, apalagi jika ada... Abay mungkin.Hari ini bisa dikatakan hari yang cukup spesial, lain dari hari-hari sebelumnya.Aku, Ina dan Predi sudah berjanji akan berkumpul di rumahku. Bisa dikatakan yaa bahwa kami memiliki sebuah misi.Misi penyelidikan, bisa dikatakan seperti itu. Kami melakukan misi ini untuk menguak siapa itu Tasya sebenarnya.Dari hari-hari yang sudah kami lalui, kami memang melihat ada yang berbeda dari diri Tasya. Dirinya tidak terlalu lazim, ia juga tampak jarang berbaur dengan orang lain.Seperti pagi lainnya, pagi ini juga ibu menyiapkan ku sarapan meski aku tidak sekolah.Setelah melahap habis makanan buatan ibu, aku lalu bergegas menuju ke depan untuk melihat apakah Ina dan Predi sudah datang.Mereka benar-benar terlihat sangat antusias. Baru saja aku keluar dengan membu
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, lebih pagi dari biasanya.Setelah selesai mencuci muka agar mendapatkan penglihatan yang lebih segar, aku membuka laptop Predi yang kemarin ia pinjamkan kepadaku.Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana cara menggunakan laptop. Seumur hidupku, aku tidak pernah memiliki laptop, paling sesekali meminjam milik Abay, itupun hanya digunakan untuk bermain game.Dan disekolah, sekolahku memang bukan seperti sekolah modern diluaran sana yang menggunakan metode situs browser. Kami masih menggunakan ciptaan Tuhan, manual atau singkatnya tangan dan papan tulis biasa.Tapi saat ini aku mengerti apa yang harus aku lakukan dengan laptop ini. Yakni membuka internet dan mencari nama Tasya beserta kedua orang tuanya. Predi memberi ku nama sekolah masa SMP Tasya pada saat Tasya masih di Singapore dulu, ia mendapatkannua dari sekolah.Melalui situs ini, sekaligus aku akan menguak keanehan-keanehan Tasya yang memang selama
"Leyka itu ada nak Predi sama Ina diluar. Mau disuruh masuk dulu gak?"Dengan mulut yang penuh akan cemilan, aku berlari keluar kamar untuk segera menemui Predi dan Ina."Hallo." Padahal mulut ku masih kembung sempurna."Dih, bocil!" Ujar Ina meledek ku. Tapi tanggung, tidak mungkin aku memuntahkannya.Aku sudah tahu bahwa mereka akan datang, karena kami memang sudah melakukan perjanjian sebelumnya. Sayangnya, perutku keroncongan meminta diisi di sore-sore hari begini, maka dari itu kuturuti saja keinginan perutku terlebih dahulu."Langsung berangkat?" Ina dan Predi mengangguk."Bu, Assalamualaikum. Leyka pergi yah." Hanya aku sendiri yang mengucapkan salam. Entahlah, mungkin mereka bisu untuk sesaat."Apa pak Malik emang ada di rumah Ley?" Aku mengangguk sambil meminum air yang sempat kubawa dari rumah."Kata tante Juwita sih ada.""Ohh." Angguk Ina pelan.***"Assalamualaikum tante."Ti